14 Juni 2008

Dewiq: Setiap Lagu Ada Rezekinya

Hari ini, genap 33 tahun usia Dewiq. Saat ulang tahun seperti ini, ia cuma berharap bisa dicintai banyak orang. Tak ada target tertentu, klop dengan filosofi hidupnya, "enjoy your life".

Ia bersyukur karena sampai titik ini bisa menikmati setiap hirupan napas. Itulah makanya Dewiq—nama aslinya, Cynthia Dewi Bayu Wardani—tidak mengenal kata stres, apalagi depresi. "Aku baru stres kalau tahu enggak bakal masuk surga ha-ha-ha. Artinya, kan, aku harus selalu berbuat baik," ujar pencipta lagu yang saat ini tengah populer ini.

Kamis (12/6) malam, Dewiq memilih lokasi wawancara di Palu Studio, studio milik suaminya, Pay, di (rumah kontrakan mereka) di daerah Cempaka Putih, Jakarta Pusat. Di studio itulah Dewiq sehari-hari berkreasi dengan lirik dan lagu. Kadang-kadang ia nge-jam (berimprovisasi musik) bersama Pay—mantan personel grup musik Slank.

Kalau dibilang Dewiq sedang laris, itu memang ada benarnya. Hampir setiap hari ada saja orang minta dibikinkan lagu. Dan tak sedikit, lagu-lagu ngetop berbagai penyanyi adalah ciptaannya. Dewiq sendiri tidak akan menolak siapa pun orang yang membutuhkannya. Penyanyi terkenal, pendatang baru, atau siapa pun dia.

Asalkan, kata Dewiq, jangan minta tema lagu. "Aku enggak bisa diatur, disuruh bikin tema ini-itu. Kalau minta dibikinkan, ya aku bikinkan," tutur istri musisi Pay ini.

Dewiq juga tidak bisa menjanjikan apalagi menjamin lagu yang diciptakannya bakal disukai orang atau meledak di pasaran. "Kalau lagu sudah jadi, terserah yang minta, take it or leave it. Kalau aku bisa menjamin laguku bakal sangat laris dan penyanyinya jadi kaya, aku minta bayaran satu miliar dong ha-ha-ha," ujarnya.

Kenyataannya, banyak lagu ciptaan Dewiq terdengar akrab di telinga pendengar. Sebut saja beberapa, "Sunny" yang dinyanyikan Bunga Citra Lestari, "Cinta di Ujung Jalan"—Agnes Monica, "Aku Mau"—Once, "Klik"—Ussy Sulistyawati, "OK"—T2, dan "Bukan Permainan"—Gita Gutawa.

Sejak SD

Menulis lagu sebenarnya adalah bagian dari masa kecil Dewiq. Sewaktu kelas VI sekolah dasar, orangtuanya bercerai dan ia menumpahkan semua perasaannya lewat lirik lagu. Lirik yang juga sudah menjadi lagu tanpa judul itu sampai sekarang masih disimpan dalam ingatan. "Aku hafal detail, tapi yang itu hanya untukku aja, enggak akan dipublikasi," ujarnya.

Namun, setidaknya, kenangan masa kecil itu menjadi pijakan. Dewiq menemukan dirinya di dunia musik. Ia gemar membuat lirik dan menyanyikannya sejak masih sekolah hingga lepas SMP di Makassar hingga kuliah di Bandung.

Sewaktu menjadi penggebuk drum grup band Red Rose di Bandung, ia memakai nama populer Weeq. Ketika itu pada tahun 1993, ia amat ingin membeli drum, namun apa daya, uang tidak cukup. Ia lantas ditawari perusahaan rekaman Union Artist untuk menyanyi dengan bayaran Rp 3 juta.

Abum berjudul Bulanku yang berisi 10 lagu berhasil diedarkan dan terjual sekitar 15.000 keping. "Tapi uang habis untuk bayar uang kos, jadi tetap enggak bisa beli drum ha-ha-ha," kisahnya.

Justru Dewiq bertemu jodohnya. Di studio Union Artist pada tahun 1996 ia berkenalan dengan Pay, yang waktu itu masih bergabung dengan grup Slank. "Kayaknya memang aku tidak cocok menjadi penyanyi. Menjadi penulis lagu lebih enak, tidak terikat waktu harus manggung dan promo di mana-mana," katanya.

Pada tahun 2001, ketika Dewiq menikah dengan Pay, lagu ciptaannya, "Bukan Cinta Biasa", dibeli oleh Siti Nurhaliza seharga 2.000 ringgit Malaysia. Sejak itu, pesanan lagu makin mengalir dan tarif pun meningkat.

Untuk satu paket penciptaan lagu, yang meliputi lirik, lagu, aransemen musik, proses mixing, editing, sampai pengisian backing vocal, honor yang diterima Dewiq tidak lebih dari Rp 50 juta. Ia masih mendapat tambahan dari royalti penjualan album.

Yang paling banyak justru penghasilan dari nada sambung pribadi telepon seluler. Untuk satu judul lagu saja, misalnya, "Salah", yang dinyanyikan Lobow, Dewiq bisa membeli sebuah rumah di Depok.

Itu belum ditambah, misalnya lagu "Sunny" dan "Aku Mau" yang laris dipakai nada sambung pribadi. "Aku kadang kalau ke ATM suka kaget. Kok ada tambahan uang. Rupanya dari operator telepon seluler. Makanya aku jadi rajin cek ATM," katanya.

Proses penciptaan

Ada dua Proses mencipta lagu. Pertama, ia menulis lirik sambil bersenandung. Lagu mentahan itu lantas dikirim ke label, misalnya Aquarius. Pihak label lalu menghubungi Pay untuk menggarap musiknya.

Proses kedua, Pay dan Dewiq nge-jam hingga muncul satu lagu baru. Tema lagu diambil dari catatan-catatan yang disimpan di telepon seluler, yang lalu dikembangkan menjadi kalimat dan bait. Semua tema lirik dibuat berdasarkan kisah nyata yang dialami teman, sahabat, dan kenalan.

Dua cara itu terbukti jitu. Dewiq memilih Pay karena memang sudah klop dan kualitas terjamin. "Bisa dibilang, Pay yang paling banyak berperan karena kalau enggak ada Pay, laguku, ya mentahan aja," ujar Dewiq.

Musik sudah menjadi kebutuhan dan Dewiq akan terus menulis lagu. Ia menyikapi profesi ini sebagai hobi yang menghasilkan uang. "Setiap lagu punya rezekinya masing-masing," katanya. -- Susi Ivvaty & Jimmy S Harianto

http://cetak.kompas.com/read/xml/2008/06/15/01384824/setiap.lagu.ada.rezekinya

Tidak ada komentar: