14 Juni 2008

Sinetron Religi Populer Lagi?

sinemart - Sinetron �Hamba-hamba Allah�

Sukses film bernapaskan agama seperti Ayat-Ayat Cinta, Kun Faya Kun dan yang terbaru Mengaku Rasul rupanya menggugah pengelola stasiun televisi untuk menghadirkan sinetron sejenis. Apakah sinetron religius akan populer lagi?

Kali ini RCTI memproduksi sinetron berjudul Munajah Cinta, berikut menyusul yang terbaru sinetron Hamba-Hamba Allah (HHA). Tontonan yang bernapaskan agama Islam yang diproduksi Sinemart itu mulai menjumpai pemirsa Senin (9/6) pukul 18.00 WIB dan tayang terus setiap hari kecuali hari Minggu. Program ini menggantikan sinetron Gara-Gara Cinta yang habis masa tayangnya.

Salah satu motif atau tujuan yang hendak dicapai penayangan sinetron-sinetron seperti itu adalah menyemarakkan dan melebarkan syiar Islam. Para ulama pun tampil lewat sinetron-sinetron sejenis. Jika sebelumnya ada Ustaz Yusuf Mansyur pada sinetron Maha Kasih, kali ini pada HHA tampil Opick, penyanyi lagu-lagu Islami yang tersohor lewat tembangnya Tombo Ati. Hamba-hamba Allah adalah sinetron perdana dari penyanyi yang kini dipanggil ustaz itu karena memerankan sosok Ustaz Jaelani.

"Ini pertama kali main sinetron. Saya pikir ini adalah peluang untuk berdakwah, setelah sebelumnya itu saya lakukan di bidang musik, dan teater," kata Opick saat ditemui pada lokasi syuting di Kramat Ganceng, Pondok Rangon, Cipayung, Jakarta Timur baru-baru ini.

Demi mencapai tujuan dakwah itu Opick mengaku membuat perjanjian dengan pihak produser (Sinemart) untuk konsisten pada isi yang berbicara tentang bagaimana menghadapi persoalan hidup dari sisi agama Islam. HHA berkisah tentang perjuangan keluarga Imam (Teddy Syach) dalam menghadapi hidup.

"Di sinetron ini tak ada mobil yang mewah, rumah yang lux, atau yang serba wah. Tidak juga adegan cinta yang berlebihan. Di sini tampil gambaran kehidupan orang Indonesia yang sesungguhnya," tambah Opick.

Head of PR dan Promotion Department Sinemart Abdul Aziz menambahkan Hamba-hamba Allah merupakan cerita kehidupan keluarga yang sangat dekat dengan kondisi sebagian besar pemirsa Indonesia. Serial ini walaupun dengan pemeran tetap tapi setiap episode punya cerita sendiri.

"Yang menarik persoalan -persoalan dalam cerita disampaikan dengan cara yang ringan dan dapat diterima secara logika. Apalagi dengan adanya Opick yg menjadi tokoh ustadz yang menjadi tempat untuk orang-orang di sekitarnya mengadukan berbagai persoalannya, dan selalu diselesaikan dengan cara-cara dan nasihat-nasihat yang selalu berlandaskan agama yang dapat dicerna dengan mudah karena disampaikan dengan sederhana," tuturnya.

Sinetron berdurasi 60 menit itu didukung oleh artis-artis ternama seperti Dea Imut, Haykal Kamil, Teddy Syach, Astri Ivo, Rheina 'Ipeh', Iszur Muchtar, Joy Octaviano, Deni Malik, dan tentunya Opick.

RCTI mengakui bahwa kehadiran sinetron religi cukup sukses. Humas RCTI, Pudji Purnomo mengatakan, di luar dugaan Munajah Cinta kini menjadi salah satu tontonan favorit pemirsa RCTI. Sinetron ini masuk dalam jajaran 10 besar rating AGB Nielsen. [W-10]

http://www.suarapembaruan.com/News/2008/06/14/index.html

Sinetron "Saya Jameela", Kisah Derita Kawin Kontrak

multivision plus - Sinetron �Saya Jameela�

Setelah menuai sukses lewat sinetron sarat air mata Cinta Indah, rumah produksi Multivision Plus kembali mencoba peruntungan dengan tayangan sinetron baru berjudul Saya Jameela. Sinetron ini sudah tayang di RCTI sejak 9 Juni 2008 setiap Senin -Minggu setiap pukul 21.00 WIB. Saya Jameela masih berisi kisah penderitaan tokoh utama.

Nama Sandra Dewi tetap diusung sebagai pemeran utama. Kali ini Sandra tidak hanya diharapkan mampu berkarakter melankolis, tetapi juga menunjukkan sifat berani. Dia memerankan tokoh Jameela, yakni sosok gadis desa yang menentang tradisi kawin kontrak.

"Pesannya tetap pada intinya, sebuah perkawinan harus didasarkan cinta. Kalau kawin kontrak itu lebih kepada materi, mengesampingkan kemanusiaan dan harga diri perempuan sebagai istri," kata salah satu sutradara Saya Jameela, Irwan Ibon.

"Cerita ini pemberontakan karakter orang-orang di daerahnya. Jameela satu-satunya wanita yang berani kabur dari desa. Jadi keberaniannya adalah berani lari dari desa," tutur Irwan menjelaskan penokohan pemeran utama.

Irwan menambahkan, ide pembuatan sinetron ini berangkat dari film layar lebar berjudul Kawin Kontrak. Film yang juga diproduksi oleh Multivision Plus itu mengisahkan tiga pemeran utama laki-laki yang mencari gadis desa untuk dikawin kontrak.

Dalam film itu, ungkap Irwan, tema kawin kontrak dipandang dari sudut tradisi itu sendiri. Sementara dalam sinetron ini, tema yang sama dilihat dari sisi perempuan yang mengalami kawin kontrak.

"Di layar lebar lebih ke komedi, mahasiswa sehabis ujian, senang, melihat cewek diajak kawin kontrak. Film lebih dilihat dari sudut pandang kawin kontraknya," ujar Irwan.

Konflik cerita dalam sinetron ini, jelas Irwan, akan memuncak pada pertemuan Jameela dengan pemeran lainnya setelah dia meninggalkan desanya. Selain itu, sinetron ini juga akan mengangkat beberapa tokoh anak yang diharapkan mewakili penonton untuk kalangan remaja.

"Konfliknya saya belum bisa meraba, tapi baru sampai sini. Evan yang suka sama dia di Jakarta, pengusaha muda. Al-Fathir juga pengusaha, akhirnya jadi konflik," tambah Irwan.

Tidak Beda

Irwan mengakui sinetron ini tidak berbeda dengan sinetron lain yang juga diputar saat ini. Unsur drama, katanya, masih kuat mendominasi alur cerita. Namun, nilai jual sinetron ini bisa dilihat dari para bintang yang cenderung berusia dewasa.

"Kami coba menawarkan drama keluarga, seperti Cinta Indah. Jadi tetap lebih dewasa. Selain itu, nama Sandra Dewi juga sedang naik daun," ungkap Irwan.

Irwan juga menjanjikan akan menampilkan keindahan gambar dalam sinetron ini. Suasana pedesaan Subang akan disisipkan dalam sejumlah adegan di film ini. Sisi sosial sosok Jameela juga akan mewarnai sinetron ini. [NCW/U-5]

http://www.suarapembaruan.com/News/2008/06/14/index.html

Meski Sibuk Syuting, Selalu Juara Kelas. Rachel Amanda Aurora, Bintang Cilik yang Terus Melesat

Di usia yang masih belia, Rachel Amanda Aurora sudah membintangi sedikitnya 30 judul sinetron dan tiga film layar lebar. Hal tersebut tidak terlalu mengherankan. Pasalnya, gadis kelahiran Jakarta, 1 Januari 1995, itu mengawali karir sejak berusia 2,5 tahun.

---

Saat bocah lain riang gembira bermain di taman atau halaman rumah, Amanda -sapaan akrab Rachel Amanda Aurora- kecil sudah terbiasa bersuka cita di lokasi syuting. Tertawa riang di depan kamera, di antara para kru dan pekerja lain.

Pada usia 2,5 tahun, ketika jalan-jalan di sebuah pusat perbelanjaan bersama ibunya, Amanda ditawari mengikuti casting. Sang ibu kebingungan. Sebab, di keluarga tersebut tidak ada seorang pun yang berkarir di dunia entertainment.

Tapi, karena Amanda sejak balita sudah memperlihatkan bakat akting dengan sering ngoceh-ngoceh sendiri di depan kaca dan senang difoto, tawaran casting tersebut dianggap sebagai peluang. "Waktu itu, aku juga ngamuk karena pengin ikut casting. Ya sudah, beberapa hari kemudian, aku ikut casting, terus diterima," tuturnya saat berbincang dengan Jawa Pos di sebuah restoran di kawasan Pondok Indah, Jakarta.

Job perdana gadis berusia 12 tahun itu adalah menjadi model iklan sepatu. Tak lama kemudian, tawaran iklan terus-menerus berdatangan. Mulai produk susu balita, makanan balita, dan berbagai produk lain.

Pada usia 6 tahun, setelah menjadi siswa kelas 1 SD, Amanda mulai ditawari main sinetron. Tawaran tersebut tidak bisa ditolak karena memang disukai. Di sinetron pertamanya, dia menjadi Cherry, adik Joshua Suherman di Indra Keenam.

Namun, sebelum nyemplung ke sinetron, Amanda diberi syarat oleh orang tuanya. Yaitu, sekolah tetap nomor satu dan harus berprestasi. Jika tidak, syuting berhenti. Mendapatkan maklumat seperti itu, dia bergeming. Putri pertama di antara tiga bersaudara pasangan Ade Paulukas dan Safira tersebut membuktikan bisa menjalankan keduanya. Terjun di dunia entertainment sekaligus berprestasi. Buahnya, dia menjadi siswa teladan.

Bahkan, sepanjang menempuh SD sampai sekarang, ranking Amanda tidak pernah keluar dari tiga besar. Mayoritas dia menduduki peringkat pertama di kelas dan sesekali menempati urutan kedua. "Buat aku, sekolah tetap nomor satu," ucap siswi kelas 2 di SMP Tirta Marta, Jakarta, tersebut.

Karena nilai di sekolah tidak bermasalah, Amanda tanpa beban menerima hampir setiap tawaran sinetron setelah Indra Keenam. Setiap tahun, selalu ada syuting sinetron. "Pernah juga nggak ada syuting, sekitar enam bulan. Tapi, setelah itu ada lagi," tambahnya.

Amanda mengatakan, setiap syuting yang dijalaninya tidak pernah mengganggu sekolah. Semua dilakukan sepulang sekolah meski risikonya sampai tengah malam, bahkan menjelang pagi. "Walaupun striping dan adegan banyak, syuting tetap dilakukan setelah pulang sekolah," tegas bintang film Heart dan I Love You Om itu.

Jika ada pekerjaan rumah (PR) yang harus diselesaikan, bocah yang sedang syuting Kata Maaf Terakhir tersebut menyelesaikannya di tengah kegiatan syuting. Kalau perlu, PR dikerjakan di mobil. "Kalau ada syuting, aku nggak pernah pulang ke rumah dulu, dari sekolah langsung ke lokasi," jelasnya.

Dengan banyaknya sinetron, iklan, dan layar lebar yang memanfaatkan kemampuannya, sudah pasti Amanda mendapatkan pendapatan yang tidak sedikit. Namun, dia mengaku belum pernah menerima uang secara langsung dari hasil kerjanya. Dia juga tidak pernah tahu jumlah bayaran yang diterima dari setiap jerih payahnya. "Nggak pernah kepikiran ke situ. Aku nggak pernah mengerti soal uang sampai sekarang. Aku sih tinggal main," imbuhnya.

Amanda menjelaskan, kebutuhan yang bersifat pribadi maupun kepentingan pendidikan ditanggung oleh orang tua. Kalau teman-teman minta traktir? "Uangnya minta sama mama," jawabnya lugas.-

Mobilku seperti Apotek
Amanda sering membintangi sinetron kejar tayang (striping). Yang terakhir adalah Candy dan Namaku Mentari. Syuting kejar tayang bukan saja membuatnya tidur larut malam, bahkan jelang pagi, tapi juga menyita waktu libur. Sebab, saat Minggu, jadwal syuting justru semakin padat.

Meski begitu, Amanda mengaku tidak pernah kelelahan gara-gara syuting. Sebab, dia selalu curi-curi waktu tidur dan membawa seluruh penunjang kesehatan. "Mobilku sudah kayak apotek," ucapnya.

Segala macam obat-obatan tersedia di mobilnya, Kijang Innova. Mulai obat batuk, flu, sakit kepala, sakit perut, sampai vitamin, madu, dan susu. "Minum madu sehari sekali. Minum susu sehari tiga kali. Pagi makan telur dan di mobil juga bawa buah-buahan," paparnya.

Tidak heran, banyak temannya di lokasi syuting yang meledek Amanda seperti burung. Alasannya, jika sedang menunggu giliran syuting, dia selalu menyantap pepaya. "Kata mereka, Amanda kayak burung. Padahal, aku juga sering makan apel, jeruk, pir, dan minum yoghurt," tambahnya.

