19 April 2008

Pemegang Hak Eksklusif Piala Dunia 2010 Akan Tunjuk Langsung TV Piala Dunia

JAKARTA -- Electronic City (EC) Entertainment, perusahaan pemegang hak ekslusif penayangan Piala Dunia 2010, akan menunjuk langsung stasiun televisi yang akan menyiarkan even akbar empat tahunan tersebut. EC Entertaiment juga tetap membuka peluang bagi stasiun televisi di luar The Big of Five.

''Tender menjadi pilihan terakhir dalam menentukan broadcaster yang akan menayangkan Piala Dunia 2010,'' ujar Fary Farghob, direktur sales & marketing Piala Dunia 2010 dari EC Entertainment, ketika dihubungi Republika, kemarin.

EC Entertainment mengundang CEO dari 50 perusahaan besar hadir dalam acara marketing gathering bertajuk 'Experience the Glorious Moments of the Biggest Event in Universe' di Hotel Borobudur Jakarta, Kamis (17/4) malam. Direktur Utama TV One, Erick Thohir, merupakan salah satu tamu undangan yang hadir dalam acara tersebut.

Fary mengatakan bahwa EC Entertainment mengundang seluruh stasiun televisi hadir dalam acara tersebut. Pasalnya EC Entertainment kemungkinan tidak hanya memilih stasiun televisi penyiar Piala Dunia 2010 dari The Big of Five semata.

''Kami akan memilih satu televisi dari luar The Big of Five sehingga jangkauan penyiaran Piala Dunia 2010 mejadi semakin luas,'' kata Fary. ''Satu dari The Big pf Five sebagai leading television, satu lagi dari luar The Big of Five.''

Kebijakan tersebut membuat stasiun televisi di luar The Big of Five seperti TVOne, JakTV atau Trans7 berpeluang menyiarkan laga Piala Dunia 2010. Posisi The Big of Five saat ini ditempati SCTV, Indosiar, ANTV, RCTI dan TransTV. EC Entertainment rencananya akan melakukan pembicaraan dengan sejumlah stasiun televisi pada pekan depan.

EC Entertainment memperoleh hak ekslusif penayangan Piala Dunia 2010 melalui kerjasama ekslusif dengan Inter-Sport Marketing (ISM) selaku pemegang lisensi dari FIFA. ISM meraih lisensi tersebut melalui proses tender yang dilakukan oleh Football Media Services yang merupakan sales representative FIFA untuk kawasan Asia.

EC Entertainment menjanjikan bahwa satu pertandingan bakal disiarkan pada jam prime time. Seperti pertandingan pembuka yang kemungkinan akan disiarkan pada sekitar pukul 20.00 WIB. Lalu dilanjutkan dengan pertandingan kedua dan ketiga pada pukul 23.00 dan 01.00 dini hari. (dip )

http://www.republika.co.id/Koran_detail.asp?id=330971&kat_id=308

Promosi Besar-Besaran di Televisi INDOSAT, Perang Tarif Harus Dibarengi Kualitas Layanan

Sebuah surat kabar ibukota yang terbit tanggal 10 April 2008 mengumumkan mulai 14 April 2008 harga layanan telekomunikasi Indosat akan turun sangat signifikan. Sebuah berita yang sangat menarik pembaca, terutama pelanggan layanan telepon selular. Saya adalah salah satu pembaca yang sangat gembira dengan turunnya tarif telepon ini. Sebenarnya penurunan tarif telepon ini sudah diberlakukan pemerintah sejak 1 April 2008, tetapi baru beberapa perusahaan yang memberlakukan penurunan tarif setelah tanggal yang ditetapkan pemerintah.

Pertanyaan selanjutnya adalah, apakah penurunan tarif ini tidak menurunkan kualitas layanan? Promosi besar-besaran di surat kabar, tv, dan leaflet memuat penurunan tarif IM3 sebelum tarif operator lain turun. Sebagai pelanggan Indosat pascabayar (Matrix), tentu saja penurunan tarif IM3 membuat saya iri. Sama-sama Indosat, mengapa harga layanan bisa dibedakan?

Apakah karena Matrix pascabayar, atau karena pelanggan pascabayar setia pada satu nomor? Ataukah memang ada keunggulan tersendiri dari masing-masing produk Indosat?

Perang tarif di satu sisi memang menguntungkan konsumen, namun di sisi lain, dengan meningkatnya pengguna, terkadang menimbulkan masalah baru berupa sibuknya jalur komunikasi. Saya kerap susah menghubungi nomor telepon beberapa keluarga dan rekan kerja, terutama lain daerah, yang menggunakan produk Indosat. Seringkali saya mendapat jawaban bahwa nomor telepon yang saya hubungi sedang tidak aktif/salah sambung/nomor tidak valid.

Kejadian seperti itu tentu saja sangat merugikan konsumen, khususnya sebagai pelanggan indosat pascabayar. Mengeluh kepada layanan pelanggan juga tidak menyelesaikan masalah.

Jika saja ada sinergi yang baik dalam tubuh Indosat, penurunan tarif salah satu produk layanan seharusnya diimbangi dengan peningkatan kapasitas jaringan untuk mengantisipasi bertambahnya pelanggan atau meningkatnya penggunaan jaringan oleh pelanggan. Intinya, penurunan harga tetap mengutamakan kenyamanan konsumen.

Fenomena yang terjadi di tanah air untuk pemakaian layanan telepon prabayar adalah ketika salah satu operator selular menurunkan harganya, maka masyarakat akan memanfaatkan murahnya tarif ini. Ada yang kemudian berganti nomor, ada yang hanya sesekali menggunakan nomor telepon kemudian membuang nomor tersebut dan membeli simcard nomor baru dengan alasan untuk menekan biaya reload (mengisi pulsa). Orang merasa lebih murah membeli nomor telepon baru daripada harus reload.

Intinya, perang tarif telekomunikasi akan menguntungkan pelanggan jika dibarengi dengan peningkatan kualitas layanan. Fenomena yang terjadi seharusnya adalah bukan perang tariff, namun perang kualitas layanan.

Ria, Komisi Penanggulangan AIDS Nasional Gedung Surya Lantai 9, Jl. MH Thamrin Jakarta

http://www.republika.co.id/Koran_detail.asp?id=330931&kat_id=20

DVDut Outlet bagi Penyanyi Lagu Dangdut * Program Wadah Penyanyi Publikasikan Lagunya Secara Gratis

Kesempatan untuk menjadi penyanyi dan pencipta lagu dangdut bakal semakin lebar. Stasiun televisi TPI lewat program barunya bertajuk DVDut (Digital Video Dangdut akan memupublikasikan lagu-lagu dangdut ciptaan pemirsa lengkap dengan penayangan video clipnya.

Ide program ini muncul, menurut Theresia Ellasari, media relations section head TPI, karena selama ini banyak lagu-lagu dangdut baru yang dirilis setiap bulannya di Indonesia, namun hanya sedikit dari lagu-lagu tersebut yang langsung dikenal luas oleh masyarakat. Ini terjadi karena minimnya wadah bagi penyanyi dangdut untuk memopulerkan lagu baru melalui video clip dangdut serta tak adanya program dangdut yang menghadirkan request maupun chart secara khusus. ''Jadi ini merupakan konsep music magazine yang dapat menjadi media bagi para artis dan musisi dangdut yang ingin lagu dan video clipnya dikenal secara luas. Pemutaran ini gratis, tanpa ada biaya apa-apa,'' kata Ella mengenai program baru TPI.

Menurut dia, DVDut akan bisa menjadi solusi bagi para artis dan musisi dangdut yang selama ini kesulitan untuk mengenalkan karya-karya mereka kepada publik. ''Sekarang kami berikan outlet-nya untuk mereka, dengan syarat lagu dan video clipnya dinilai oleh tim produksi kami dan memang berkualitas dan layak tayang,'' paparnya.

DVDut yang dipandu secara bergantian oleh Terta Mayasari dan Windy Wulandari ini merupakan program baru yang mulai tayang di layar TPI pada 14 April lalu. Acara berdurasi 60 menit ini disajikan setiap Senin sampai Jumat, pukul 12.00 WIB dan Sabtu pukul 15.30 WIB.

Dalam setiap penayangannya yang dilakukan secara langsung, DVDut menghadirkan salah satu penyanyi dangdut yang video clipnya diputar pada episode tersebut, seperti Ine Cynthia, Gabby Parera, dan Erie Suzan, Fitri Carlina. Mereka akan menceritakan tentang lagu serta album terbarunya, termasuk konsep maupun cerita unik dan lucu di balik pembuatan video clipnya. Para artis itu juga dapat didaulat langsung untuk menyanyikan lagu barunya.