Jika sedang ingin makanan yang lebih berat, di mobil Amanda juga ada roti gandum lengkap dengan keju, mentega, dan cokelat bubuk. "Cuma, Amanda itu gampang gendut. Jadi, makannya diatur," ujar Yuning, manajer Amanda yang juga menemani saat wawancara.

Teringat itu, Amanda kesal. Sebab, dia menyatakan berseberangan dengan temannya yang bernama Cindy. "Cindy itu doyan banget ngemil. Kalau di lokasi syuting ada cemilan, itu berarti punya dia. Tapi, dia yang paling ceking," keluhnya.

Supaya tidak kegemukan, Amanda paling telat makan malam pukul 18.00. Jika malam lapar, biasanya makan buah-buahan. "Tapi, sesekali makan juga," tutur pemilik berat badan 42 kilogram dan tinggi 155 sentimeter itu lantas tertawa. Selain faktor makanan, Amanda membawa peralatan olahraga agar bentuk tubuhnya terjaga.-

Antara Artis dan Dokter
Sering syuting saat Minggu membuat Amanda jarang menonton TV di rumah seperti kebanyakan anak. Sebagai gantinya, kakak Monique Annabel, 12, dan Axel, 3, itu menciptakan tempat hiburan sendiri di lokasi syuting.

Amanda mengaku sering membawa DVD portabel lengkap dengan filmnya agar bisa ditonton bersama-sama para kru dan pemain lain. "Pernah, waktu syuting di sebuah rumah, seluruh gorden kami tutup. Gelap, jadi mirip bioskop. Terus, nonton film horor, seru," kisahnya.

Pokoknya, kata Amanda, lokasi syuting sebisanya menjadi tempat menyenangkan. Sampai-sampai, kedua adiknya sering datang ke lokasi syuting bersama ibunya. Sambil menjenguk, mereka sekalian bermain.

Meski betah di lokasi syuting, Amanda tetap berusaha agar mendapatkan jatah liburan. Sebab, dia sering rindu berkumpul dengan keluarga di rumah dan bermain bersama tetangga. "Kalau lagi libur, seharian sama keluarga, kumpul di rumah, atau jalan-jalan. Di dekat rumahku, kebetulan ada pertokoan yang menjual makanan. Kadang masih pakai piyama, aku ajak keluarga makan di sana," tuturnya.

Amanda menyatakan tidak tahu sampai kapan menjadi seorang pemain sinetron atau film. Yang pasti, cita-cita dia sebenarnya adalah menjadi dokter anak. "Itu harus," tekadnya.

Saat SMA nanti, Amanda akan mulai membatasi pekerjaan di dunia hiburan. Dia merasa harus mulai fokus belajar tanpa terganggu oleh aktivitas syuting. "Karir nanti agak di-pause dulu," ujarnya.

Amanda jatuh cinta kepada profesi kedokteran karena sering diajak kakeknya ke tempat praktik di Rumah Sakit Pondok Indah. "Sampai-sampai, aku kenal dengan semua suster di sana," ucapnya. (Jawa Pos, 15 juni 2008)

Rieke Dyah Pitaloka dan Sebatang Pohon Jengkol

Budi Suwarna

Rieke Dyah Pitaloka meramu rumahnya dari material tua dan bekas pakai. Hasilnya, sebuah "puri" cantik bergaya kampung di daerah Kukusan, Beji, Depok, Jawa Barat.

Pemeran Si Oneng dalam sinetron komedi Bajaj Bajuri itu mengaku merancang sendiri rumahnya. "Pengerjaannya dilakukan beberapa tukang dari Ciamis, Jawa Barat, dan dari Jawa Tengah," kata Rieke, Rabu (11/6). (Iyalah, masak Rieke sendiri yang mengerjakan. Memangnya kuat?).

Konsep rumah yang dibangun tahun 2007 itu, ujar Rieke, adalah rumah kampung. Gayanya dicomot dari sana-sini. Ada unsur rumah Jawa dan Tionghoa di situ. "Gue sendiri bingung ini rumah model apa. Tetapi, kayaknya unsur Jawa lebih banyak deh," kata Rieke yang gaya bicaranya ceplas-ceplos.

Unsur Jawa bisa dilihat dari adanya delapan tiang utama (soko guru) yang menopang bagian atap rumah. Selain itu, ada gebyok besar di depan pintu masuk kamar tidur. Unsur Tionghoa terlihat pada beberapa daun pintu dan jendela kayu yang dicat warna hijau, merah, dan emas.

Rumah itu secara garis besar terdiri dari dua bangunan. Tepat di sebelah kanan pintu masuk terdapat bangunan joglo tanpa dinding. Joglo yang difungsikan sebagai panggung terbuka ini seolah menegaskan Rieke adalah seorang artis. Dia mengaku biasa berlatih teater bersama teman-temannya di panggung itu.

"Latihan monolog perempuan dilakukan di sini," ujar Rieke. Yang dia maksud adalah monolog Perempuan Menuntut Malam yang dipentaskan Maret lalu. Ini adalah naskah drama yang ditulis Rieke bersama Faiza Madzoeki.

Berhadapan dengan joglo, terdapat bangunan utama dengan jendela-jendela lebar dari kayu yang dibiarkan polos tanpa cat. "Kalau ada latihan di joglo, orang bisa nonton melalui jendela ini," ujar Rieke.

Dari jendela ini pula, Rieke bisa melihat hamparan rumput hijau di halaman rumah, tanaman bunga, teras, dan kolam ikan koi. "Rumah ini dikelilingi teras dan atapnya tanpa talang. Kalau hujan turun, gue bisa lihat air langsung jatuh dari teritisan. Kalau sudah begitu, gue bisa langsung nulis puisi," kata dia.

Di samping kanan bangunan utama terdapat perpustakaan pribadi. Koleksi bukunya tertata rapi di rak kayu yang tinggi hingga menyentuh langit-langit. Sebagian buku ditumpuk begitu saja di atas meja-meja kayu besar. "Di sini gue atau suami biasa belajar. Ceilee... belajar," sambar Rieke mengomentari dirnya sendiri.

Rieke mengaku menyukai hampir semua sudut rumahnya. "Gue puas sama rumah ini. Gue merasa nyaman banget kalau sedang di dalam rumah," jelas dia.

Bongkaran

Wajar jika Rieke mengaku sangat puas dengan rumahnya. Pasalnya, rumah itu dia bangun dengan segenap usaha dan tentunya dana. Tiga tahun sebelum rumah berdiri, Rieke telah berburu dan mengumpulkan kayu-kayu tua, daun pintu, dan jendela dari beberapa daerah.

Dia juga berburu genting, keramik, dan ubin tegel yang sering kita jumpai di sekolah inpres zaman Orde Baru. Material-material tua itu sebagian dia beli langsung dari pedagang barang bongkaran. Genting yang sekarang terpasang di rumahnya, misalnya, bekas genting sekolah tua di Grogol, Jakarta Barat.

Setelah semua material terkumpul, Rieke baru memulai pembangunan rumahnya. "Gue memang terobsesi sama barang-barang tua," kata Rieke tentang alasan memilih material tua.

Rieke terobsesi barang tua sejak kecil. Dulu, setiap pulang dari sekolah di Garut, Jawa Barat, kenang Rieke, dia sering mampir ke kuburan china. Di tempat itu, dia mengagumi bentuk kuburan dan ornamennya yang bagus. Ketika dewasa dan sudah punya duit banyak, Rieke mulai mewujudkan obsesinya dengan mengumpulkan barang-barang tua.

Mebel dan pajangan di rumah Rieke juga sebagian besar berusia tua. Barang yang tampak modern di rumah itu hanya dua televisi layar datar.

Di kamar tidur tamu, ada lemari peninggalan nenek moyangnya. Di kamar tidur Rieke, ada lemari tua bekas rak obat sebuah apotek. Di dapur ada termos es tua dan dua jeriken bensin dari kaleng yang sudah berkarat. Di ruang tengah, ada sepeda roda tiga untuk anak-anak. Ada pula radio tua, botol-botol minuman tua, dan toples tua yang dipajang di rak. Bahkan, dia pun memajang guci tua bekas menyimpan abu jenazah. Hiii... sereeeeem.

Pokoknya, kalau Anda ingin membuang barang bekas, Anda bisa menghubungi Rieke terlebih dahulu. Barangkali dia mau menampungnya.

Saking sayangnya, Rieke tidak mau membuang gelondongan batang pohon jengkol yang ditebang dari halaman rumahnya. Dia justru menyuruh tukangnya membuatkan kaki meja pada batang jengkol itu. Jadilah meja televisi dari batang jengkol yang dibiarkan kasar apa adanya.

Rieke sudah tidak ingat berapa banyak barang bekas dan tua yang telah dia kumpulkan. "Karena sudah terlalu banyak, sebagian saya jual," kata Rieke.

Begitulah, dari pengumpul, Rieke sekarang jadi bakul (pedagang) mebel tua. Dia, bahkan, mulai membuka toko mebel di Depok.

http://cetak.kompas.com/read/xml/2008/06/15/01555389/sebatang.pohon.jengkol


Renungan Kloset, Tidak Lagi Merenung di Kloset

Lima tahun lalu, Rieke Dyah Pitaloka suka sekali merenung di kamar mandi. Dari kebiasaan itu munculah buku kumpulan puisi berjudul Renungan Kloset. Apakah sekarang dia masih suka merenung-renung di kamar mandi?

"Enggak. Itu kan dulu waktu gue tinggal di (rumah) kos-kosan. Kalau sekarang, gue biasa diskusi sama suami sambil gosok gigi berdua di kamar mandi he-hehe...," kata Rieke sambil tersenyum sumringah.

Kamar mandi Rieke yang sekarang mungkin lebih nyaman dari kamar mandinya dulu di rumah kos-kosan. Kamar mandi itu dihiasi pancuran, kaca besar, batu alam, dan kloset yang bagus. Pokoknya seperti kamar mandi hotel.

Kalau di kamar mandi kos-kosan Rieke mampu mewujudkan renungannya menjadi buku, mestinya dengan kamar mandi yang sebagus sekarang dia bisa menyulap renungannya menjadi novel.

Artis yang bersikap cuek dan bicara ceplas-ceplos itu mungkin sudah tidak punya banyak waktu merenung di toilet. Maklum, kegiatannya sebagai artis dan aktivis partai jumlahnya seabrek.

Hampir setiap hari Rieke biasa bangun sekitar pukul 05.00. Sejam kemudian, dia sudah harus meluncur ke stasiun Trans TV untuk membawakan acara Good Morning. Setelah itu, dia melanjutkan dengan kegiatan lain. Rieke baru pulang ke rumah pada sore atau malam hari.

Rieke juga sekarang sering bepergian ke luar kota untuk kegiatan politik. "Saya memang jarang di rumah. Kadang-kadang sedih juga tidak bisa menikmati suasana rumah. Saya ini sebenarnya orang rumahan," kata dia.

Untungnya, kata Rieke, suaminya memahami benar aktivitasnya yang seabrek itu. "Kalau saya tidak di rumah, dia kan bisa main-main sama ikan koi peliharaan dia," ujar Rieke.

Donny Gahral Adian (34), suami Rieke, memelihara ikan koi di kolam depan dan samping rumah. Ikannya besar-besar dan montok. Beberapa di antaranya pernah menang kontes. Pada Rabu sore Rieke dan Donny yang belum dikarunia anak memiliki kesempatan bermain-main dengan ikan koi mereka.

Ketika tangan Rieke dan Donny dicelupkan ke kolam, ikan-ikan koi itu berebutan menghampiri. "Come to mama, come to papa," kata Rieke sambil tertawa lepas. (BSW)

http://cetak.kompas.com/read/xml/2008/06/15/01552781/tidak.lagi.merenung.di.kloset

Berpacu di Balik Layar Sinetron

Susi Ivvaty dan Lusiana Indriasari

Industri hiburan, yang melahirkan sinetron kejar tayang di layar kaca, membuat para pekerja di balik layar berpacu dengan waktu. Para perempuan yang makin banyak mengambil peran di jagat ini juga harus mengikuti irama yang menguras energi, kreativitas, dan kecintaan mendalam untuk menggaulinya.

Kalau tidak benar-benar mencintai pekerjaan ini dan hanya mau bekerja demi uang pasti akhirnya terpental," kata Lintang Pramudya Wardani (31), penulis skenario film televisi atau sinetron, soal pekerjaan yang ia geluti sejak tahun 2000 ini.

Hal sama dikatakan Cassandra Massardi (32), penulis skenario yang telah membuat belasan naskah untuk film televisi dan sejumlah skenario film layar lebar sejak tahun 1998. "Pokoknya memang enggak akan bisa punya waktu buat keluarga. Konsekuensinya begitu," kata Kasih, panggilan Cassandra.

Lintang dan Kasih merasakan betapa waktu berputar cepat ketika menulis naskah sinetron, apalagi untuk sinetron yang kejar tayang. Kasih harus mengirim satu naskah untuk satu episode setiap hari, misalnya untuk judul Culunnya Pacarku, Amanda, Inikah Rasanya, hingga Olivia.

Kalau pikiran buntu? "Ya harus dipaksa. Harus bisa. Kalau terlambat ngasih skenario, pengambilan gambar bisa batal dan rumah produksi bisa dituntut stasiun televisi. Penulis skenario bisa enggak dipakai lagi," tutur Kasih yang banyak membuat naskah untuk Rapi Films.