Tiga rangkaian
Program DVDut terdiri dari tiga rangkaian, yakni Play DVDut, Tarik Maaang (request setiap Senin sampai Jumat, dan DVDut Katalo-G/Kata Lo, Kata Gue (tangga lagu) setiap Sabtu, serta Nonton DVDut, Asyiiik Banjet (special show).

Request, kata Ella, diputar berdasarkan hasil SMS dan telepon pemirsa serta request keliling yang dilakukan oleh 'Lapak DVDut' dan 'Yuuuk Digelar', yakni sebuah mobil TPI dan mobil Radio Dangdut TPI yang berkeliling ke tempat-tempat berkumpulnya penggemar dangdut, misalnya pusat perbelanjaan, tempat nongkrong warga di pasar, atau rumah susun.

Warga daerah tersebut kemudian dapat memilih lagu dari daftar yang telah disiapkan. Bagi lagu yang paling banyak diminta pemirsa akan mendapat poin berupa simbol bintang. ''Bintang inilah yang akan menentukan posisi lagu tersebut pada DVDut Katalo-G yang tayang seminggu sekali,'' paparnya. (kho )

http://www.republika.co.id/Koran_detail.asp?id=330955&kat_id=476

Para Pelawak Terkenal; Bagaimana Mereka Mengelola Penghasilannya? (2-Habis) * Dulu Royal Bagi-Bagi, Kini Hanya Cukup untuk Makan

Ketika masih jaya, pelawak Timbul mengaku sering membagi-bagikan uang kepada teman-temannya, sehingga jarang menabung. Kini, ketika order tak seramai dulu dan ketika tubuh mulai digerogoti penyakit, dia menyesal.

SUGENG SULAKSONO, Jakarta

Suasana di Gang Anggrek Cenderawasih, kawasan Kemanggisan, Jakarta Barat, tampak tenang Kamis siang (17/4). Sesekali, beberapa bocah berumur 7-10 tahun berlarian di sepanjang gang yang padat penduduk itu.

Sebuah rumah berpagar merah terlihat berbeda dibandingkan rumah-rumah lainnya di gang tersebut. Di bagian depan, terdapat beberapa sangkar burung. Isinya lima ekor perkutut.

Rumah yang luasnya sekitar 80 meter persegi itu berlantai tiga. Selain dilengkapi parabola, ada pula AC. Itulah rumah pelawak Timbul yang dihuni sejak 1987.

Siapa yang tak kenal Timbul? Ketika Grup Lawak Srimulat berkibar, namanya termasuk dalam deretan yang paling dikenal. Nama Timbul juga tenar ketika memotori Ketoprak Humor. Dia juga pernah membintangi sejumlah iklan produk.

Tapi, ibarat roda, kehidupan Timbul sekarang mulai berputar ke bawah. Ketika ditemui Jawa Pos di rumahnya siang itu, pria 66 tahun tersebut baru bangun tidur. Mengenakan batik, bersarung, dan berpeci hitam, dia mempersilakan duduk di ruang tamu yang dihiasi tiga piala Panasonic Awards dan dua fotonya.

Satu foto ketika ibadah haji pada 1995 dan satunya lagi saat diberi gelar Kanjeng Raden Tumenggung (KRT) oleh Keraton Solo pada 2000. "Jelek-jelek begini, nama lengkap saya KRT Timbul Haryodipuro," katanya bangga.

Ketika ngomong seperti itu, gaya Timbul tak berbeda ketika dia melawak di layar kaca. Hanya, suaranya terdengar kurang jelas. "Saya baru sakit. Sudah sejak Agustus (tahun lalu) rawat jalan. Habis, kalau dirawat di rumah sakit itu, takut didiamkan saja, tidak dirawat," ujar pria kelahiran 28 Desember 1942 tersebut.

Timbul menderita penyakit gula. Saat parah-parahnya, separo badan, bagian kanan mulai pinggang sampai bahu termasuk tangan, seperti mati. Tidak berfungsi. "Istilahnya kepleh. Ini masih (kepleh), tapi sudah lebih baik," ungkap Timbul.

Selama sakit, dia mengaku nelangsa. Sebab, tak ada satu pun temannya sesama pelawak yang menjenguk. "Mungkin mereka pas sibuk...," ujarnya berusaha menghibur.

Sekarang, Timbul masih rawat jalan, periksa darah dan sedikit pengobatan alternatif setiap dua minggu sekali di rumah sakit swasta di Jakarta Barat. Sejak sakit, dia sudah tak boleh mengonsumsi daging sapi, gula -kecuali gula rendah kalori-, dan beberapa pantangan lain.

"Saya makan tempe saja sudah enak kok," katanya sambil terus mengisap rokok impor yang tidak bercengkih. "Rokok ini hanya iseng, teman saja. Tidak bahaya. Kata dokternya boleh," jelasnya.

Saat ini, yang terpenting bagi Timbul adalah kesehatan. Dia akan terus berjuang hingga kesehatannya pulih. Setelah pulih, dia ingin kembali mengoptimalkan kemampuannya di dunia seni, memaksimalkan karir dan mencari uang lebih banyak.

Timbul menyatakan, uang yang didapatkan rencananya digunakan sebagai modal usaha. Yakni, membuat kos-kosan atau rumah kontrakan. "Sekarang duitnya belum ada. Duit yang ada hanya cukup untuk makan. Kalau dipakai modal, ya nggak makan," tegasnya.

Kalaupun ada uang lebih, kata dia, itu untuk biaya pengobatan rutin. Sekali berobat menghabiskan Rp 300 ribu hingga Rp 1 juta. Tidakkah punya tabungan? "Sekarang ya sudah nggak ada. Habis semua. Sudah tidak laku, ya sudah. Tabungan ya ada, sedikit lah," ungkapnya.

Dia mengaku, ketika sedang laku-lakunya, tak banyak uang yang ditabung. Uang yang dia peroleh tidak dinikmati sendiri. Dibagi-bagikan kepada teman-teman lain, terutama sesama pelawak. "Dulu, kalau nggak saya buang-buang itu, nggak akan begini jadinya. Karena dibuang-buang, ya begini," kenangnya.

Timbul menuturkan, tujuan dirinya membagi-bagikan uang kepada teman-temannya adalah untuk mempererat persaudaraan. Menurut dia, cari duit ya cari duit, persaudaraan tetap dijaga, bagaimanapun caranya.

Lantas, mengapa baru sekarang Timbul berniat membuka usaha lain di luar kegiatan rutin melawak? "Dulu belum sempat bisnis. Waktu saya saat itu habis di dunia seni. Tari, lawak, apa saja. Ya jadi nggak kepikiran bisnis. Tapi, ini sudah mendekati. Nanti kalau sudah ada uang, ya bikin kos-kosan," papar pria yang mengaku hanya tamatan SMP tersebut.

Beruntung, sang istri, Sukarti, 60, tidak terlalu kaget ketika penghasilan suaminya tidak lagi sebanyak dulu. Sukarti justru menunjang perekonomian keluarga dengan membuka warung, tepat di mulut gang tempat mereka tinggal. Warung kelontong berukuran sekitar 3 x 3 meter tersebut satu-satunya usaha lain milik Timbul. "Tapi, itu dolanan saja kok. Yang mengurus nyonya. Saya tidak ikut campur. Hasilnya buat sogrokan saja, bisa untuk bayar listrik," ungkapnya merendah.

Timbul merasa, pada usianya yang sudah tak lagi muda itu, dirinya perlu merencanakan masa depan yang lebih baik. Meski demikian, dia justru bersyukur mampu menjadikan anak-anaknya sarjana. "Tinggal Oki (bungsu, Red), sebentar lagi lulus. Sudah semester akhir," kata bapak lima anak tersebut.

Selain itu, kata dia, setidaknya meski uang tidak berlebih seperti dulu, dirinya tidak sampai menjual harta. Dua mobil miliknya, Toyota Vios dan minibus Mazda, masih ada dan diparkir di pinggir kali di seberang Gang Anggrek Cenderawasih.

Timbul sebenarnya juga punya satu rumah lagi yang jauh lebih luas di Cipondoh, Tangerang. "Di sana ditempati cucu. Saya di sini saja, dekat tol, dekat ke airport dan ke mana-mana," tegasnya.

Lain Timbul, lain pula dengan keluarga pelawak Basuki (almarhum). Pria yang meninggal pada 12 Desember 2007 karena penyakit jantung itu, tampaknya, sudah menyiapkan segala sesuatunya untuk keluarga.