Lintang yang pernah membuat naskah sinetron untuk rumah produksi Rapi Films, Multivision Plus, Starvision, Prima, dan terakhir Sinemart pernah macet saat menulis. Akibatnya, hasil kurang memuaskan. Dari pengalaman itu, Lintang lantas mulai bekerja dalam tim bersama tiga teman.

Sewaktu pertama kali menulis naskah kejar tayang berjudul Wulan, Lintang dan timnya sampai menginap di apartemen milik Sinemart. Belakangan, ia makin bisa mengatur strategi. "Kami lebih bisa merencanakan. Menulis gantian dan bisa membuat stok," kata dia.

Berbeda dengan Lintang, Kasih bekerja seorang diri, tidak memakai tim. Jadi, ia harus berpikir cepat dan menulis cepat pula. Kalau ada pemain sakit, cerita mendadak harus diganti. "Sinetron Doo Bee Doo, tiap hari berganti tema dan harus lucu," kata Kasih, yang saat ini tengah menyutradarai film layar lebar Oh Baby produksi MD Entertainment.

Menjadi penulis skenario dan sutradara sinetron memang harus bisa bekerja dalam tekanan. Ninos Djoned (40), sutradara film televisi yang banyak dikontrak Multivision Plus, merasakan hal itu. Ia biasa dibebani waktu syuting singkat. Untuk satu sinetron lepas (tidak berseri), misalnya, ia diberi waktu enam sampai delapan hari syuting. Itu pun setelah ditawar dari permintaan semula yang hanya tiga hari.

Ninos mengakui, sinetron sejak beberapa tahun terakhir memang ngetren dengan sistem kejar tayang. Untuk mencapai target, kru produksi dan artis mulai bekerja dari pagi sampai malam. "Bisa mulai pukul enam pagi sampai subuh hari berikutnya," ujar dia.

Sejak kecil

Kasih, Lintang, dan Ninos memilih pekerjaan sebagai penulis skenario dan sutradara lantaran memang mencintai dunia ini, bahkan sejak kecil. Menurut Lintang, sebagai penulis skenario, syarat utama adalah suka menulis. Menulis memang sudah dilakukannya sejak sekolah dasar.

Lintang dulu kerap menulis cerita pendek untuk beberapa majalah. Cerpen pertamanya berjudul O-J-E-K dimuat di majalah Gadis. Cerpen Dunia di Balik Jendela Astrid yang dimuat Femina menarik perhatian pengamat film Marcelli. Ia menganjurkan agar Lintang memparafrasekan cerpen itu menjadi skenario dan diikutkan dalam lomba penulisan skenario Dewan Kesenian Jakarta 1998.

"Aku dapat juara harapan," kata Lintang yang waktu itu adalah mahasiswa Jurusan Film Fakultas Film dan Televisi Institut Kesenian Jakarta. Skenario itu lantas dibeli Leo Susanto, bos Sinemart, senilai Rp 3,5 juta.

Sejak itu, ia terus menulis skenario. Berbagai judul dibuat, mulai Kala Cinta Menggoda, Me VS High Heels, Siapa Takut Jatuh Cinta, Bukan Cinderella, Wulan, hingga terakhir Munajat Cinta.

Kasih juga memulai karier dari dunia kepenulisan. Cerpennya, Kunci, dimuat di Kompas pada tahun 1998. Oleh Enison Sinaro, cerpen itu ditawarkan ke Rapi Films untuk dibuat skenario. Judul Kunci diubah menjadi Cinta Pertama. Sejak itu, ia banyak menulis naskah untuk sinetron. Sebenarnya, sebelum itu ia pernah menyutradarai film televisi berjudul Tujuh Bulan Sebelum Cinta, ditayangkan di TVRI tahun 1997.

Lain penulis lain sutradara. Ninos belajar langsung pada ayahnya, Darto Djoned, sejak tahun 1989. Ia memulai karier dari pencatat adegan, lalu asisten sutradara, ko-sutradara, dan sutradara. Waktu itu ia memang bekerja bareng ayahnya.

"Saya tertarik karena sering diajak Ayah ke lokasi syuting. Waktu itu namanya drama televisi," ujar Ninos, sutradara yang sangat kalem di lapangan. Begitu terjun langsung, ia tidak bisa berhenti. Sejumlah judul sinetron yang digarapnya antara lain Kejar Daku Kau Kutangkap, Menggapai Bintang, dan Kisah Sedih di Hari Minggu.

http://cetak.kompas.com/read/xml/2008/06/15/01534168/berpacu.di.balik.layar.sinetron


Honor,Bisa untuk Gantungan Hidup
Sejak booming pada tahun 1990-an, sinetron tidak ada matinya. Rating pernah menurun, digantikan variety show, reality show, atau acara musik, tetapi rating sinetron kembali naik dan hampir selalu berada di urutan pertama.

Jadi, apakah profesi awak sinetron, seperti penulis skenario dan sutradara, adalah profesi yang ideal untuk gantungan hidup? "Bisa, tetapi sekali lagi, tergantung pada seberapa besar energi dan kreativitas yang kita punyai untuk bertahan," kata Lintang.

Honor untuk penulis skenario biasanya dihitung per episode. Besarnya bergantung pada biaya produksi sinetron dan pengalaman penulis skenario, yakni antara Rp 1,5 juta hingga Rp 6 juta. Jadi, jika dalam satu judul ada 40 episode, penulis skenario bisa mengantongi honor maksimal Rp 240 juta.

Besar dong? "Iya, tetapi ada risikonya. Kalau enggak jadi tayang, yang dibayar hanya 75 persen," tukas Lintang. Penulis skenario di Indonesia tidak seperti di Hollywood, yang bisa mogok kerja beramai-ramai untuk menuntut kenaikan honor. "Kalau di sini, enggak mau kerja, ya produser bisa mencari orang lain," kata Lintang.

Honor untuk sutradara lebih besar dibanding penulis. Ninos Djoned enggan menyebut besarnya penghasilan menjadi sutradara sinetron selama belasan tahun. Namun, ia mengatakan, honor untuk sutradara muda berusia 25-an tahun rata-rata Rp 5 juta. "Honor akan meningkat seiring kemampuan yang meningkat pula, juga pengalaman," ujarnya.

Berapa pun honornya, kata Kasih, cukup atau tidaknya sangat tergantung pada gaya hidup. Namun, seiring berkembangnya industri ini, orang harus lebih keras berkompetisi.

Hal yang paling susah dilakukan di industri ini, kata Lintang, adalah menyatukan idealisme dengan tuntutan rating. Maunya bikin cerita bagus, tetapi produser menuntut lain, sesuai permintaan stasiun televisi.

"Dalam sinetron, kami lebih banyak menuruti kemauan produser," kata Lintang. (IVV/IND)

http://cetak.kompas.com/read/xml/2008/06/15/01541950/bisa.untuk.gantungan.hidup


siasat, Menyusui di Lokasi "Shooting"
Bekerja untuk industri hiburan memang mengasyikkan, tetapi keluarga juga menjadi prioritas. Jika waktu terbuang semua untuk bekerja, bagaimana dengan keluarga? Ninos Djoned, sutradara sinetron, berusaha untuk menyeimbangkan waktu antara keluarga dan pekerjaan.

Meskipun demikian, ia kadang-kadang harus mengalah jika pekerjaan menuntut. Dulu, Ninos selalu membawa anak pertamanya, Kaka (10), yang waktu itu berusia tiga bulan, ke lokasi shooting karena ia ingin memberi air susu ibu (ASI) eksklusif. Di lokasi, ia didampingi pengasuh bayi yang mengurus tetek-bengek kebutuhan Kaka.

Bagaimanapun, anak-anak adalah prioritas. Ninos menolak produksi sinetron berseri panjang, apalagi setelah anak keduanya, Sesa (3), lahir. Dulu ia kerap pulang larut atau pergi ke luar kota hingga dua pekan. "Kalau saya kerja sampai malam, Kaka pasti telepon dan marah-marah," katanya.

Suami Ninos, Adi Maulana, yang bekerja di bagian tata suara pada produksi film, juga kerap protes. "Suami saya juga punya jadwal kerja dari pagi hingga larut malam," tambah Ninos. Maka itu, Ninos harus bisa menyeimbangkan antara kerja dan keluarga.

Lain Ninos, lain Kasih. Meski memiliki Bondi (7), putra tunggalnya, orangtua tunggal itu terus bekerja tidak mengenal lelah. Dalam sempitnya waktu, ia tetap mengurus dan memberi kasih sayang kepada Bondi.

"Konsekuensi kerja di dunia ini memang harus punya waktu banyak. Berkeluarga normal susah deh. Aku enggak tahu orang lain bagaimana," kata Kasih.

Sementara bagi Lintang, anak adalah konsekuensi logis dalam berkeluarga. Ia pun sangat ingin memiliki anak. Namun, sejak menikah dengan Gunawan delapan tahun yang lalu, Lintang belum dikaruniai anak.

"Kami menikmati saat belum ada anak. Aku manfaatkan untuk terus menulis dan menulis. Aku sudah mencintai pekerjaan ini. Profesi menulis itu tidak ada matinya," kata Lintang. (IVV/IND)

http://cetak.kompas.com/read/xml/2008/06/15/01540047/menyusui.di.lokasi.shooting

Dewiq: Setiap Lagu Ada Rezekinya

Hari ini, genap 33 tahun usia Dewiq. Saat ulang tahun seperti ini, ia cuma berharap bisa dicintai banyak orang. Tak ada target tertentu, klop dengan filosofi hidupnya, "enjoy your life".

Ia bersyukur karena sampai titik ini bisa menikmati setiap hirupan napas. Itulah makanya Dewiq—nama aslinya, Cynthia Dewi Bayu Wardani—tidak mengenal kata stres, apalagi depresi. "Aku baru stres kalau tahu enggak bakal masuk surga ha-ha-ha. Artinya, kan, aku harus selalu berbuat baik," ujar pencipta lagu yang saat ini tengah populer ini.

Kamis (12/6) malam, Dewiq memilih lokasi wawancara di Palu Studio, studio milik suaminya, Pay, di (rumah kontrakan mereka) di daerah Cempaka Putih, Jakarta Pusat. Di studio itulah Dewiq sehari-hari berkreasi dengan lirik dan lagu. Kadang-kadang ia nge-jam (berimprovisasi musik) bersama Pay—mantan personel grup musik Slank.

Kalau dibilang Dewiq sedang laris, itu memang ada benarnya. Hampir setiap hari ada saja orang minta dibikinkan lagu. Dan tak sedikit, lagu-lagu ngetop berbagai penyanyi adalah ciptaannya. Dewiq sendiri tidak akan menolak siapa pun orang yang membutuhkannya. Penyanyi terkenal, pendatang baru, atau siapa pun dia.

Asalkan, kata Dewiq, jangan minta tema lagu. "Aku enggak bisa diatur, disuruh bikin tema ini-itu. Kalau minta dibikinkan, ya aku bikinkan," tutur istri musisi Pay ini.

Dewiq juga tidak bisa menjanjikan apalagi menjamin lagu yang diciptakannya bakal disukai orang atau meledak di pasaran. "Kalau lagu sudah jadi, terserah yang minta, take it or leave it. Kalau aku bisa menjamin laguku bakal sangat laris dan penyanyinya jadi kaya, aku minta bayaran satu miliar dong ha-ha-ha," ujarnya.

Kenyataannya, banyak lagu ciptaan Dewiq terdengar akrab di telinga pendengar. Sebut saja beberapa, "Sunny" yang dinyanyikan Bunga Citra Lestari, "Cinta di Ujung Jalan"—Agnes Monica, "Aku Mau"—Once, "Klik"—Ussy Sulistyawati, "OK"—T2, dan "Bukan Permainan"—Gita Gutawa.

Sejak SD

Menulis lagu sebenarnya adalah bagian dari masa kecil Dewiq. Sewaktu kelas VI sekolah dasar, orangtuanya bercerai dan ia menumpahkan semua perasaannya lewat lirik lagu. Lirik yang juga sudah menjadi lagu tanpa judul itu sampai sekarang masih disimpan dalam ingatan. "Aku hafal detail, tapi yang itu hanya untukku aja, enggak akan dipublikasi," ujarnya.

Namun, setidaknya, kenangan masa kecil itu menjadi pijakan. Dewiq menemukan dirinya di dunia musik. Ia gemar membuat lirik dan menyanyikannya sejak masih sekolah hingga lepas SMP di Makassar hingga kuliah di Bandung.

Sewaktu menjadi penggebuk drum grup band Red Rose di Bandung, ia memakai nama populer Weeq. Ketika itu pada tahun 1993, ia amat ingin membeli drum, namun apa daya, uang tidak cukup. Ia lantas ditawari perusahaan rekaman Union Artist untuk menyanyi dengan bayaran Rp 3 juta.

Abum berjudul Bulanku yang berisi 10 lagu berhasil diedarkan dan terjual sekitar 15.000 keping. "Tapi uang habis untuk bayar uang kos, jadi tetap enggak bisa beli drum ha-ha-ha," kisahnya.

Justru Dewiq bertemu jodohnya. Di studio Union Artist pada tahun 1996 ia berkenalan dengan Pay, yang waktu itu masih bergabung dengan grup Slank. "Kayaknya memang aku tidak cocok menjadi penyanyi. Menjadi penulis lagu lebih enak, tidak terikat waktu harus manggung dan promo di mana-mana," katanya.