Hal tersebut diakui sang istri, Ny Sri Mulyani. Basuki tidak hanya mewariskan rumah mewah di Cinere, Depok, dua mobil, dan tabungan, tapi juga lahan bisnis. Yang terkenal adalah Minimarket Basuki di pintu 2 Taman Mini Indonesia Indah dan Restoran Soto Semarang Mas Karyo di Jalan Panjang, Jakarta Barat.

"Restoran yang di Cilandak baru saja ditutup. Ini sedang cari tempat lain," jelas perempuan berkerudung itu saat ditemui di rumahnya di Jl Tapak Siring XI, Graha Cinere, Jumat malam (18/4).

Menurut Sri, usaha yang ada itu sudah sangat cukup untuk menghidupi kebutuhan keluarga, membiayai dua anaknya, Uki dan Wahyu, yang sama-sama masih kuliah di Universitas Al Azhar, Jakarta (Galih, anak pertama, sudah tamat dan menikah). "Alhamdulillah, ketika almarhum (Basuki) pergi, tidak pernah kekurangan. Mungkin sudah disiapkan benar-benar," ujarnya.

Dia juga tidak kaget ketika harus meneruskan bisnis yang dirintis suaminya itu. Selain sering ikut campur kerjaan suaminya, ketika belum benar-benar kaya, Sri rajin berjualan pakaian keliling ke beberapa acara pengajian, menjual batik Mas Karyo dari pintu ke pintu, sampai buka kafe di depan rumah. Hasilnya, tidak hanya stabil berjalan, bisnis itu sudah menghasilkan harta baru. Belum lama ini, Sri membeli mobil Grand Livina. Kini, total dia memiliki tiga mobil. (kum)

http://www.jawapos.co.id/index.php?act=detail&id=10341

Tompi tentang Hidup, Karier, dan Keluarga



Tidak Melayani Tanda Tangan saat Dinas di RS
Di atas panggung, Tompi adalah idola baru. Gaya plus suaranya yang khas menjadikan dia unik dan digemari banyak orang. Khususnya, pendengar musik jazz dan pop. Di luar panggung, pria yang berprofesi sebagai dokter itu menjadi idola pasien sekaligus panutan bagi istri dan anaknya.

Sabtu (19/4) pukul 6.00, Tompi sudah rapi. Di kediamannya, apartemen Aston Residence lantai 8, Jakarta, pemilik nama lengkap Teuku Adi Fitrian tersebut bersiap menghadiri acara bakti sosial di Masjid At Tin, Taman Mini Indonesia Indah. "Pukul tujuh tepat, saya sudah harus berangkat," katanya.

Ucapan itu benar-benar terbukti. Ketika jarum jam menunjuk pukul tujuh tepat, Tompi yang mengenakan celana bahan dan kaus berkerah warna hitam -tidak bertopi seperti saat di panggung- tersebut langsung berangkat menaiki mobil van miliknya. "Sudah ya, berangkat dulu," pamit dia kepada sang istri, Arti Indira, dan anak semata wayangnya yang baru berusia lima bulan, Teuku Omar Dakari, sebelum berlalu.

Biasanya, Sabtu dan Minggu adalah hari bagi Tompi di rumah untuk menghabiskan waktu bersama keluarga. Kecuali, ada undangan menyanyi atau acara resmi semacam bakti sosial. "Tapi, kadang, kalau nggak ada kerjaan, tetap ada yang dikerjakan di rumah. Mengerjakan PR (pekerjaan rumah, Red.), biasanya," jelasnya.

Saat ini, Tompi memang masih menyelesaikan program spesialis bedah plastik di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia sambil praktik sebagai dokter di rumah sakit (RS) itu.

Setiap Senin sampai Jumat, Tompi beraktivitas di RS mulai pukul 6.30 sampai 16.00. "Berangkat dari rumah pukul 6.00. Nanti, pukul 17.00, sudah di rumah lagi. Tapi, kalau kebagian dokter jaga, ya lanjut sampai pagi lagi. Besoknya, langsung kuliah," ungkapnya.

Karena padatnya kesibukan itu, Tompi sering kurang tidur. Ketika jadi dokter jaga, dia mencuri waktu di sela-sela menunggu pasien. Itu pun bukan benar-benar posisi tidur, hanya memejamkan mata sambil duduk di kursi kerja.

"Makan teratur dan makan yang baik. Sejauh ini, tidak pakai suplemen," tutur pria kelahiran Lhokseumawe, Aceh, 22 September 1978, itu membeberkan kiat sehatnya.

Untuk jadwal menyanyi, Tompi lebih sering memanfaatkan waktu di akhir pekan atau saat kegiatan di rumah sakit sedang sepi. Prioritas utama dalam hidupnya adalah keluarga. Selanjutnya, sekolah, baru yang lain-lain. "Itu komitmen. Tapi, semua itu (termasuk menyanyi, Red) bisa saling mendukung, bukan hal yang terkotak-kotak. Toh, orang yang ngejalanin sama," ucap dia.

Meski begitu, Tompi tetap tidak mencampuradukkan satu sama lain. "Saya selalu pisahkan antara entertainer dan dokter. Nggak bisa dicampur," tegasnya. Pemisahan tersebut merupakan cara dia mengantisipasi pasien yang mengenalnya sebagai penyanyi.

Pasalnya, sering ketika mengobati pasien, keluarga pasien, bahkan pasien itu sendiri, memintanya menyanyi atau sekadar foto plus minta tanda tangan. "Kalau sedang jadi dokter, saya nggak bisa berlaku seperti itu. Saya katakan, saya sedang berhadapan dengan keluarga pasien lain. Hiburan kan sifatnya hura-hura. Jadi, nggak baik kalau dilakukan di RS, nggak mau mengganggu sejawat lain," imbuhnya.

Meski begitu, banyak juga pasien yang tidak mengenalinya. Mereka beranggapan, dokter yang dihadapi tersebut sekadar mirip Tompi. Sebab, ketika tidak memakai atribut di atas panggung, dia berbeda. "Pasien sering katakan, 'Dokter mirip Tompi, ya?'," saya jawab saja iya biar cepat," lanjutnya lantas tertawa.

Arti, sang istri, mengatakan mendukung seluruh kegiatan lelaki tercintanya tersebut. Jika Tompi punya tugas atau paper, dia bisa membantu menyelesaikan. Sedangkan Tompi mengerjakan hal lain. "Kalau mau nyanyi, aku siapkan baju, topi, dan semua peralatannya," kata wanita yang merupakan adik kelas Tompi itu. (Sugeng Sulaksono/tia)


Tompi Adalah
" Suka dengar musik. Dalam sehari, 70 persen musik, 30 persen baca buku.

" Gemar perawatan tubuh ke salon bersama istri. Mulai merapikan rambut, facial, sampai spa.

" Suka koleksi topi manggung. Jumlah sekarang 30 buah.

" Tidak suka makan Pare karena pahit.

" Tidak percaya mistis.

" Perfeksionis urusan rumah, tata ruang, dan pakaian.


Berawal dari Singapura

Menjadi penyanyi bukan cita-cita Tompi. Meski sejak kecil senang berolah vokal, dia tidak pernah berniat terjun di dunia tarik suara secara profesional. Namun, pada 2002, setelah sebelumnya berguru vokal pada Bertha dan Pianis, Tjut Nyak Deviana, Tompi semakin mahir menyanyikan lagu gaya funk, r&b, soul, hip hop, nu-jazz, swing, atau bossas.

Perlahan karirnya terus meningkat ketika kelompok band jazz Cherokee pada 2003 mengajaknya menjadi vokalis kelompok tersebut untuk tampil di Singapura. Penampilan perdananya di luar negeri sukses dan dia dijuluki super vocalist atau super sound oleh para pendengarnya.

Pada 2005, Tompi terlibat dalam penggarapan album kelompok band etnis-fusion yang musisinya terdiri atas multinasional, Bali Lounge. Aksi mereka memukau penonton pada Java Jazz Festival 2005.

Tidak lama kemudian, Tompi merilis album solo perdana berjudul T, disusul album Playful dan My Happy Life. "Awalnya, iseng jadi penyanyi. Kok malah serius," ucapnya.

Belum lama ini, Tompi mendapat kesempatan tampil di panggung internasional lain selain Java Jazz Festival. Yaitu, di Sunburst Festival di Kuala Lumpur, Malaysia. Tompi bangga bisa satu panggung dengan musisi besar sekelas John Legend dan Incubus. Niat go international? "Sedang diusahakan ke sana, tahun ini, album My Happy Life akan edar juga di Jepang," terangnya. (gen/tia)


Berseberangan tetapi Melengkapi Hidup

Antara tarik suara dengan kedokteran merupakan bidang yang berarti bagi Tompi. Keduanya memberikan kepuasan dan menyumbangkan uang untuk terus memutar roda hidupnya bersama keluarga.

Bagi Tompi, ketika menjadi dokter, peran sebagai makhluk sosial terwakili. Dia merasa bahwa profesi itu dibutuhkan oleh banyak orang. Menurut dia, membantu mengobati penyakit orang lain adalah tugas mulia. "Walaupun, kesembuhan tersebut datang dari Allah," ujarnya.

Menjadi penyanyi, Tompi merasa puas karena bisa menghibur orang lain, terutama para penggemarnya. "Jadi, dua hal itu sangat penting buat saya. Berbeda, tapi tidak bisa dipisahkan," terangnya.

Lalu, bidang mana yang menghasilkan uang lebih banyak? "Kadang-kadang, kita nggak bisa melihat segala sesuatu dari sisi materi saja. Dua-duanya penting, materi dan bukan materi. Kalau mau cepat dapat duit dalam tanda kutip tanpa risiko, ya nyanyi. Tapi, nggak ada sisi sosialnya. Kecuali, nyanyi di acara sosial. Beda dengan jadi dokter. Walaupun uangnya nggak seberapa untuk level saya, manfaatnya lebih besar," jelasnya.

Sebagai kepala rumah tangga, Tompi menerapkan prinsip Islami dan semikonservatif. Artinya, lanjut dia, dirinya ingin lebih dekat dengan anak dengan saling terbuka. Selain itu, anak boleh membantah asal punya alasan tepat. Berbeda dengan orang tua zaman dulu yang full konservatif alias otoriter. "Tapi, cara orang tua zaman dulu tetap saya pakai untuk menerapkan hal-hal religi, sopan santun, dan adat istiadat," ungkapnya. (gen/tia)


http://www.jawapos.co.id/index.php?act=detail_c&id=337203

Makanan Tak Lazim di "Extreme Kuliner" GlobalTV


DOK GLOBAL TV / Kompas Images
Pembawa acara Extreme Kuliner, Miea Kusuma, menyaksikan seorang laki-laki yang sedang menyiangi bulu babi. Extreme Kuliner berupaya memperkenalkan makanan tak lazim kepada pemirsa.

Budi Suwarna

Satu lagi acara kuliner muncul di televisi. Namun, yang satu ini tergolong nyeleneh. Pasalnya, masakan yang diburu dan disantap terbuat dari bahan- bahan "istimewa", seperti ular, biawak, bulus, dan tikus. Hiii...!

Acara yang ditayangkan Global TV setiap Kamis pukul 22.30 ini bernama Extreme Kuliner. Sebagaimana acara kuliner lainnya, Extreme Kuliner mencoba memperkenalkan khazanah makanan di Indonesia. Hanya saja, makanan yang diperkenalkan adalah makanan yang tidak lazim disantap oleh mayoritas masyarakat di Indonesia.

Extreme Kuliner, misalnya, meliput sebuah restoran di Yogyakarta yang menyediakan burger ular kobra, sop bulus, dan tumis kobra lada hitam. Acara ini juga pernah memperkenalkan oseng-oseng sejenis larva serangga tanah yang biasa disantap warga Lombok (NTB), botok sarang tawon yang disantap warga Kediri (Jatim), dan tikus hutan rica-rica yang dikonsumsi warga Manado (Sulut).

Pembawa acara Extreme Kuliner, Miea Kusuma, biasanya akan mengajak penonton untuk menyaksikan bagaimana bahan- bahan tak lazim itu diolah menjadi masakan. Pada episode-episode awal, proses "pembantaian" binatang-binatang itu pun diperlihatkan. Namun, adegan mengerikan itu kini jauh berkurang.

Setelah masakan itu matang, Miea Kusuma mencicipinya. Kemudian, dia menceritakan bagaimana rasanya dan bagaimana deg-degannya menyantap makanan tak lazim itu. "Rasanya agak pahit," ujar Miea ketika menceritakan rasa sop bulus.

Proses mencicipi makanan tak lazim itu tidak selalu sukses. Pada sebuah episode, Miea tampak menahan mual setelah menyantap oseng-oseng larva serangga tanah. "Maaf ya Pak, saya tidak bisa mencicipi lagi. Bapak saja yang menghabiskan," kata Miea kepada orang yang menyajikan makanan tersebut.

Pria yang diajak bicara Miea, tetap menyorongkan piring berisi oseng-oseng serangga tanah sambil mengatakan, "Enak kok. Coba lagi ya."

Mengerikan? Bagi sebagian orang, ya. Mungkin membayangkan menyantap makanan tersebut saja orang bisa bergidik. Namun, inilah kenyataan. Bahan- bahan tak lazim itu memang benar-benar dikonsumsi oleh sebagian masyarakat kita.

Manajer Produksi Global TV, Benni Bahow, mengatakan, acara ini terinspirasi dengan keberadaan sebuah pasar di Tomohon, Sulut, yang menjual berbagai daging mulai dari sapi, babi, anjing, tikus, hingga ular piton. "Setelah kami melihat pasar itu, kami merancang acara Extreme Kuliner," ujarnya, Kamis (17/4).

Benni mengatakan, pihaknya sengaja menamakan acara itu Extreme Kuliner karena butuh keberanian bagi kebanyakan orang untuk mencicipi makanan tersebut. "Makanya, kami juga memperlihatkan bagaimana pembawa acara juga mual-mual ketika harus mencicipi makanan ekstrem," katanya.

Benni mengakui, acara itu sempat menuai kontroversi, sebab tidak semua masyarakat di Indonesia bisa menerima makanan-makanan tidak lazim seperti itu. Karena itu, pihaknya memberikan sejumlah batasan. "Kami tidak akan menampilkan makanan yang bersinggungan dengan agama tertentu," ujarnya.

Dia menceritakan, pihaknya sebenarnya pernah membuat liputan tentang kebiasaan masyarakat di daerah tertentu memakan daging kucing. Namun, acara itu tak ditayangkan karena sebagian besar masyarakat Indonesia kemungkinan akan menolaknya.

Riset

Sebagai sebuah tayangan, Extreme Kuliner cukup menarik. Setidaknya, acara ini menginformasikan pemirsa khazanah kuliner "istimewa" yang hidup di Tanah Air. Sayangnya, acara ini tampaknya tidak didukung dengan riset yang memadai.

Bisa dikatakan, Extreme Kuliner nyaris sama dengan liputan-liputan kuliner lainnya. Pembawa acara akan mengajak pemirsa untuk mengunjungi daerah tertentu dan berburu masakan khas. Bedanya hanyalah pada Extreme Kuliner masakan yang diburu adalah masakan tidak lazim.

Penonton tidak mendapat penjelasan mengapa makanan- makanan tak lazim itu dikonsumsi? Bagaimana asal mulanya? Bagaimana prosesnya sehingga makanan tak lazim itu diterima secara sosial dan budaya di komunitas tertentu? Jika pertanyaan-pertanyaan itu bisa dijawab Extreme Kuliner, acara ini berpotensi menjadi acara dokumentasi yang sangat menarik.

Benni mengakui, Extreme Kuliner memang belum digarap secara serius. "Kami belum memiliki dana dan waktu yang cukup untuk menggarap acara ini lebih serius.

Untuk episode selanjutnya, lanjut Benni, pihaknya akan mencoba mengubah format Extreme Kuliner dari liputan petualangan menjadi dokumentasi. "Kami akan meliput makanan- makanan ekstrem di China," katanya.

Anda mau mencicipi?

http://www.kompas.com/kompascetak/read.php?cnt=.xml.2008.04.20.12494038&channel=2&mn=178&idx=178

Mimpi Idola Karbitan Menuai Kritik Masyarakat

KOMODIFIKASI

Sejumlah stasiun televisi swasta masih saja terus berlomba menggelar program cara cepat menjadi idola. Bahkan, tak cukup orang dewasa, mimpi idola juga menjadikan anak-anak komoditas mengeruk rupiah lewat layanan pesan singkat (SMS) pemirsa ini. Padahal, berbagai kritik masyarakat telah dilontarkan, antara lain melalui berbagai situs blog pribadi di Multiply.com. Bahkan di situs www.petitiononline.com dimuat petisi kepada seluruh stasiun televisi agar meninjau kembali tayangan-tayangan idola cilik ini.