Pada tahun 2001, ketika Dewiq menikah dengan Pay, lagu ciptaannya, "Bukan Cinta Biasa", dibeli oleh Siti Nurhaliza seharga 2.000 ringgit Malaysia. Sejak itu, pesanan lagu makin mengalir dan tarif pun meningkat.

Untuk satu paket penciptaan lagu, yang meliputi lirik, lagu, aransemen musik, proses mixing, editing, sampai pengisian backing vocal, honor yang diterima Dewiq tidak lebih dari Rp 50 juta. Ia masih mendapat tambahan dari royalti penjualan album.

Yang paling banyak justru penghasilan dari nada sambung pribadi telepon seluler. Untuk satu judul lagu saja, misalnya, "Salah", yang dinyanyikan Lobow, Dewiq bisa membeli sebuah rumah di Depok.

Itu belum ditambah, misalnya lagu "Sunny" dan "Aku Mau" yang laris dipakai nada sambung pribadi. "Aku kadang kalau ke ATM suka kaget. Kok ada tambahan uang. Rupanya dari operator telepon seluler. Makanya aku jadi rajin cek ATM," katanya.

Proses penciptaan

Ada dua Proses mencipta lagu. Pertama, ia menulis lirik sambil bersenandung. Lagu mentahan itu lantas dikirim ke label, misalnya Aquarius. Pihak label lalu menghubungi Pay untuk menggarap musiknya.

Proses kedua, Pay dan Dewiq nge-jam hingga muncul satu lagu baru. Tema lagu diambil dari catatan-catatan yang disimpan di telepon seluler, yang lalu dikembangkan menjadi kalimat dan bait. Semua tema lirik dibuat berdasarkan kisah nyata yang dialami teman, sahabat, dan kenalan.

Dua cara itu terbukti jitu. Dewiq memilih Pay karena memang sudah klop dan kualitas terjamin. "Bisa dibilang, Pay yang paling banyak berperan karena kalau enggak ada Pay, laguku, ya mentahan aja," ujar Dewiq.

Musik sudah menjadi kebutuhan dan Dewiq akan terus menulis lagu. Ia menyikapi profesi ini sebagai hobi yang menghasilkan uang. "Setiap lagu punya rezekinya masing-masing," katanya. -- Susi Ivvaty & Jimmy S Harianto

http://cetak.kompas.com/read/xml/2008/06/15/01384824/setiap.lagu.ada.rezekinya

Mengepung Pemirsa Lewat Piala Eropa

Budi Suwarna

Tiga stasiun televisi di bawah kelompok PT Media Nusantara Citra (MNC), yakni RCTI, Global TV, dan TPI, bersatu padu menayangkan pertandingan sepak bola Piala Eropa 2008. Saat ini ada kecenderungan acara-acara besar ditayangkan secara keroyokan.

Kelompok MNC yang memegang hak siar Piala Eropa 2008 menyiarkan pertandingan secara langsung dan serentak setiap malam hingga dini hari di ketiga stasiun televisi miliknya. Selain itu, ketiga stasiun tersebut secara bergantian menayangkan program pendukung, seperti kuis dan jurnal.

Jurnal Fokus Euro, misalnya, ditayangkan tiga kali sehari, seperti jadwal orang minum obat. TPI menayangkan pukul 10.00-10.30. Setelah itu, acara yang sama muncul lagi di RCTI pada siang hari dan di Global TV pada sore hari. Ada pula Kuis Europhoria yang muncul di TPI sekitar pukul 12.00, di Global TV pukul 17.00, dan RCTI sekitar pukul 22.30.

Di luar itu, masing-masing stasiun juga menayangkan beberapa acara yang ada kaitannya dengan sepak bola. TPI, misalnya, menayangkan serial kartun bertajuk Bola Kampung setiap Minggu hingga Jumat sore dan sinetron Ronaldowati setiap Minggu hingga Jumat petang. Global TV juga menayangkan kartun yang bertema sepak bola.

Dengan strategi ini, ketiga stasiun seolah mengepung dan meneror pemirsa agar terus mengingat yang namanya Piala Eropa. Pemirsa seolah tidak diberi kesempatan untuk menengok acara di stasiun televisi lain.

Ini seperti iklan obat batuk di televisi yang diputar berturut-turut hingga tiga kali. Melihat iklan ini pemirsa mungkin sebal, tapi juga tidak bisa melupakannya. Bedanya, kepungan acara Piala Eropa mungkin tidak membuat pemirsa sebal. Bagaimana mau sebal, acara sepenting itu disodorkan ke hadapan pemirsa secara relatif lengkap dan gratis.

Project Leader MNC untuk tayangan Piala 2008, Irwan Hendarmin, mengatakan, strategi keroyokan diambil agar momen Piala Eropa 2008 bisa dimanfaatkan untuk mendongkrak rating tiga stasiun sekaligus. Sebelumnya, kata Irwan, sejak tahun 1996 hingga 2004, RCTI menayangkan Piala Eropa sendirian. "Yang naik rating-nya ya hanya RCTI," ujarnya.

Strategi ini, lanjut Irwan, juga memudahkan kerja tim, terutama dalam membuat paket berita. "Orangnya jadi banyak karena diambil dari tiga stasiun sehingga kerja tim tidak terlalu berat," kata Irwan.

Strategi keroyokan seperti ini juga pernah dilakukan Trans TV dan Trans7 yang berada di bawah kelompok PT Transcorp ketika menayangkan kejuaraan bulu tangkis beregu Thomas dan Uber Cup, Mei lalu. Di babak penyisihan, kedua stasiun bergantian menayangkan pertandingan.

Mulai babak semifinal dan final, kedua stasiun menayangkan pertandingan secara serentak. Kedua stasiun tersebut ketika itu tampaknya berhasil memaksa pemirsa memfokuskan perhatiannya hanya ke tayangan Thomas dan Uber Cup.

Dalam situasi seperti ini, stasiun televisi lain harus lebih kreatif mencuri perhatian pemirsa. Selama kejuaraan Piala Eropa ini, Metro TV berusaha mencuri perhatian dengan menayangkan The Contenders (para penantang) yang mengulas profil kesebelasan negara peserta Piala Eropa. Acara ini ditayangkan setiap Senin hingga Minggu pukul 01.05 atau beberapa saat menjelang pertandingan kedua Piala Eropa 2008 yang ditayangkan RCTI, TPI, dan Global TV.

General Manager Programming and Development Metro TV Kioen Moe mengatakan, pihaknya sengaja menayangkan acara itu untuk melengkapi kebutuhan pemirsa, terutama para pencinta sepak bola. "Mereka kan sedang gandrung Piala Eropa, jadi acara yang berkaitan dengan sepak bola akan menarik," katanya.

Meski demikian, lanjut Kioen, ini bukan acara yang dikampanyekan secara besar-besaran sebab pihaknya bukan pemegang hak siar Piala Eropa. Menurut rencana, Metro TV akan menayangkan acara sepak bola lainnya bertajuk Goal Parade yang mengulas gol-gol terbaik di dunia.

Mumpung ada Piala Eropa, mari mengejar rating.

http://cetak.kompas.com/read/xml/2008/06/15/01414991/mengepung.pemirsa.lewat.piala.eropa

Serial Televisi 'Sex and the City" Kel Layar Perak, Cinta dalam Sepasang Manolo

newline.wireimage.com/Craig Blankenhorn / Kompas Images
Dari kiri, Kristin Davis, Sarah Jessica Parker, Kim Cattrall, dan Cynthia Nixon dalam Sex and the City.

BRE REDANA

Setelah menjadi serial televisi yang paling banyak diperbincangkan orang di Amerika serta di belahan dunia lain, "Sex and the City" diangkat ke layar perak. Cerita empat perempuan ini jadi lebih menohok.

Begitulah sejatinya Sex and the City versi layar lebar. Semuanya menjadi lebih: lebih lebar, lebih glamor, lebih fokus, lebih dramatik, dan para pemerannya tentu saja lebih tua, menjadi es-te-we, matang, dan pas lucu-lucunya.

Bagi yang kurang begitu setia menonton serial HBO ini dulu, tak perlu cemas karena tidak mengenali karakter dasar empat perempuan liberated dari New York City itu, yakni Carrie Bradshaw (Sarah Jessica Parker), Samantha Jones (Kim Cattrall), Charlotte York (Kristin Davis), dan Miranda Hobbes (Cynthia Nixon). Detail karakter mereka di televisi dulu terungkap, atau malah bisa disebut mengalami redetailing. Carrie tetap karakter yang mampu keluar-masuk dalam diri dan persoalannya sendiri, Samantha tetap memburu- buru cowok, Charlotte tetap innocent dan bahagia, serta Miranda tetap agak psikosomatik dan sering nervous.

Mereka hidup dalam pencarian diri lewat lingkungan kota besar dan dunia konsumsi masa kini: sepatu mereka Manolo Blahnik dan ke atasnya gemebyar merek-merek lain dari Christian Lacroix, Carolina Herrera, Dior, sampai Vivienne Westwood. Sepintas dijelaskan di awal film, cewek-cewek usia 20-an datang ke New York untuk mengejar barang-barang bermerek. Kini, setelah 20 tahun berlalu, Carrie dan gengnya—semuanya kini umur 40-an—mengejar cinta.

Silakan kalau Anda tetap mau ngotot terlalu serius, di jagat yang oleh para penggagas postmodernis ditengarai merebaknya aspirasi terhadap segala hal remeh-temeh ini. Toh rasanya memang, lebih baik fanatik terhadap True Religion—merek jins terkenal dari Amerika itu—daripada fanatik terhadap agama dan jadi preman. Yang akan Anda saksikan dalam Sex and the City adalah dunia remeh-temeh yang dikemas menjadi tontonan segar selama lebih dari dua jam. Film ini salah satu box office di Amerika.

Sepatu itu

Cerita film ini hendak menjawab hal-hal yang mungkin dianggap masih menggantung ketika serial ini berakhir empat tahun lalu, 2004. Adakah Carrie akan menikah dengan pria yang disebut Mr Big itu? Adakah Charlotte bakal hamil dan punya anak kandung sendiri? Bisakah Miranda melanjutkan hubungannya dengan Steve, yang status sosialnya lebih rendah darinya? Lalu—ini dia—adakah Samantha bakal puas hanya dengan satu lelaki?

Drama dimulai ketika Carrie dan Big (Chris Noth) bersepakat untuk menikah. Opsi Carrie untuk kebebasan (buat apa menikah, begitu kira-kira) mulai tersingkirkan, dan dia menentukan menikah dengan Big. Pria itu telah memenuhi persyaratan: menyediakan apartemen bagus di Manhattan, dan merombak wardrobe alias lemari pakaian berikut tempat sepatu yang bisa menampung lusinan pasang sepatu mewah.

Rencana upacara pernikahan diisi sukacita memilih gaun-gaun bermerek untuk dikenakan nanti. Tak ketinggalan, persiapan pesta besar dengan ratusan undangan—yang diam-diam membuat Big ragu: yang penting pernikahan atau kemewahan gaya hidup ini? Sampai akhirnya, kesalahpahaman kecil menjadikan semua berantakan, upacara pernikahan yang telah di ujung rencana, gagal.

Cerita Carrie itu berpilin-pilin dengan cerita teman-temannya yang lain. Miranda terlibat perselisihan dengan pasangannya, Steve (David Eigenberg), sampai terus dalam kebimbangan, memaafkan atau tidak memaafkan. Charlotte terus dengan obsesinya, akankah punya anak kandung sendiri. Sedangkan Tante Samantha juga terus dengan obsesi tentang dunianya yang liberal, bebas, selalu menggugat kemapanan hubungan.

Dari konflik yang diisyaratkan itu, bisa ditebak, ke mana film akan berakhir. Sebagian isi film kemudian memang upaya berputar-putar untuk menuju penyelesaian konflik tersebut— khas tontonan opera sabun. Misalnya dengan bepergiannya empat sekawan itu ke Meksiko, kesibukan Carrie dengan kantor baru dan asisten yang tas bermereknya barang sewaan, tahun baru yang sepi bagi perempuan lajang, dan lain-lain.

Kegersangan batin Carrie karena kehilangan cinta akhirnya menemukan happy ending, ketika dia mendapati Big di apartemen yang sudah terjual, untuk mengambil sepatu yang masih tertinggal. Mereka bertemu dalam kerinduan yang memuncak.

Apa sih artinya sepasang sepatu berwarna biru, yang sampai menghuni otak dan teringat untuk mengambil, di antara urusan-urusan lain? Oh, besar sekali artinya seandainya Anda paham dunia perempuan, dan sepatu itu bermerek Manolo Blahnik. Gombal memang, tapi itulah dunia konsumsi masa kini.

http://cetak.kompas.com/read/xml/2008/06/15/02031012/cinta.dalam.sepasang.manolo

Shanty Klarifikasi Kemesraan Bersama Ananda

Layaknya seorang sahabat, Shanty merasa wajib menghibur temannya yang tengah dirundung duka. Namun sayang, niat Shanty ternyata berdampak tak menyenangkan. Sebab, akibat keakraban yang dijalin bersama Ananda Mikola saat menonton konser Gigi pada Kamis (12/3) dini hari di Kamasutera Cafe, Hotel Crown, Jakarta, terekam salah satu kamera tim liputan yag bertugas dan beredar secara luas, Ia malah dianggap memiliki kedekatan khusus dengan mantan kekasih Laudya Chintya Bella itu.