Dengan cara bicara yang masih cadel, mereka melantunkan lagu-lagu orang dewasa. Selain menjadi penyanyi, anak-anak juga diiming-imingi menjadi dai cilik. Maka, muncullah dai-dai yang semula merupakan tuntunan moral masyarakat menjadi tontonan laris di televisi. Bahkan, ada pemenang acara pildacil yang ikut mendukung kampanye salah satu calon gubernur. (BIP/Litbang Kompas)

kompas Minggu, 20 April 2008

Daniel Mananta, Menjadi Host Indonesian Idol Membuat Variasi Karakter Orang

Menjadi host Indonesian Idol selama tiga tahun berturut-turut membuat Daniel Mananta (26) bisa melihat betapa bervariasinya karakter orang. Ada yang cepat putus asa, pantang menyerah, lucu dan suka iseng, hingga "gila".

Daniel salut dengan rasa percaya diri para peserta. "Mereka merasa suaranya bagus, padahal setelah tampil ancur banget," kata cowok kelahiran Jakarta, 14 Agustus 1981, ini.

Daniel jadi ingat sewaktu menyanyi di tempat karaoke. "Gua merasa suara gua bagus banget. Pas direkam, ternyata parah banget jeleknya, ha-ha-ha," lanjutnya.

Jika dua tahun sebelumnya ia berduet dengan Ata, tahun ini ia berpasangan dengan Dewi Sandra. Bedanya? "Kalau diibaratkan gua adalah kereta, Ata itu relnya. Kalau sama Dewi, kami sama-sama kereta. Begitu ketemu langsung chemistry-nya dapat," terangnya.

Menurut Daniel, 24 peserta Indonesian Idol 2008 yang sudah tersaring ke babak eliminasi mempunyai karakter suara yang unik. "Tahun ini pokoknya banyak yang keren," katanya berpromosi.

Suaramu sendiri bagus? "O, rasanya sudah seperti Josh Groban, padahal Josh dibanting, ha-ha-ha," tukasnya. (IVV) // kompas, minggu, 20 april 2008

WIDI MULIA AB THREE TETAP MANGGUNG

Kompas, Minggu, 20 April 2008

Hamil dan tidak hamil sama saja, kata personel AB Three, Widi Mulia (26). Maksudnya, kondisi kesehatannya sebelum dan sesudah hamil ia rasakan sama-sama primanya. Kegiatan sehari-hari juga tidak berubah. Widi masih tetap manggung bersama AB Three, datang ke acara-acara talk show, juga menjadi komentator kontes menyanyi.

Berapa bulan usia kandungan?

Sudah masuk ke trimester ketiga, tujuh bulanan gitu.

Berat badan bertambah berapa kilogram?

Enggak banyak sih. Sampai saat ini naik sembilan kilogram.

Sempat ngidam?

Sama sekali tidak. Selama ini aku menjaga kesehatan banget sehingga aku menuai hasil dari investasi kesehatan itu. Aku enggak mual-mual dan muntah dan masih tetap beraktivitas.

Kalau olahraga?

Terus berjalan. Aku berenang, yoga, jalan kaki, sepedaan, sampai angkat beban. Namun, intensitasnya aku kurangi.

Widi juga tetap ngantor di majalah Fitness. Ia pemimpin redaksi di majalah perempuan dan gaya hidup itu.

Kegiatanmu tetap seabrek. Apa enggak capai?

Aku enjoy. Aku juga masih bisa rekaman untuk album AB Three yang keenam. Eh, tapi habis ini aku mau turunin aktivitas. Anak kan penting.

Pastinya.... (IVV)

KPI Pusat Minta Hentikan Iklan XL dan Ki Joko Bodo

Jumat, 11 April 2008 Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Pusat meminta pihak TV menghentikan tayangan iklan operator selular XL dan iklan layanan supranatural Ki Joko Bodo. KPI Pusat juga memberikan dan meminta pihak TV agar memindahkan jam tayang beberapa program. Keputusan tersebut diungkapkan dalam rapat pleno KPI Pusat, Kamis (10/4).

Keputusan tersebut, menurut rapat pleno yang terdiri dari komisioner KPI Pusat, diambil berdasarkan hasil pemantauan dan pengaduan masyarakat yang masuk ke bagian pengaduan KPI Pusat.

Menurut KPI dalam siaran persnya, iklan XL yang menceritakan pernikahan manusia dengan binatang dinilai memperolok serta merendahkan martabat manusia. Begitu pula dengan iklan Ki Joko Bodo yang dianggap mengabaikan nilai-nilai dalam agama karena menjanjikan bisa mengubah nasib orang. Dalam UU Penyiaran tahun 2002 Pasal 36 ayat 6 dicantumkan bahwa isi siaran dilarang memperolok, merendahkan, melecehkan dan/atau mengabaikan nilai-nilai agama, martabat manusia, atau merusak hubungan internasional.

Dalam kesempatan ini, KPI Pusat juga meminta kepada semua stasiun TV agar memindahkan jam tayang iklan layanan supranatural Dedi Corbuzier dan Mama Lauren di atas pukul 22.00 sesuai dengan ketentuan dalam P3 dan SPS.

Kemudian, KPI Pusat meminta stasiun TV untuk berhati-hati dalam menayangkan iklan operator seluler yang menawarkan harga sangat murah tetapi mengandung unsur penipuan. Pasalnya, dalam UU Penyiaran lembaga penyiaran wajib memberikan informasi yang benar.

KPI Pusat juga meminta semua stasiun TV menghentikan penayangan suara serta footgate yang menampilkan adegan/gerakan seronok dan vulgar. Dari hasil pemantauan KPI, beberapa stasiun TV masih menayangkan pemberitaan kontroversi artis maupun variety show baik langsung ataupun tunda yang berisi suara serta gerakan seronok dan vulgar di panggung-panggung hiburan.

Selain itu, KPI Pusat meminta semua stasiun TV menayangkan klasifikasi program yaikni (A), (R), (D) dan (BO) dalam setiap tayangannya sesuai dengan kententuan dalam P3 dan SPS. Dalam siaran pers tersebut KPI Pusat mengingatkan bahwa setiap pelanggaran terhadap ketentuan yang sudah disebutkan dapat diancam sanksi administratif. Red

SLANK DIKUNJUNGI KETUA KPK


BIAN HARNANSA /Rabu/16 April 2008/16:00 WIB

KPK Ke Markas Slank

Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Antasari Azhar (tengah) berpose bersama personil kelompok musik SLANK di Jalan Potlot, Jakarta Selatan, Rabu (16/4). Antasari berkunjung ke maskas Slank untuk menandatangani poster bertuliskan 'Berantas Korupsi' sebagai bentuk perlawanan terhadap korupsi. PERSDA/Bian Harnansa

KPK dan Slank Lawan Korupsi

Rabu | 16 April 2008 | 16:00 WIB
KPK dan Slank Lawan Korupsi
Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Antasari Azhar (kanan) dan personil kelompok musik SLANK, memperlihatkan poster pemberantasan korupsi yang baru saja ditandatangani bersama di markas SLANK Jalan Potlot, Jakarta Selatan, Rabu (16/4). KPK dan SLANK berkomitmen untuk melakukan perlawanan terhadap korupsi. PERSDA/Bian Harnansa 16-04-2008

Program Anak dan Remaja Prioritas KPI

TPI: "Reality Show" Banyak Sisi Positif

[JAKARTA] Sinetron dan program anak-anak serta remaja yang mengandung unsur kekerasan dan percintaan tetap menjadi pantauan proritas Komisi Penyiaran Indonesia (KPI). Semua stasiun televisi yang menanyangkan program anak dengan unsur kekerasan dan seksual dipastikan mendapat sanksi tegas dari KPI berupa surat teguran sampai pemutusan dan pelarangan siaran.

"KPI tidak main-main dalam memberikan surat teguran. Peraturannya apabila program di stasiun TV tertentu mendapat teguran sampai tiga kali namun tidak juga mengevaluasi. Maka siaran atau program tersebut harus dicabut atau tidak boleh ditayangkan lagi," demikian paparan Wakil Ketua KPI Fetty Fajriati saat dihubungi SP, Kamis (17/4).

Selama ini, KPI sudah melayangkan surat peringatan untuk beberapa program acara, iklan, dan sinetron di semua stasiun TV. Program yang menampilkan adegan kekerasan, seksual, serta mengajarkan anak untuk bertindak negatif sudah dilarang tayang. Namun, Fetty mengatakan, kebanyakan stasiun TV masih kucing-kucingan dengan KPI dan Lembaga Sensor Film (LSF). Akibatnya, tayangan dengan adegan kekerasan dan seksual lolos ditonton publik.

KPI menilai, beberapa tayangan sinetron anak yang muncul pada jam prime time justru banyak mengajarkan hal-hal yang negatif. Adegan kekerasan, perkelahian, dan cara memikat lawan jenis ditampilkan dalam sinetron tersebut. Tidak hanya sinetron, beberapa acara talk show juga banyak yang mengangkat topik seks sehingga ditiru anak-anak.

"Sinetron atau acara reality show yang ditayangkan pada jam prime time juga mengkhawatirkan. KPI sejauh ini, sudah memberikan teguran dan memperingati semua stasiun TV agar bisa menyajikan tayangan yang lebih mendidik, khususnya untuk anak-anak," lontar Fetty.

Terkait dengan banyaknya sinetron yang kejar tayang, Fety meminta stasiun TV harus bisa lebih bijaksana untuk melihat jalan ceritanya. Semua tayangan harus memakai klasifikasi program sesuai dengan aturan KPI sehingga para orang tua di rumah bisa mengawasi acara yang layak atau tidak untuk ditonton oleh anak-anak.

Banyaknya program acara yang tidak mendidik juga menjadi kekhawatiran kaum ibu, khususnya mereka yang memiliki anak-anak kecil. Semisal, Ardiyani ibu muda yang memiliki dua putra mengaku was-was dengan semua tayangan TV. Kebanyakan sinteron dan iklan mengajarkan tindakan dan kata-kata yang negatif.

Sebagai contoh, iklan dari operator seluler yang menampilkan manusia bisa menikah dengan hewan. Ardiyani menceritakan, anak keduanya, Riri (6) bahkan meminta untuk bisa menikah dengan anjing kesayangannya.

"Saya kaget waktu anak saya menirukan iklan di TV tersebut. Seharusnya pemerintah dan stasiun TV bisa memilih jenis iklan yang layak untuk ditayangkan dan tidak. Dampaknya akan membahayakan anak-anak yang masih berpikiran polos," ujar Ardiyani.

Senada dengan Ardiyani, Ibu Emi juga mengeluhkan kelakuan putranya yang sering mengikuti adegan di sinetron. Satrio (8), putra Emi sering bertengkar dengan teman di sekolahnya karena mengikuti adegan perkelahian di salah satu sinetron. Bahkan, Satrio pernah ditegur gurunya karena bertingkah tidak sopan pada teman wanita di kelasnya.

"Satrio pernah ditegur karena mengintip di WC perempuan. Sebagai orangtua saya malu, karena saya tidak pernah mengajarkan hal tersebut padanya. Satrio belajar dari sinetron di TV," cerita Emi.

Ikuti Aturan

Terkait dengan surat teguran yang dilayangkan KPI kepada TPI dan Indosiar, Corporate Secretary TPI Wijaya Kusuma Soebroto menjelaskan, dalam menyelenggarakan siaran TPI mengacu pada Pedoman Perilaku Penyiaran (P3) dan Standar Program Siaran (SPS).

Dalam melaksanakan siaran secara langsung atau live show selalu ada supervisi dari penanggung jawab acara yang memonitor dan mengawasi acara agar tetap pada jalur.

Khusus untuk tayangan Dadakan Dangdut Mania 2, acara tersebut bukan sekadar kontes atau hiburan musik semata. Acara ini dipenuhi dengan unsur kejutan, dramatis, yang menjadi ciri khas dari sebuah tayangan reality show.

Sebelumnya KPI pada Senin (14/4) lalu, memberikan surat peringatan kepada TPI agar meninjau ulang materi tayangan Dangdut Mania 2 yang disiarkan pada Senin-Jumat, pukul 19.00 WIB sampai 23.00 WIB. Acara reality show tersebut dinilai memanfaatkan kesedihan para peserta dengan pancingan pertanyaan menyudutkan dari host dan juri. Pancingan pertanyaan tersebut membuat peserta bercerita tentang masa lalu mereka yang seharusnya tidak dikonsumsi oleh publik.

Pihak TPI menjelaskan latar belakang kehidupan pribadi peserta yang diekspos sudah lebih dulu mendapat izin dari masing-masing peserta. Jika peserta keberatan, tidak ada paksaan. TPI menghormati hak peserta untuk menjaga privasinya.

Kenyataannya, banyak kisah peserta yang justru motivasi bagi pemirsa, bahwa di tengah kehidupan yang berat bagi sebagian orang, ternyata masih ada harapan. Melalui tayangan ini, banyak pemirsa yang mengulurkan tangannya untuk memberikan bantuan. Seperti memberikan beasiswa bagi peserta yang hampir putus sekolah, bantuan untuk pengobatan kanker, atau membantu mempertemukan keluarganya yang telah terpisah selama bertahun-tahun.

"Kami sebagai tayangan infotainment hanya ingin mengangkat realita yang terjadi di masyarakat dengan harapan dapat mengetuk hati nurani pemirsa," ujar Wijaya. [EAS/U-5]

http://www.suarapembaruan.com/News/2008/04/17/index.html

"Indosiar" dan "TPI" Terima Surat Peringatan KPI


"Dangdut Mania Dadakan" ditayangkan stasiun televisi "TPI". dok tpi





[JAKARTA] Komisi Penyiaran Indonesia Pusat (KPI) pusat melayangkan surat peringatan pertama kepada Televisi Pendidikan Indonesia (TPI) dan Indosiar, terkait program reality show ajang pencarian bakat, Senin (15/4). Dua stasiun TV swasta tersebut dinilai melanggar aturan penyiaran.

Ketua KPI Pusat Sasa Djuarsa Sendjaja, dalam surat peringatannya meminta TPI meninjau ulang materi tayangan Dangdut Mania 2 yang disiarkan pada Senin-Jumat, pukul 19.00 WIB sampai 23.00 WIB.

Acara reality show tersebut memanfaatkan kesedihan para peserta dengan pancingan pertanyaan menyudutkan dari host dan juri. Pancingan pertanyaan tersebut membuat peserta bercerita tentang masa lalu mereka yang seharusnya tidak dikonsumsi oleh publik.

Dangdut Mania 2, menurutnya, bertentangan dengan pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran (P3-SPS), pasal 50 dan 12. Pasal tersebut berbunyi, dalam menyelenggarakan suatu program siaran baik itu bersifat langsung atau rekaman, lembaga penyiaran wajib menghormati hak privasi sebagai hak atas kehidupan pribadi dan ruang pribadi dari subyek dan obyek berita.

Selain TPI, KPI juga meminta stasiun Indosiar memindahkan jam tayang program Super Seleb Show (tayang Senin-Rabu), Star Dut (tayang Kamis dan Minggu), dan Mama Mia Konser (tayang Jumat). Tiga acara tersebut sebelumnya disiarkan pukul 18.00 WIB kini harus berpindah jam tayang menjadi pukul 19.00 WIB.

Permintaan pindah jam tayang tersebut dilakukan karena KPI menilai penayangan program Super Seleb Show, Star Dut, dan Mama Mia Konser, mengganggu ibadah salat magrib bagi umat Islam. Ditambah lagi, KPI mendapat pengaduan bahwa studio Indosiar tidak menyediakan tempat salat bagi penonton yang hadir langsung ke studio.

"KPI sudah diskusi dengan Majelis Ulama Indonesia (MUI), Nahdatul Ulama, dan kelompok masyarakat lainnya. Tiga acara tersebut jelas mengganggu jam ibadah dan waktu belajar anak-anak," papar Sasa dalam siaran pers yang diterima SP, Senin (15/4).

Lelucon Kasar

Sebelumnya, pihak Indosiar pernah memberikan penjelasan kepada KPI bahwa acara Super Seleb Show merupakan ajang pemilihan bakat. Sayangnya, KPI menilai format acara Super Seleb Show banyak mengandung lelucon kasar antara pembawa acara dengan komentator. Untuk itu, KPI meminta Indosiar menghilangkan lelucon kasar dalam acara tersebut.

Secara terpisah, Fajar Nuswantoro selaku produser dari Dadakan Dangdut Mania 2 menjelaskan, acara Dadakan Dangdut Mania 2 memakai konsep baru yang lebih spontan, nyata dan tidak ada rekayasa sama sekali. Bahkan pihak penyelenggara tidak mengadakan grand rehearsel (GR) sebelum acara mulai. Acara tersebut benar-benar murni gambaran dari kejadian yang ada di lokasi.