Ditemui di kantor MNC, Kebon Jeruk, Jakarta Barat, Jumat (13/6/2008), Shanty yang tak ingin pemberitaan menjadi simpang siur, kemudian menjelaskan kronologis kejadian yang sebenarnya, sampai akhirnya ia merangkul Nanda, sapaan akrab Ananda Mikola.

Shanty yang mengenal Ananda dari Laudya saat bertemu di Bali, beberapa tahun lalu. Tak ingin hubungannya dengan LCB menjadi kacau akibat berita yang beredar, Shanty pun lalu memutuskan menelepon Bella dan menjelaskan segala sesuatunya. (SELEB.TV) http://www.kompas.com/index.php/read/xml/2008/06/14/09463490/shanty.klarifikasi.kemesraan.bersama.ananda

13 Juni 2008

Mitos Rating: Mengapa Program Berkualitas Berating Rendah?

Beberapa waktu yang lalu, sejumlah surat kabar sempat mengangkat
isu mengenai program televisi yang berkualitas tetapi memperoleh
rating dan share penonton yang rendah.

Berdasarkan survei kualitatif yang dilakukan Yayasan Science Etika Teknologi (SET),
Kick Andy (Metro TV), Liputan 6 (SCTV), Si Bolang (TRANS7) dan
Metro Realitas (Metro TV) dinilai sebagai program yang berkualitas
tinggi oleh 191 responden berlatar belakang pendidikan tinggi yang
"peduli mengenai program TV dan mumpuni untuk menilai secara
kritis" di 11 kota besar di Indonesia. Namun, program-program
tersebut dikatakan memiliki rating yang lebih buruk dibandingkan
program-program sinetron yang mendominasi jam tayang utama.
Pada titik ini, rating seringkali dituduh sebagai penyebab stasiun TV
menyiarkan program berkualitas rendah.

Tulisan ini dimaksudkan untuk meluruskan miskonsepsi di antara
kritik-kritik tentang rating. Pertama-tama, tidak ada hubungannya
antara angka rating kuantitatif (yang semata-mata menghitung jumlah
penonton) dengan kualitas program. Kualitas program yang tinggi
tidak selalu berhubungan dengan rating yang rendah atau sebaliknya.
Bagaimana sebenarnya rating bisa dianggap "tinggi" atau "rendah"?
Apakah rating 1% selalu dianggap lebih buruk daripada rating 5%?
Apakah yang menjadi acuan untuk mengatakan bahwa rating 5%,
sebagai contoh, tinggi atau rendah? Penilaian ini tergantung pada
beberapa faktor, seperti jam tayang, target pemirsa, tipe program,
dll. Dengan demikian, artikel ini tidak akan membicarakan sisi
kualitatif dari program yang "berating rendah", tetapi interpretasi
mengenai tinggi-rendahnya rating dari program yang disebut sebagai
program berkualitas tinggi. Rating selalu berhubungan dengan:

Jam tayang
Jumlah pemirsa potensial yang dapat diraih oleh stasiunstasiun
TV beragam berdasarkan jam tayangnya. Program
yang disiarkan pada siang hari (12.00-15.00) atau malam hari
(22.00-24.00) akan bertemu dengan potensi pemirsa yang
lebih sedikit daripada program yang ditayangkan pada jam
tayang utama (18.00-22.00). Selama bulan Januari-24 Mei,
pada jam tayang utama, terdapat 12 juta potensi pemirsa untuk
menonton program TV yang ditawarkan, sementara hanya 5 juta
orang pada siang hari dan 7 juta penonton pada malam hari.

Berdasarkan top program berkualitas di atas, mari kita telusuri lebih
dalam mengenai ratingnya, contohnya Si Bolang yang tayang pada
siang hari (12.20-13.00). Dengan target pemirsanya yang anak-anak
(5-14 tahun), mari berfokus pada target tersebut. Selama Januari
sampai 24 Mei 2008, di antara 11 stasiun TV nasional, terdapat
13,6% potensi anak-anak atau sekitar 1,2 juta anak-anak yang
menonton pada pukul 12.30 sampai 13.00. Total populasi TV pada
target pemirsa ini adalah 8,7 juta orang. Dengan potensi tersebut,
masing stasiun TV seharusnya mendapatkan 1,2 poin rating
atau sekitar 100 ribu anak-anak. Selama periode ini, rating Si
Bolang adalah 2,8 atau ditonton sekitar 239 ribu anak-anak. Rating
ini lebih tinggi daripada rata-rata rating yang bisa diperoleh oleh
masing-masing stasiun. Apakah kemudian dianggap rendah?
Contoh lain adalah Kick Andy yang tayang pada malam hari (22.00-
23.00). Berdasarkan AGB Nielsen, pada periode yang sama, penonton
Kick Andy adalah laki-laki berumur di atas 30 tahun yang
berasal dari kelas atas. Pada jam tayang tersebut, ada 21,1% atau
549 ribu penonton yang potensial dari target pemirsa tersebut
yang bisa diraih oleh 11 stasiun TV nasional, sementara populasi
TV target pemirsa ini berjumlah 2,6 juta. Dengan demikian, setiap
stasiun TV mempunyai peluang untuk memperoleh 1,9 poin rating
atau sekitar 50 ribu orang, sementara Kick Andy memperoleh 2 poin
rating selama periode tersebut; sedikit lebih tinggi daripada ratarata
rating yang bisa diperoleh. Sebagai perbandingan adalah Metro
Realitas (10.30 to 11.00). Selama jam tayang, potensi dari target
pemirsa yang sama adalah sebesar 19,9% atau 518 ribu orang. Pada
jam tayang ini, setiap stasiun TV bersaing untuk mendapatkan ratarata
1,8 poin rating atau kurang lebih 47 ribu orang, sementara
Metro Realitas memperoleh rating 1,2 atau 30 ribu orang; lebih
rendah daripada rata-rata rating yang dapat diperoleh. Tinggi atau
rendahnya analisis rating ini akan menunjukkan hasil yang berbeda
pada target pemirsa yang berbeda. Karenanya ada analisis rating
berdasarkan target pemirsa.


Target pemirsa
Kick Andy, sebagai contoh, tidak dapat dibandingkan dengan Si Bolang
karena mereka memiliki target pemirsa yang berbeda, selain
jam tayang yang juga berbeda. Kick Andy bisa mendapatkan rating
2 dan 0,5 pada waktu yang bersamaan. Karena Kick Andy dapat dilihat
dari berbagai sudut pandang, rating 2 menunjukkan jumlah penonton
pada target pemirsanya yang laki-laki di atas 30 tahun dari
kelas atas. Pada sisi yang lain, program ini hanya memperoleh rating
0,5 pada penonton anak-anak yang bukan target pemirsanya.
Sebaliknya, Si Bolang memperoleh rating 2,8 pada target pemirsanya
(anak-anak 5-14 tahun), namun hanya berating 1 pada target
pemirsa laki-laki kelas atas di atas 30 tahun, yang bukan merupakan
target pemirsanya. Manakah yang rendah? Dan manakah yang
tinggi?

Bahkan Liputan 6 memiliki penonton yang berbeda di antara program-
programnya yang tayang pada pagi, siang, sore dan malam
hari. Liputan 6 Pagi dan Liputan 6 Malam kebanyakan ditonton
oleh laki-laki, sedangkan Liputan 6 Siang dan Liputan 6 Petang biasanya
ditonton oleh perempuan. Bagaimana dengan ratingnya?
Liputan 6 Pagi memperoleh rating 1,2 atau sama dengan 31 ribu
penonton laki-laki kelas atas berumur di atas 30 tahun, sedangkan
Liputan 6 Malam ditonton oleh 66 ribu laki-laki dari kelas menengah
atas berumur di atas 20 tahun atau berating 0,9. Sementara
di antara penonton perempuan, Liputan 6 Siang ditonton oleh 118
ribu penonton dari kelas menengah atas yang berusia di atas 40 tahun
atau berating 2,7 dan Liputan 6 Petang ditonton oleh 107 ribu
penonton berusia 40 tahun ke atas dari kelas menengah atau berating
4. Seperti halnya Kick Andy dan Si Bolang, Liputan 6 juga akan
memperlihatkan angka yang berbeda saat dianalisis pada target
pemirsa yang berbeda. Bagaimana pun, analisis harus disesuaikan
dengan target pemirsanya.


Periode analisis
Periode penayangan program juga akan menggiring kita kepada
analisis yang berbeda, apakah analisis dilakukan hari ini, kemarin,
minggu lalu, selama triwulan pertama, dll. Di antara penonton lakilaki
kelas atas berumur di atas 30 tahun, Kick Andy mungkin hanya
memperoleh rating 0,7 hari ini, tapi di minggu lalu perolehan ratingnya
mencapai 3,9. Atau mendapatkan rating 2 di bulan Januari,
sementara 2,4 di bulan Februari. Contoh lainnya, Si Bolang yang ditayangkan
setiap hari memperoleh rating rata-rata 3,5 pada minggu
lalu (18-24 Mei). Namun rating rata-ratanya lebih rendah (2,9) pada
minggu sebelumnya (11-17 Mei). Dengan demikian, periode analisis
akan berpengaruh pula pada rating yang dihasilkan dari survei ini.
Tipe program
Berita, informasi, acara anak-anak, musik, dan program-program
lainnya juga akan memberikan analisis yang berbeda. Selain berbeda
jam tayang dan target pemirsa, program berita tidak dapat
dibandingkan dengan program anak-anak. Pada top program berita
di antara mereka yang berpendidikan terakhir universitas, Liputan
6 Petang memperoleh rating tertinggi ke-dua (2,9) setelah Seputar
Indonesia (3) selama Januari-24 Mei. Pada target pemirsa yang
sama, Kick Andy 2nd Anniversary memperoleh rating tertinggi (2,4)
di antara program informasi talkshow. Pada periode yang sama,
Si Bolang memperoleh rating tertinggi ke-dua (2,8) setelah Laptop
Si Unyil (2,9) di antara program edukasi anak pada target pemirsa
anak-anak. Tetapi, program ini hanya memperoleh rating 1 jika dianalisis
pada target pemirsa yang berpendidikan terakhir universitas.
Karenanya penilaian atas tinggi rendahnya rating perlu mempertimbangkan
poin-poin tersebut di atas.*


sumber: abg nielsen newsletter Edisi ke-22 | Juni | 2008

66 LP Yogya dan Banten Lalui Pra-FRB

kpi.go.id 13/06/2008 - 66 lembaga penyiaran asal Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan Banten, berhasil melalui proses pengecekan administratif atau Pra-FRB yang diadakan oleh Depkominfo bersama-sama KPI di Hotel Megamendung, Cipayung, Bogor, Kamis (12/6) sampai Jumat (13/6). Ke 66 lembaga penyiaran tersebut terdiri dari enam lembaga penyiaran asal Yogya dan 60 asal Banten.

Adapun mengenai rencana FRB ke 66 lembaga penyiaran ini akan dilaksanakan setelah berkas kekurangan masing-masing lembaga penyiaran dilengkapi paling lambat 30 hari kerja sejak diterima surat pemberitahuan dari Depkominfo.

Pada saat berlangsungnya forum tersebut, anggota KPID Banten, Harris Withardja, mengusulkan agar ada kebijakan yang lebih operasional menyangkut penggunaan frekuensi di Provinsi Banten. Dasar-dasarnya, menurut dia, adalah aspek kewilayahan. "Misalnya, untuk Tangerang dan Serang, ke dua daerah ini harus diberi kesempatan untuk menumbuhkan lembaga penyiaran dengan tidak terkendala pada peta teknik yang dituangkan dlam KM 76 tahun 2003," jelasnya.

Harris juga menuangkan beberapa opsi atau solusi kepada pemerintah misalnya frekuensi yang diperuntukan bagi Banten yang di dalam KM 76 dijatahkan untuk Kabupaten Pandeglang, Kecamatan Malimping dan Kota Cilegon itu bisa dikelola dan dimanfaatkan untuk wilayah Banten termasuk Tengerang dan Serang.

Selain itu, anggota KPID Banten bidang perizinan ini juga memberikan mengusulkan, khususnya untuk lembaga penyiaran publik lokal agar alokasi reserve kanal untuk mereka cukup disediakan satu kanal dari dua kanal yang disediakan. "Untuk wilayah kota Serang, Tangerang, kota Cilegon, Kabupaten Lebak dan kabupaten Pandeglang kanal yang disediakan untuk LPP cukup satu kanal saja," harap Harris.

Menurut Harris, sebaiknya usulan dan solusi ini dijadikan catatan untuk dibawa ke forum rapat bersama nanti. Usulan dan opsi ini diharapkan bisa menjadi bahan pertimbangan dari pemerintah.

Hadir dalam forum sebelum FRB ini anggota KPI Pusat, Amar Ahmad dan Bimo Nugroho Sekundatmo dan juga perwakilan KPID DIY dan Banten. Selain itu, hadir pula perwakilan dari Ditjen Postel serta SKDI Depkominfo.