Nuswantoro juga menuturkan acara Dangdut Mania tidak terlepas dari unsur realita di tengah masyarakat yang selalu mengusung keunikan baik da- ri segi materi acara maupun peserta.

"Rating dan share acara ini terus meningkat, bahkan sempat menembus rating 6,7 dengan share 25. Dangdut Mania 2 mengalahkan episode sinetron Anak Tiri, pada 18 Maret 2008," tutur Nuswantoro.

Di tempat terpisah, Humas Indosiar Gufroni Sakaril mengatakan, pihaknya akan mengevaluasi jam tayang di tiga acara tersebut. Menurutnya, semua siaran TV bebas memilih jam tayang yang sesuai dengan segmen pemirsanya.

Dikatakan, penayangan dari suatu siaran tidak berkaitan dengan jam ibadah agama tertentu. Khusus untuk Mama Mia Konser, Star Dut, dan Super Seleb Show, dia mengatakan jam tayang sudah sesuai dengan segmen pemirsa, yakni keluarga. [EAS/N-4]

Program TV di Indonesia Masih Perlu Dibenahi




Program televisi harus mempertimbangkan unsur edukasi bagi anak-anak dan remaja.




Pengelola televisi (TV) berkontribusi memberi informasi yang baik dan yang benar kepada pemirsa lewat program-programnya. Oleh karena kebanyakan program TV tidak mendidik, menurut Wakil Dekan Bidang Akademik Fakultas Psikologi Universitas Indonesia Tjut Rifameutia, TV merupakan sumber belajar yang salah.

Menurut Rifameutia yang juga psikolog pendidikan ini, program TV di Indonesia masih perlu dibenahi. Para pembuat program seringkali lebih memprioritaskan nilai bisnis. Sayangnya pula, ujarnya, pengelola TV sering mengatakan bahwa tanggung jawab orangtualah untuk "menjaga" program yang ditonton anak.

"Tanggung jawab sosial ini yang saya rasakan masih perlu diperbaiki, terutama di kalangan dunia pertelevisian. Mereka tidak terlalu peduli untuk memikirkan dampak dari program yang mereka susun. Mereka tidak menyadari bahwa tingkat pendidikan dan kesadaran masyarakat Indonesia belum siap untuk ini. Masyarakat kita cenderung menonton televisi dan mempercayai apa yang ditampilkan di TV," katanya.

Masyarakat cenderung meniru perilaku kalangan terkenal dalam hal yang tidak sepatutnya ditiru, umpamanya dalam berbahasa Indonesia yang ternyata menyimpang dari kaidah bahasa yang baik dan benar. Program anak di TV memang sedikit. Contohnya, sekitar 30 persen dari seluruh acara TPI bertema anak dan remaja. Dari persentase itu, kata Kepala Divisi Program TPI Sri Budi Santoso, yang terbesar adalah drama seri anak misalnya Ronaldowati dan Si Entong 46 persen, disusul FTV anak 22,7 persen, kartun 18,8 persen, sisanya berupa games, dan komedi. Selain kartun yang merupakan produk impor, sebagian besar program anak TPI adalah program lokal.

Menurutnya, unsur moral/nilai panutan menjadi perhatian, meskipun demikian tetap bernilai hiburan. Sebagai contoh, ujarnya, Ronaldowati secara hiburan mengisahkan petualangan beberapa anak yang memiliki keahlian khusus dalam kehidupan sehari-hari lewat adegan yang lucu. Sementara, Si Entong mengajarkan kejujuran, ajaran keagamaan melalui tokoh ustad, jangan berbuat jail/nakal seperti tokoh Memet, membantu dan bakti kepada orangtua, akur dan sayang kepada adik-adiknya.

"Sangat jarang suatu tayangan sinetron secara khusus untuk anak. Biasanya lebih bersifat tontonan keluarga. Pada sinetron keluarga terdapat kombinasi antara peran dewasa dan anak, yang masing-masing peran mempunyai bagian yang telah ditentukan sebelumnya, sehingga tercipta cerita yang menarik dan harmonis. Untuk menyikapi cerita yang kurang sesuai dengan kebutuhan anak-anak, parental guidance sangat diperlukan," kata Budi.

Dalam memproduksi program, menurut Budi, unsur komersial menjadi pertimbangan. Tetapi bukan unsur satu-satunya. Dalam penayangan acara, juga mempertimbangkan isi agar tidak bertentangan dengan perundang-undangan. Selain unsur komersial, hal lain yang menjadi pertimbangan adalah kebutuhan dan positioning stasiun TV. Misalnya target pemirsa TPI adalah seluruh anggota keluarga. Pertimbangan lain adalah tren/selera masyarakat, dan kompetisi.




Kombinasi antara peran dewasa dan anak seringkali tidak seimbang




Unsur Komersial

Sementara itu, Kepala Departemen Marketing Public Relations Trans TV Hadiansyah Lubis menuturkan, sekitar 14,47 % dari program yang ditayangkan stasiun TV itu bertema anak dan remaja. Misalnya, Surat Sahabat, Cerita Anak, Main Yuk, Happy Family. Surat Sahabat tayang Senin-Jumat pukul 14.30-15.00 WIB. Hingga saat ini acara ini sudah 350 episode. Cerita Anak diputar setiap Minggu pukul 7.30 - 8.00 WIB, Main Yuk setiap Minggu, 08.00 - 8.30 WIB. Happy Family ditayangkan pada Minggu pukul 9.30 - 10.30 WIB.

Dari berbagai program itu, Surat Sahabat merupakan edutainment, Cerita Anak dikemas sebagai hard news, dan Happy Family merupakan reality show. Program-program itu diproduksi sendiri oleh tim produksi dan berita Trans TV. Menurut Hadiansyah, setiap program yang ditayangkan Trans TV selalu mempertimbangkan unsur edukasi bagi anak-anak dan remaja meskipun tetap mempertahankan unsur hiburan. Untuk porsi sinetron, katanya, Trans TV sangat kecil. Dia menambahkan, dalam memproduksi suatu program, yang menjadi pertimbangan adalah aspek kedekatan dengan penonton. Aspek ini yang membuat suatu program membumi, sekaligus bernilai edukatif.

Program TV yang ditayangkan stasiun televisi tidak terlepas dari produk rumah produksi yang memproduksi sinetron maupun film. Presiden Direktur MD Entertainment Manoj Punjabi menuturkan, sejauh ini pihaknya baru sebatas mengagendakan memproduksi sinetron maupun film anak. Rencananya, ada dua judul sinetron dan satu judul film. Tahun-tahun sebelumnya, katanya, ada sinetron Jangan Menangis Adinda, Dongeng, Hantu Cilik, Puteri Cantik, Dan, Si Yoyok, Ratapan Anak Tiri, dan Legenda.

Menurut Manoj, pertimbangan memproduksi sinetron/film anak adalah cerita harus kuat, memiliki pesan moral/kehidupan, mampu menciptakan tren baru (trendy). Tak kalah penting, tegasnya, memiliki nilai jual.

"Komersial dan edukasi sama-sama penting. Bila tidak mengandung unsur edukasi, setidaknya bernilai moral atau memiliki pesan positif bagi kehidupan. Sementara untuk memancing orang menonton program edukasi harus bersifat komersial agar lebih menarik perhatian. Jadi jelas kedua hal ini saling terkait," ujar Manoj.

Manoj juga mengatakan, produk MD Entertainment / MD Pictures sangat variatif. Ada untuk anak, remaja, dewasa bahkan orangtua, karena MD tidak pernah mengkhususkan produknya dalam jenis atau genre tertentu. Lebih banyak variasi, akan lebih berwarna, dan lebih banyak pilihan bagi masyarakat. Pada akhirnya nanti seleksi alam yang akan berlaku. Yang tidak bermutu atau tidak sesuai selera pasar yang akan gugur.

Meski demikian, menurut pengamatan psikolog pendidikan Meutia, program televisi dapat mengintervensi dalam proses pendewasaan seseorang. Hal yang tidak diharapkan sering muncul karena ekspos program. Sering seseorang menjadi konsumtif karena melihat model-model di TV.

"Perilaku agresif dan tayangan yang memperlihatkan situasi dan kondisi yang tidak sesuai seringkali sumbernya dari TV. Padahal, program tersebut yang membuatnya manusia juga," katanya.

Contohnya, di TV tokoh anak sekolah remaja di sekolah mengenakan seragam yang tidak sesuai. Karena pemain remaja tersebut sedang "naik daun", maka remaja lain pun mencoba bergaya yang sama ketika ke sekolah. Anak "mengambil" apa yang ditontonnya sebagai nilai-nilai yang benar, yang kemudian hari menjadi nilai hidupnya.