13 Lembaga Penyiaran Jateng Bersepakat Tidak Menjual Izin

kpi.go.id 13/6/08 - Sebanyak 13 lembaga penyiaran di Jawa Tengah menandatangani surat pernyataan yang berisi kesanggupan dan persetujuan untuk tidak menjual atau memindahtangankan Izin Prinsip Penyelenggaraan Penyiaran (IPPP) kepada pihak lain. Pernyataan itu ditandatangani di kantor Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) Jawa Tengah Semarang Senin (9/6) dan Selasa (10/6).

Koordinator Bidang Perizinan KPID Jateng Hari Wiryawan, Rabu (11/6) mengatakan, penandatanganan itu dilakukan menjelang diterbitkanya IPPP oleh Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Muhammad Nuh. Penandatanganan kesanggupan tidak menjual izin memang merupakan prosedur standar. Namun Hari Wiryawan tidak menampik adanya gejala yang kurang sehat. Selama ini, ada kabar santer bahwa sejumlah pialang dari Jakarta sudah ke Jawa Tengah untuk membeli izin yang bakal turun. "Kita juga mendengar itu, karena  itu kita antisipasi," katanya.  

Menurut Hari, Undang-undang penyiaran No. 32 tahun 2002 melarang jual beli atau pemindahtanganan izin. Dengan demikian bila ada jual beli izin akan batal demi hukum. "KPID bisa menggugat balik secara hukum kepada lembaga penyiaran yang telah menerima izin, bila ternyata izinya dijual," kata anggota KPID Jateng yang periode sebelumnya menangani bidang Hukum dan Sanksi.   

Di samping penandatanganan kesanggupan itu, KPID Jateng juga menegaskan sekali lagi bahwa proses Izin Penyelenggaraan Penyiaran (IPP) tidak dipungut biaya. "Belakangan ini ada telepon gelap yang mengatasnamakan KPID untuk meminta sejumlah uang kepada lembaga penyiaran yang sedang memproses izin. Alhamdulillah itu bisa dicegah, sehingga tidak ada korban penipuan," katanya.

Ke-13 Lembaga Penyiaran yang menandatangani adalah 2 Lembaga Penyiaran Komunitas (LPK) yaitu Wijaya Kusuma (Batang) dan Yobel (Pemalang); 7 Lembaga Penyiaran Swasta (LPS) Jasa Penyiaran Radio yaitu Gama FM (Tegal), Radio Suara Purbowangi (Kebumen), Suara Purwokerto (Purwokerto), Unima FM (Magelang), Solo Radio dan Meta FM (Solo), Karsyma FM (Boyolali), dan 4 LPS Jasa Penyiaran TV yaitu TATV dan MGTV (Solo), TVKU dan TV Borobudur (Semarang). (wir-KPID Jateng)

KPI dan KPAI Jalin Kerja Sama Guna Hindari Dampak Buruk Tayangan Kekerasan

kpi.go.id 12/06/2008 - "Kekerasan sangat dekat dengan anak. Sejak usia dini anak-anak sudah dikenalkan berbagai bentuk kekerasan, mulai kekerasan verbal, fisik hingga seksual. Anak perempuan lebih sering mengalami kekerasan seksual hingga berdampak kehamilan, sementara anak laki-laki lebih sering mengalami kekerasan fisik hingga berdampak kematian," tegas Budhy Prabowo, dari bagian Data dan Pelaporan Sekretariat Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) pada acara Diskusi KPAI ttg kekerasan di Media, dengan berbagai lembaga, Kamis (12/6).

Diskusi yang juga mengundang Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) ini, juga membeberkan data dari United Nations Children's Fund (UNICEF), yang menyatakan bahwa ada 40 juta anak di bawah 15 tahun yang mengalami kekerasan dan penelantaran dan memerlukan penanganan medis dan sosial. Di indonesia sendiri, menurut catatan Departemen Sosial (2006) ada 182,400 kasus kekerasan terhadap anak.

KPAI mencatat sepanjang tahun 2006-2007 kekerasan yang terjadi pada anak bukan hanya dilakukan oleh orang terdekat, tetapi juga orang lain. Dari sini muncul pertanyaan, apakah media televisi turut berpengaruh terhadap maraknya kekerasa terhadap perilaku anak? Dan sejauhmana dampak tayangan kekerasan dan berita kriminal pada sikap dan perilaku tumbuh kembang anak?

Topik diskusi yang dihadiri kurang lebih 30 orang ini,  penting untuk dibahas karena  kekerasan banyak tersebut ditiru anak dari tayangan televisi. Sebab, seperti yang dipaparkan oleh Nina Armando dari Yayasan Pengembangan Media Anak (YPMA), sudah banyak studi yang menunjukkan kekerasan di televisi menimbulkan pengaruh pada pemirsanya. "Anak adalah seperti kertas putih yang siap diisi oleh apa saja. Ia menjiplak apa saja yang masuk ke dalam benaknya, dan anak akan menyerap tawaran dari media, karena ia belum memiliki kemampuan untuk menentukan pilihan bagi dirinya" tegasnya.

Nina pun menyoroti persoalan media lain yang juga dekat dengan anak, seperti: videogame, dan komik. Sebab media tersebut mudah menarik perhatian karena sifatnya yang mudah dijangkau dan relatif murah. Salah satu game yang ditemukan adalah, "GTA San Andreas", yang berisikan permainan seorang pengendara bermotor. Banyak juga game yang berisi tentang strategi perang, yang pada dasarnya di luar negeri sering dimainkan oleh tentara-tentara sebagai simulasi mereka.

Sementara itu Wakil Ketua KPI, Fetty Fajriati Miftach, mengatakan bahwa KPI sendiri sesungguhnya telah berupaya mengingatkan kepada seluruh stasiun televisi yang melanggar untuk memperbaiki program-program yang berpotensi memberikan dampak negatif bagi anak. Menurutnya, dasar teguran KPI Pusat selain mengacu pada UU Penyiaran No.32/2002, juga Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran (P3 SPS).
 
"Kita sudah minta semua stasiun televisi untuk menayangkan ikon klasifikasi siaran. Kalau program anak harusnya ditaruh ikon A. Namun semua klasifikasi itu tetap harus ada bimbingan orangtua, karena kita tidak menjamin dengan adanya klasifikasi tersebut anak akan mengerti sepenuhnya isi program televisi yang ditonton", ujar Fetty.

Namun Fetty menyayangkan masih banyak stasiun televisi yang tidak mencamtumkan ikon klasifikasi program siaran tersebut. Padahal ikon itu penting untuk menuntun orang tua memilah tayangan televisi untuk anak-anaknya. Oleh karena itu, Komisioner KPAI bidang anti kekerasan, Magdalena, yang menggagas diksusi ini mengatakan KPI dan KPAI perlu duduk bersama untuk bersama-sama menyuarakan pentingnya melindungi anak-anak dari bahaya kekerasan yang ada di televisi.

Diskusi yang berakhir hingga sore hari ini, membuat rekomendasi agar KPI dan KPAI, juga lembaga lain seperti Yayasan Pengembangan Media Anak, dan UNICEF untuk duduk bersama dengan para pemimpin stasiun televisi agar bersama-sama mengatasi kekerasan yang terjadi di dalam masyarakat Indonesia.

Bantuan Pakaian Tunai untuk Selebriti

Jawa Pos, Sabtu, 14 Juni 2008 - Zaman sekarang lagi tren-trennya para artis Indonesia memakai pakaian yang dibilang menggairahkan  (seksi). Bahkan, orang awam pun, baik tua maupun muda, banyak yang meniru -ikut-ikutan- gaya para selebriti tersebut.

Karena itu, perlukah pemerintah mencanangkan program baru, yaitu BPT (bantuan pakaian tunai) untuk mereka semua? Mengapa? Barangkali, itu untuk mengurangi kriminalitas, seperti pencabulan, pemerkosaan, dan sebagainya yang meresahkan masyarakat.

Bila memang perlu, berarti tahun ini pemerintah mempunyai dua program baru, yaitu bantuan langsung tunai (BLT) untuk orang miskin dan bantuan pakaian tunai (BPT) untuk selebriti yang mengumbar aurat.

MUHAMMAD AUTAD ANNASHER, Jl Pemuda Gg Prihatin Potroyudan, Jepara

Agustus, Televisi Bersama Indonesia-Malaysia

(12 Juni 2008) KERJASAMA Pemerintah Indonesia dan Malaysia dalam bidang komunkasi dan informasi yang dilakukan oleh Depkominfo dan Kementerian Penerangan Malaysia, antara lain bakal diwujudkan dalam bentuk pembuatan jaringan televisi bersama khusus untuk news tv channel.

Menkominfo Mohammad Nuh, menjanjikan Agustus 2008 mendatang sudah harus ada realisasinya. "Kita akan mengambil momentum Hari Kemerdekaan baik Indonesia maupun Malaysia di bulan Agustus. Mudah-mudahan pada Agsutus ini sudah ada realisasinya," katanya dalam jumpa pers bersama Menteri Penerangan Malaysia, Dato' Ahmad Shabery, di Jakarta, Kamis (12/6) siang.

Nuh mengungkapkan, sebagai negara serumpun, ada wacana dan keinginan untuk membuat televisi bersama dalam bentuk News TV Channel. Potensi penduduk hampir 300 juta jiwa serta penekanan terhadap berita aktual di kedua negara menjadi salah satu bahan pertimbangan.

Sementara Menteri Penerangan Malaysia, Dato' Ahmad Shabery, mengatakan, pihaknya akan menggunakan saluran yang sudah eksisting. "Penekannnya memang bagaimana kami sebagai negara bertetangga mendapatkan informasi tentang Indonesia dari Indonesia sendiri, demikian sebaliknya. Bukan mendapatkan informasi Malaysia dari negara lain, karena ini dikhawatirkan akan bias," katanya.

Selain kerjasama itu, disinggung pula beberapa bentuk kerjasama spesifik di bidang kewartawanan antar lembaga profesi, PWI dengan Persatuan Wartawan Melayu Malysia (PWMM). (kem)
http://www.depkominfo.go.id/

12 Juni 2008

Ragam Komedi Ceria di TransTV

Trans TV ingin menyuguhkan keceriaan bagi pemirsanya

Aming dan Indra Birowo yang berdandan sebagai anak band memasuki sebuah hotel dan mengaku kepada room boy (Edric Tjandra), personel band Andra and Backbone). Keruan saja Edric tidak percaya dengan Aming dan Indra yang bertubuh kurus, apalagi tidak beberapa lama muncul para personel Andra and Backbone yang sesungguhnya.

Itulah penggalan skenario pembuka acara Extravaganza yang ditayangkan Trans TV pada Sabtu, (7/6) lalu pukul 19.00 WIB. Penampilan Aming cs di Extravaganza kian mendapat tempat tersendiri di masyarakat. Menurut Aris Ananda, planning & scheduling Dept Head Trans TV, ExtraVaganza yang mulai tayang 5 April 2004 mampu menembus kompetisi yang ketat di jagad komedi Indonesia saat ini. Format program acara komedi ini terbagi dalam beberapa segmen, yakni sitkom, komedi musikal, dan parodi. Di Extravaganza, pemirsa juga akan disuguhi penampilan penyanyi dan band-band papan atas, seperti: Peterpan, Christian Bautista, Keith Martin, Serieus, Gigi, Audy, Slank, Andra and Backbone, dan lain-lain.

''Extravaganza menyajikan sesuatu yang baru, baik pemain, gaya berkomedi, maupun kemasan komedi itu sendiri dan digabungkan dengan penampilan musik dari penyanyi dan grup band yang menjadi bintang tamu. Hal itu memiliki daya tarik tersendiri, semakin memiliki daya pikat,'' tutur Aris mengenai acara variety show terpopuler di Trans TV ini.

''Kini Extravaganza sudah menjadi trendsetter dan juga sudah dapat membentuk pemirsa tersendiri,'' tegas Aris. Agar dapat bertahan, kami berusaha berinovasi,'' terang Aris yang mengungkapkan, berdasarkan riset AC Nilsen, rating acara ini tetap tinggi dengan mencapai delapan poin.

Kesuksesan Extravaganza membuat Trans TV menjadi percaya diri untuk membuat beberapa program acara komedi dengan format berbeda. Seperti Sssst Usil Banget Deh, Coffe Bean Show, Sketsa, Jail, dan Akhirnya Datang Juga Plus-Plus.

Sssst Usil Banget Deh (SUBD) tayang kali perdana pada 10 November lalu itu dihadirkan setiap Sabtu pukul 18.30 WIB. SUBD yang masuk dalam kategori reality game show ini dipandu oleh komedian Bedu. ''Respons pemirsa terhadap tayangan SUBD ini juga cukup memuaskan. Perolehan rating maupun share pemirsa relatif bagus,'' ungkap Aris. Berdasarkan data harian yang dilansir dari lembaga riset televisi, AGB Nielsen berhasil menembus rating hingga 2,7 poin.

Kondisi serupa terjadi pada Coffe Bean Show (CBS). Diungkapkan Aris adapun, rating dan sharenya CBS selama dua minggu terakhir. ''Rating dan share ini mengalami peningkatan setelah selama ini share-nya di bawah 10 persen,'' ungkap Aris mengenai CBS yang kini sudah mencapai 30 episode.

''Bila dilihat dua minggu terakhir mengalami peningkatan, berarti memang terjadi respons yang positif dari pemirsa terhadap CBS. Untuk itu kualitas selalu berusaha ditingkatkan dengan cara menghadirkan bintang-bintang tamu yang variatif di setiap episodenya dan tidak lupa—terus meningkatkan kelucuannya,'' tutur Aris.

Tak kalah serunya, lanjut Aris, acara Sketsa yang tayang setiap Jumat pukul 19.30-20.00 WIB. Program ini menampilkan sketsa-sketsa komedi singkat namun memancing tawa maksimal. ''Kami ingin mengenalkan format baru yakni komedi real yang mungkin terjadi dalam kehidupan sehari-hari, tidak dibuat-buat dan diangkat dari materi yang fresh,'' terang Aris.

Adapun Jail yang merupakan sebuah program comedy reality show menangkap kelucuan suatu situasi. Jail tayang setiap hari Jumat mulai pukul 19.00-19.30 WIB dengan menampilkan beberapa ide jahil yang telah dipersiapkan pada lokasi yang berbeda-beda.

Sedangkan Akhirnya Datang Juga Plus-Plus merupakan bentuk pengembangan dari kesuksesan program Akhirnya Datang Juga ini tayang setiap Rabu pukul 19.00 WIB. Program ini hadir memberikan hiburan menyegarkan melalui penampilan Nardji sebagai pembawa acara.

Hadirnya program-program komedi tersebut pada waktu primetime menegaskan upaya Trans TV untuk menciptakan hari-hari pemirsa yang penuh dengan keceriaan ''Hadirnya program-program komedi tersebut untuk membuat pemirsa terhibur dengan canda tawa di waktu primetime yang santai.'' ujar Hadiansyah Lubis, head of marketing public relations Trans TV.

''Kita sadar di primetime itu persaingan cukup berat. Karena pada slot tersebut hampir semua stasiun televisi menghadirkan sinetron. Nah, dengan sajian program ini kami berharap bisa menjadi alternatif tontonan yang bisa menghibur pemirsa di rumah.''

''Para pemirsa di negeri ini sudah terbiasa menyaksikan sinetron. Sekarang kami ingin secara perlahan mengubahnya lewat tayangan yang berbeda,'' tegas Hadiansyah yang menegaskan lagi bahwa memang program acara komedi menjadi unggulan di Trans TV selain program acara musik dan film.

Dengan hasil rating dan share yang cukup tinggi dari program-program komedi yang disajikan Trans TV menunjukkan bahwa acara-acara komedi tersebut dapat bersaing dengan acara-acara sinetron pada jam-jam primetime. ruz

http://www.republika.co.id/koran_detail.asp?id=337424&kat_id=476

"Cita-Citaku" di Trans 7, Hiburan Edukatif Bagi Keluarga

Setiap episode menampilkan profesi berbeda

Ingin jadi apa kalau sudah besar nanti? Pertanyaan tersebut kerap singgah saat kita masih kecil. Ada yang beruntung mendapatkan kesempatan untuk mewujudkan cita-citanya, namun tak sedikit yang cita-citanya kandas di tengah jalan karena kondisi sosial ekonomi yang tidak memungkinkan.

Fenomena itulah yang diangkat dalam program Cita-citaku di Trans 7, yang sebelumnya tayang Sabtu dan Ahad itu, kini hadir striping dari Senin sampai Jumat pukul 14.00 WIB. Pada Jumat lalu (13/6), Cita-citaku menyajikan episode "Sepatu Roda". Bercerita mengenai seorang anak bernama Agi yang sangat suka bermain sepatu roda. Agi bergabung di klub sepatu roda di Bandung. Setiap tiga bulan sekali, ia mengikuti ujian kenaikan tingkat.

Pada saat ujian kenaikan tingkat itu, Agi dikalahkan oleh Papaw. Ia kesal sekali dan memilih untuk pindah ke cabang olahraga yang lain. Ia pun mencoba menjadi atlet sepeda. Namun, usahanya gagal. Ia pun akhirnya kembali menekuni sepatu roda dan berusaha latihan semaksimal mungkin. Menjelang kompetisi, Agi mendapatkan hadiah sepatu roda baru dari sang ibu. Hadiah ini semakin memacu tekadnya untuk jadi yang terbaik.

Menurut Linda Fitriesti, media relations officer Trans 7, Cita-citaku merupakan program acara untuk anak-anak yang dikemas sederhana, namun dengan alur menarik. Tayangan ini kerap menyodorkan kisah dari keinginan atau cita-cita seorang anak kecil terhadap suatu profesi pekerjaan, misalnya tentara, polisi, dokter, olahragawan, pilot, ataupun wartawan. ''Program acara Cita-citaku memang disajikan khusus untuk anak-anak dan mengandung nilai edukatif. Suatu tontonan yang edukatif sekaligus menghibur,'' tegas Linda. Program Cita-citaku ingin memberikan kesempatan kepada anak-anak yang kurang beruntung, tapi memiliki keinginan besar untuk mewujudkan cita-citanya.

Dalam Cita-citaku, digambarkan bagaimana profesi itu digeluti dan anak-anak diberikan kesempatan untuk mencoba menggeluti suatu profesi yang setiap episodenya menampilkan profesi yang berbeda-beda. ''Diharapkan tayangan ini dapat menggambarkan cita-cita yang sesuai dengan profesi yang diinginkan anak-anak. Tentu saja, diharapkan anak-anak dapat mewujudkannya setelah dewasa.''

Respons positif dari pemirsa anak-anak terhadap tayangan Cita-citaku inilah yang menjadi alasan Trans 7 menambah jam tayang yang hanya Sabtu dan Ahad menjadi striping dari Senin sampai Jumat. ''Peningkatan ini sangat menggembirakan karena menandakan konsep Trans 7 sebagai televisi keluarga bisa diterima pemirsa.''

Hiburan yang mendidik
Dunia anak-anak adalah masa yang luar biasa. Penuh tawa dan khayalan. Kebanyakan orang di belahan bumi memiliki kenangan indah di masa itu. Alam dan budaya tempat tinggal menjadi faktor penting dalam pembentukan karakternya, terutama bagi anak yang kerap bermain di sekitar lingkungan tempat tinggalnya.

Saat ini, alam dan budaya tradisional cenderung tak dilirik dan nyaris ditinggalkan oleh sebagian anak negeri. Permainan-permainan elektronik yang muncul dewasa ini mulai menggantikan permainan tradisional. Dampak dari fenomena tersebut, anak-anak calon penerus bangsa seakan lupa pada budaya dan alamnya sendiri.

Atas dasar itulah Trans 7 menyajikan beberapa program acara anak Indonesia. ''Trans 7 adalah stasiun TV yang paling banyak menghadirkan program anak produksi lokal (39 persen dari total jam tayang program anak lokal),'' ujar Linda. Selain Cita-citaku, program tayangan anak lainnya yang juga cukup berhasil menjadi tontonan favorit pemirsa anak dan keluarga, yakni Bocah Petualang (Si Bolang), Si Bolang ke Kota, Laptop Si Unyil, Jalan Sesama, dan Selamat Pagi Ceria.

Si Bolang sudah tayang sejak 2005 dan hadir setiap Senin-Jumat, pukul 12.30 WIB. Si Bolang ke Kota hadir setiap Sabtu dan Ahad, pukul 12.30 WIB. Laptop Si Unyil tayang dari Senin sampai Jumat, pukul 13.00 WIB. Jalan Sesama disiarkan dari Senin hingga Jumat pada pukul 13.30 WIB. Lalu, Selamat Pagi Ceria tayang setiap Sabtu, pukul 07.45 WIB.

''Program tayangan anak Indonesia ini disajikan dengan penjelasan yang sederhana, menarik, dan lugas sehingga lebih mudah dipahami serta mencerdaskan dan menghibur anak dan keluarga,'' jelas Linda. Menurut Amatul Rayyani, produser Si Bolang, tayangan program yang digarapnya dimaksudkan untuk mencoba mendekatkan kembali anak-anak di seluruh nusantara dengan alam dan budayanya. Bagaimana si anak berinteraksi dengan alam, budaya, dan bermain dengan beraneka ragam permainan tradisional. Selain itu, sisi-sisi human interest sang tokoh ketika menghadapi suatu masalah juga ditampilkan di film semi-dokumenter ini.

''Si Bolang adalah sebutan dari seorang anak setempat yang memimpin teman-temannya berpetualang di sekitar tempat tinggalnya. Hampir di setiap episodenya, bocah-bocah dan tokoh Si Bolang akan menampilkan petualangan-petualangan seru,'' jelas Amatul yang mengungkapkan acara yang digarapnya meraih rating/share, 2-18. Bahkan, pada event Panasonic Award 2007, program acara ini dinobatkan sebagai program anak terfavorit. ''Si Bolang sampai saat ini masih menduduki peringkat teratas tayangan anak-anak di Trans 7,'' tegas Amatul. ruz

http://www.republika.co.id/koran_detail.asp?id=337551&kat_id=476

'Pers Harus Kembangkan Jurnalisme Damai'

Jurnalisme damai memberikan tidak hanya peristiwa tapi solusi

Pemerintah melalui Departemen Komunikasi dan Informatika (Depkominfo) mengharapkan pers nasional ke depan mengembangkan jurnalisme damai (peace journalism) dalam memberitakan berbagai peristiwa yang terjadi di Tanah Air.

''Sebaiknya, pers nasional jangan hanya mengembangkan war journalism, seperti peristiwa kekerasan atau bentrokan antarmassa,'' kata Staf Ahli Menteri Komunikasi dan Informatika Bidang Media Massa, Henry Subiakto, dalam diskusi '10 Tahun Pers Mengawal Reformasi' yang diselenggarakan PWI Jaya di Jakarta, Kamis (12/6).

Selain Henry, pembicara lain dalam diskusi tersebut adalah Ketua Komisi I DPR RI, Theo L Sambuaga, Ketua Umum Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Pusat, Tarman Azzam, dan Ketua Dewan Pers, Ichlasul Amal. Hadir pula dalam acara itu Gubernur DKI Jakarta, Fauzi Bowo, serta sejumlah aktivis pers, seperti Asro Kamal Rokan, Parni Hadi, dan Ja'far Assegaf.

Menurut Henry, war journalism atau jurnalisme perang cenderung membesar-besarkan arena konflik dan efek kekerasan yang tampak, sehingga dikhawatirkan akan memunculkan semangat saling bermusuhan. Sedangkan jurnalisme damai, katanya, berupaya memetakan konflik untuk memunculkan solusi, bukan hanya terfokus di arena konflik.

Prinsip jurnalisme damai, lanjutnya, cenderung menonjolkan efek yang tidak tampak, seperti penderitaan kemanusiaan, trauma psikologis korban, penderitaan kemanusiaan, dan hilangnya masa depan. Prinsip jurnalisme damai, lanjut dia, berupaya mengungkapkan fakta secara lengkap dan memetakan konflik untuk memunculkan solusi, bukan hanya terfokus pada arena konflik.

Sementara itu, Ketua Dewan Pers Ichlasul Amal mengatakan, jurnalisme damai agak sulit dikembangkan karena pada umumnya pemberitaan media massa cenderung untuk memenuhi kebutuhan pelanggan atau pembaca. ''Saya khawatir jika 'peace journalism' ini diterapkan, akan banyak media massa yang mati karena memang yang disukai masyarakat saat ini adalah berita-berita yang 'war journalism','' katanya.

Sedangkan, Ketua Komisi I DPR, Theo Sambuaga, mengingatkan media massa untuk tidak memuat berita atau informasi yang memicu kekerasan, disintegrasi bangsa, menyesatkan, dan membodohi masyarakat. Di sisi lain, Theo juga meminta agar kalangan pers siap menghadapi tuntutan hukum bila terjadi dugaan pelanggaran hukum sesuai aturan UU No 40 Tahun 1999 tentang Pers.

Dari Palembang dilaporkan, Dewan Pers mengungkap upaya mewujudkan kerja sama dengan Polri dalam rangka memberikan perlindungan hukum terhadap wartawan, masih belum bisa diwujudkan. Anggota Dewan Pers, Wikrama I Abidin, pada acara 'Peliputan Pilkada bagi Jurnalis' di Palembang, Kamis (12/6), mengungkapkan sudah beberapa kali mempertanyakan realisasi nasib kerja sama tersebut ke Kapolri, namun belum direspons. ''Kesepakatan dengan Kapolri Jenderal Sutanto telah dilakukan pada November 2007, namun sampai saat ini belum ada tindak lanjutnya,'' katanya.

Wakil Ketua Dewan Pers, Leo Batubara, meminta kepada jurnalis tetap berani melakukan tugas-tugasnya sepanjang itu menyangkut kebenaran. ''Jangan takut wartawan untuk menulisnya.'' Leo Batubara juga memperingatkan bahwa aparat hukum di Indonesia masih menganggap semua masalah hukum harus diselesaikan lewat KUHP. oed/ant

http://www.republika.co.id/koran_detail.asp?id=337479&kat_id=6

SCTV Kaget Australia Protes Soal Video Pembakaran

Pemberitaan mengenai pembakaran kapal nelayan Indonesia oleh aparat Australia pada 11 Juni 2008 di SCTV dan Metro TV memicu protes Pemerintah Australia. Pihak SCTV mengaku hingga kini belum menerima protes dari Australia dengan pemberitaan tersebut.

"Makanya kita kaget, sepanjang tidak bertanya ya tidak pelu kita jawab. Kalau ada protes kan bisa hak jawab," kata Kepala Peliputan Jarot Suprayitno saat dikonfirmasi detikcom, Jumat (13/6/2008).

Menurut Jarot, video yang ditayangkan diterima korespondennya dari LSM lokal. "Ceritanya kita dapat dari LSM di NTT Yang menerima nelayan sekaligus videonya. Di sana ada koresponden kita yang meliput peristiwa (penerimaan nelayan di LSM)," imbuh dia.

Sementara Ketua Pokja Laut Timor dan Gugusan Pasir Kupang Ferdi Tanone mengatakan, video itu merupakan film dokumenter yang diambil pada 2003. Namun menurutnya tindakan aparat Australia tidak bisa dibenarkan.

"Ini dokumenter. Mau 10 tahun lalu atau berapa tahun, perlakuan mereka tidak dapat dibenarkan," pungkas dia. (mly/nrl )

dikutip dari detik.com 13/06/2008 11:02 WIB

Karena Kami Bukan Selebriti

Kompas/Bre Redana / Kompas Images
Para pekerja ambulans, Januari Purwoko, Maryanto, dan Risa Citra Dewi (kiri ke kanan), di hadapan awak infotainment di Galeri Koong, Jakarta, Kamis (12/6).

Bre Redana

Berurusan dengan pesohor yang punya akses besar dalam pemberitaan di media massa telah membawa kesulitan tersendiri bagi para petugas ambulans. Dua petugas ambulans disertai beberapa kolega, keluarga korban, serta pengacara, mengungkapkan pengalamannya dalam jumpa pers di Galeri Koong, Jakarta, Kamis (12/6).

Jumpa pers diprakarsai oleh perupa Teguh Ostenrik, adik ipar korban tewas dalam kecelakaan, yakni Janu Utomo (76), yang waktu itu di dalam ambulans dalam perjalanan dari rumah di kawasan Pulo Gadung menuju RS Pusat Pertamina. Istri korban yang menemani di dalam ambulans, Retno Indarti (65), saat ini dalam keadaan kritis. Dua petugas medis di ambulans itu adalah Januari Purwoko dan Risa Citra Dewi.

Dalam jumpa pers kemarin, Januari masih menggendong tangan kirinya, sedangkan Risa menunjuk bagian punggung yang masih sakit. Sejumlah seniman teman Teguh datang dalam acara itu, seperti Djenar Maesa Ayu, Rayya Makarim, dan penulis Nirwan Ahmad Arsuka. Muncul pula beberapa petugas ambulans, yang tergabung dalam Perkumpulan Pekerja Ambulans Gawat Darurat 118.

Kecelakaan lalu lintas yang terjadi tanggal 1 Juni 2008 dini hari sekitar pukul 02.45 itu menjadi pemberitaan media- media hiburan, termasuk beberapa kali ditayangkan program infotainment. Dalam pemberitaan media massa dimunculkan salah satu penumpang dalam mobil sedan Honda Jazz yang terlibat kecelakaan tadi. Dia adalah Nuri, personel band Shaden, yang menyatakan bahwa kendaraan yang ditumpanginya "ditabrak" ambulans. Pengemudi sedan itu, Putri Rizki Indrasari, kini ditahan polisi.

Ditabrak

"Kami ditabrak, bukan menabrak," kata Januari. Ia menceritakan secara kronologis perjalanannya dini hari itu, kecepatan mobilnya, termasuk bahwa ambulans menyalakan lampu besar, sirine, dan lampu rotator. Ia tunjukkan pula bahwa yang ringsek dari ambulansnya adalah bodi samping kanan dan as roda belakang patah. "Ambulans itu bisa nabrak kalau jalannya menyamping seperti kepiting," komentar Teguh Ostenrik.

Bagi Teguh, mewakili keluarga besar korban, dengan jumpa pers ini dia bukan hanya mengingini ditegakkannya hukum, tetapi juga pembelajaran bagi masyarakat dalam berlalu lintas. Lalu lintas terutama di Jakarta, menurut dia, perlu didorong untuk menjadi medan yang lebih "beradab".

"Kalau soal memaafkan, saya sudah memaafkan. Saya juga manusia. Tetapi, hukum harus tetap berjalan, ini file-nya lain lagi," ucap Teguh.

Sementara itu, kuasa hukum Nuri, Noni P Purwaningsih, ketika dihubungi Kompas menyatakan tidak akan menanggapi pernyataan yang muncul dalam jumpa pers yang digelar keluarga korban. Permintaan keluarga korban serta pihak petugas ambulans antara lain adalah permintaan maaf dari pihak Nuri, atas pernyataannya di media massa. "Minta maaf apa, salah kami di mana?" kata Noni.

Selebriti

Pada pertemuan pers kemarin sempat terungkap kehidupan para petugas ambulans. Mereka menyadari betapa lemah posisinya ketika berhadapan dengan selebriti yang punya akses kuat ke media massa.

Para petugas ambulans ini, kata Maryanto dari Divisi Hukum dan Politik Perkumpulan Pekerja Ambulans Gawat Darurat 118 DKI Jakarta, lebih banyak melakukan tugasnya dengan semangat sukarela. Dulu, usaha ini di bawah suatu yayasan. Kini mereka di bawah Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta. "Sejak bulan Februari lalu, kami belum dibayar," kata Maryanto.

Abdul Adjis, sekretaris perkumpulan, membenarkan penuturan itu. Kini mereka menghadapi persoalan lain dengan media massa terutama infotainment.

"Saya sangat menyayangkan berita-berita yang menyebut ambulans tidak membawa pasien, ambulans tidak menyalakan sirine, lalu kami yang dinyatakan menabrak," kata Abdul Adjis yang hari itu datang untuk memberi dukungan moral kepada temannya. Jumpa pers ini dianggapnya membawa kemajuan pada pihak mereka. "Biar pemberitaan infotainment tidak hanya dari selebritis saja."

Mereka memang bukan sele briti. (IVV)

http://cetak.kompas.com/read/xml/2008/06/13/01133254/karena.kami.bukan.selebriti

Dewi Dewi Gandeng Mulan - Ina Keluar, Konsentrasi Jazz

JP 13 juni 2008  - Kelompok vokal Dewi Dewi kini resmi berdua. Ina, salah seorang personelnya, resmi hengkang sejak 1 Juni lalu. Tapi, Ina tak menghilang. Dia masih berada di bawah naungan manajemen Republik Cinta.

Menurut Ahmad Dhani selaku panglima dari manajemen yang didirikannya itu, Ina tak sesuai dengan lagu pop Dewi Dewi. Ina menginginkan musik yang sesuai dengan idealismenya, jazz. "Kita akan buatkan album jazz untuknya. Itu memang sesuai dengan jiwanya," ucap Dhani saat ditemui Jawa Pos di Studio The Loop, kemarin (12/6).

Meski begitu, Dewi Dewi tetap survive beranggota Tata dan Puri. Khusus kemarin, Dewi Dewi bergabung dengan Mulan Jameela. Sebab, mereka syuting klip lagu berjudul Sakit Bukan Main. Lagu ciptaan Dhani itu memang dinyanyikan Dewi Dewi dan Mulan. Sakit Bukan Main adalah satu di antara tiga lagu baru Dewi Dewi dalam album kompilasi artis-artis manajemen Republik Cinta.

Dewi Dewi dan Mulan memakai kostum futuristik dalam syuting klip yang disutradarai Tepan Kobain tersebut. "Saya tidak ingin menyatukan image keduanya. Mulan punya image sendiri, Dewi Dewi juga punya image sendiri. Biar satu konsep, image mereka tetap berbeda," jelas Tepan.

Demikian pula kostumnya. Pada kostum kedua, Mulan mengenakan kostum ala suster dengan atasan warna hitam dan bawahan merah serba mengkilap. Sedangkan Tata dan Puri kompak memakai kostum glamor merah. "Masing-masing memang sibuk mikirin baju," kata Mulan.

Menurut Tata, kerja sama dengan Mulan itu merupakan pengalaman pertama. Terlebih untuk satu album bersama. "Ditambah Mulan, kami lebih fresh. Sebab, ada karakter vokal yang lain," ujar Tata.

Puri mengangguk setuju. Menurut dia, sangat seru bisa bernyanyi bersama Mulan. Terlebih, Puri menganggap Mulan sebagai superstar. "Banyak ilmu yang bisa diambil dari kolaborasi ini. Entah itu teknik vokal, cara akting, dan segala macamnya," imbuh dia.

Menurut Dhani, total ada 13 lagu di album kompilasi itu. Sepuluh di antaranya adalah lagu-lagu lama Dewa 19, The Rock, Dewi Dewi, Andra and The Backbone, dan Mulan Jameela.

Selain Sakit Bukan Main, dua lagu baru lainnya berjudul Nasionalisme, dinyanyikan duet The Rock-The Koil. Satu lagu lagi berjudul Perempuan Paling Cantik di Negeri Indonesia, dilantunkan Dewa 19. "Mungkin saja lagu ini (Perempuan Paling Cantik di Negeri Indonesia, Red) bisa jadi lagu ajang putri-putrian atau miss kecantikan begitu. Bagus, kan? Liriknya indah kok," canda Dhani. (gen/nda)

Tamara Bleszynski - Kejutan Manis

 

Pemain film dan sinetron Tamara Bleszynski belakangan sering bolak-balik Jakarta-Kuala Lumpur untuk shooting sebuah film yang tak dia sebutkan judulnya. Dia malah bercerita tentang kekagumannya pada kecantikan aktris Hollywood, Rachel Weitz, yang meraih penghargaan Oscar pada 2005 lewat film The Constant Gardener.

Ditemui saat menyaksikan tayangan perdana iklan televisi sabun Lux di Jakarta, beberapa hari lalu, kata Tamara, Rachel memiliki kecantikan alami dan klasik. Idolanya itu juga punya kepribadian menyenangkan.

Mungkin karena lelah shooting, tubuh perempuan kelahiran Bandung, 25 Desember 1974, ini tampak lebih kurus. Warna kulitnya juga lebih gelap. Tetapi, dia tetap bersemangat kalau bicara tentang kecantikan.

"Saya ingin setiap perempuan tidak segan untuk merayakan dan menikmati kecantikannya. Kita juga tidak perlu merasa bersalah untuk mengekspresikan aura cantik itu," katanya.

"Apabila pesona cantik itu dapat terpancar, kita bisa merasa nyaman dan percaya diri. Selanjutnya, seorang perempuan harus siap untuk menerima kejutan manis...," tambah Tamara, lagi-lagi tanpa menceritakan kejutan manis apa gerangan yang pernah diterimanya.... (ARB)

http://cetak.kompas.com/namaperistiwa 13 juni 2008

Kebebasan Pers Percepat Demokratisasi

Tashkent - Seminar internasional di Tashkent, Uzbekistan, Rabu (11/6), mengangkat tema tentang kebebasan pers dalam masyarakat demokrasi. Gagasan yang mengemuka adalah kebebasan pers dapat mempercepat perkembangan masyarakat menjadi komunitas yang lebih modern. Modernitas itu dicirikan dengan semakin menurunnya sikap otoriter dan berkembangnya demokrasi. Pada ranah ekonomi, hal itu ditunjukkan dengan berkembangnya kapitalisme serta ekonomi pasar.

"Secara umum, kita dapat menamakannya pluralisme serta keterbukaan publik," ungkap Direktur Jenderal Bidang Perencanaan Internasional dan Penyiaran Kantor Berita Jepang NHK Toshiyuki Sato.

Di depan peserta seminar itu, Toshiyuki mengatakan, kebebasan pers memiliki peran sebagai stabilisator dalam masyarakat demokratis. Media yang memiliki peran pengontrol dalam masyarakatnya bertanggung jawab untuk mengkritik pemerintah yang cenderung koruptif atau menentang perkembangan demokrasi itu sendiri.

Terbuka pada kritik

Dengan peran itu, tutur Toshiyuki, media massa mampu mendewasakan masyarakat yang dilayaninya. Untuk itu, semakin hari media massa, termasuk wartawannya, harus bersikap imparsial dan independen. Di sisi lain, intervensi pemerintah terhadap media harus diminimalkan.

"Untuk itu, media harus selalu terbuka terhadap kritik dan siap bertanggung jawab atas apa yang diliputnya," lanjut Toshiyuki.

Pemimpin Umum The Korea Post Lee Kyung Sik menambahkan, berbagai bentuk media makin berkembang dengan hadirnya internet dan telepon genggam. "Setiap orang saat ini dapat menjadi wartawan. Mereka dapat melaporkan apa yang mereka lihat dan alami serta membagikan berita melalui internet dan telepon genggam," kata Lee.

Kehadiran dua media itu akan mengubah wajah dunia. Tak ada lagi batas dan nyaris tidak tersensor. Aktivitas jurnalisme di masa depan akan semakin berkembang, ditambah kian terbukanya akses masyarakat terhadap informasi.

Namun, Direktur Pusat Nasional Hak Asasi Manusia Republik Uzbekistan A Saidov mengatakan, perubahan dan kebebasan pers penting untuk membangun demokrasi. Akan tetapi, perubahan itu sebaiknya disikapi dengan dewasa.

http://cetak.kompas.com/read/xml/2008/06/13/00464467/kebebasan.pers.percepat.demokratisasi