Semestinya, menurut Ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak Seto Mulyadi, tayangan TV diatur oleh pemerintah melalui sektor terkait, seperti Depkominfo, Lembaga Sensor Film (LSF), Komisi Penyiaran Indonesia (KPI), juga peran Undang-undang tentang Penyiaran. " Kami sudah pernah mengundang sejumlah pengelola stasiun TV ke DPR untuk membicarakan hal ini, tetapi pihak TV mengatakan hidup TV dari sponsor. Perlu ada komitmen bersama," ujar Seto.

Sejauh ini, menurut Seto, undang-undang yang ada belum mampu mengendalikan kualitas acara TV. Oleh karena itu, tidak cukup pemberian saran pada pengelola TV. Bila undang-undang belum cukup, maka masyarakat yang harus berani berteriak agar anak-anak dilindungi. Sudah saatnya pengelola TV melakukan outokritik! [RRS/N-4]

http://www.suarapembaruan.com/News/2008/04/17/index.html

Mencermati Pola Menonton TV Anak dan Remaja





Penonton anak danremaja cenderung mempercayai apa yang ditampilkan di TV.



Ani (bukan nama sebenarnya) terkejut saat melihat putranya. Bocah berusia tiga tahun menirukan perempuan hamil dengan memasukkan boneka ke perutnya dan mengatakan "hamil". Ani pun gusar melihat hal itu, lalu dia menanyakan tahu dari mana bocah itu tentang perempuan hamil. Si bocah pun menjawab dari sinetron yang ditayangkan setiap hari (striping). Bukan hanya adegan perempuan hamil saja yang bisa ditiru si bocah, melainkan lagu bertema cinta yang menjadi soundtrack sinetron diputar setiap malam di televisi swasta itu pun dihafalnya.

Kegusaran Ani sebagai se- orang ibu merupakan sekelumit gambaran kegusaran orangtua terhadap perilaku anaknya. Kegusaran itu semakin bertambah, ketika bocah "demam" menyaksikan kontes menyanyi anak-anak. Pasalnya, durasi penayangan yang memakan waktu berjam-jam membuat anak tidak beranjak dari depan TV. Selain itu, lagu-lagu yang dibawakan peserta yang semuanya adalah anak-anak kebanyakan lagu orang dewasa. Di layar kaca muncul anak menyanyikan lagu cinta pada usia yang sangat belia. Usai menonton reality show, mata penonton termasuk penonton anak digiring menyaksikan tayangan sinetron yang ditayangkan setiap hari mulai pukul 19.00 WIB.

Di Venezuela, kegusaran orangtua terhadap tayangan TV direspons pemerintah setem- pat. Baru-baru ini, Pemerintah Venezuela menarik serial kar- tun Amerika Serikat (AS) The Simpsons dari tayangan TV. Pasalnya, kartun yang diciptakan tahun 1989 itu berpotensi membawa pengaruh buruk bagi anak-anak. The Simpsons, komedi satir tentang kehidupan keluarga AS, ditayangkan di Venezuela oleh stasiun televisi Televen pada jam 11 pagi menggunakan bahasa Spanyol. Di Indonesia, serial The Simpson ternyata baru ditayangkan ulang oleh stasiun televisi ANTV. Serial animasi ini ditayangkan setiap Jumat pukul 20.00 WIB.

Kegusaran para orangtua terhadap pola menonton TV cukup beralasan. Seperti dikatakan Ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak Seto Mulyadi, yang prihatin dengan kualitas acara TV di Indonesia. Menurut Seto pada tahun 2007 berdasarkan data dari Departemen Komunikasi dan Informatika (Depkominfo) sinetron mendominasi tayangan televisi, sedangkan, tayangan yang mengandung edukasi hanya 0,07 persen.

"Jika tayangan TV didominasi tayangan yang tidak edukatif, hal tersebut telah melanggar hak anak. Aspek negatif dari tayangan menurunkan kualitas sumber daya manusia karena sejak anak-anak sudah dijejali tayangan berbau negatif," katanya.



Tayangan televisi yang mengandung unsur edukasi sangat sedikit.

Di TV, seringkali tokoh anak sekolah remaja di sekolah mengenakan seragam yang tidak sesuai.



21 Persen

Menurut Seto, kontes menyanyi anak-anak yang ada saat ini di berbagai stasiun TV membuat anak-anak menjadi lebih cepat dewasa. Seorang anak tampil bak orang dewasa, dan menyanyikan lagu-lagu orang dewasa. Hal ini berdampak pada psikoseksual anak. Seorang anak lebih cepat dewasa, tetapi tidak siap menghadapi perubahan. Meski demikian, katanya, ada beberapa tayangan anak-anak yang bersifat edukatif, baik produk lokal maupun impor.

Penonton TV dari kalangan anak memang besar, dan ini menjadi bidikan para pengelola TV dengan sejumlah programnya, baik yang edukatif maupun non-edukatif. Berdasarkan data AGB Nielsen Media Research per April 2008, 21 persen pemirsa TV adalah anak-anak berusia 5-14 tahun. Angka ini diperoleh berdasarkan survei kepemirsaan TV AGB Nielsen di 10 kota. Suatu jumlah yang cukup besar dibandingkan dengan target pemirsa lainnya. Anak-anak tersebut menonton TV terutama pada pukul 06.00 sampai 10.00 dan antara jam 12.00 sampai 21.00. Pada jam tayang utama (18.00 sampai 21.00) ada 1,4 juta anak-anak di antara 42,6 juta populasi TV yang menonton TV. Jumlah ini lebih tinggi 15 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Dalam sehari, anak-anak menghabiskan rata-rata 3 jam untuk menonton TV. Dua puluh menit di antaranya untuk menonton program anak, sedang-kan 50 menit untuk menonton program serial (sinetron). Namun, kebiasaan menonton ini berbeda antara anak-anak menengah atas dengan anak-anak menengah bawah. Anak-anak menengah bawah menonton TV rata-rata 3 jam 24 menit, lebih lama 30 menit daripada anak-anak menengah atas. Namun, untuk program anak, keduanya sama-sama menghabiskan rata-rata 22 menit per hari. Sementara itu, untuk kategori program informasi, anak-anak menengah atas menghabiskan rata-rata 18 menit per hari, lebih lama 2 menit daripada anak-anak menengah bawah.

Pilihan program mereka pun berbeda. Anak-anak kelas menengah atas cenderung lebih selektif menonton program yang sesuai dengan usianya. Ini terlihat dari tontonannya yang lebih variatif, di antaranya kartun anak, film barat anak, musik, sepakbola dan sinetron. Sementara itu, tontonan anak-anak menengah bawah masih didominasi oleh sinetron. Khusus program anak, program yang paling banyak ditonton anak-anak adalah Idola Seleb (RCTI). Namun, program kartun anak impor masih mendominasi tontonan anak-anak. Lima di antara 20 program yang paling banyak ditonton adalah program produksi lokal, seperti Idola Cilik (RCTI), Pilih Dua Bintang (INDOSIAR), dan Soccer Boys (TRANS7).

Kamar Tidur

Dampak menonton di kalangan remaja berusia 15-18 tahun diteliti para peneliti dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Minnesota AS. Hasil penelitian itu dilansir Reuters pekan lalu. Peneliti berfokus pada remaja yang memiliki TV di kamar tidur, dan menemukan remaja yang memiliki TV di kamar tidur cenderung memiliki kebiasaan diet dan olahraga yang jelek, serta nilai yang lebih rendah di sekolah dibanding remaja yang tidak memiliki TV di kamar tidur.

Sebanyak 781 orang berusia 15-18 tahun di kawasan Minneapolis diwawancarai. Hasilnya, sebanyak 62 persen di antaranya memiliki TV di kamar tidur. Mereka yang memiliki TV di kamar tidur memiliki porsi menonton yang lebih banyak, berkisar empat sampai lima jam lebih banyak per minggu di depan TV. Bagi remaja yang dua kali lebih banyak menonton TV dari jumlah tersebut digolongkan sebagai penonton berat. Sedikitnya, golongan ini menonton TV lima jam sehari dibandingkan remaja yang tidak memiliki TV di kamar tidur.

Remaja putri yang memiliki TV di kamar tidur dilaporkan lebih sedikit melakukan olahraga yang energik (mengeluarkan banyak energi), yakni 1,8 jam per minggu dibanding 2,5 jam oleh remaja putri tanpa TV di kamar tidur. Mereka juga mengonsumsi lebih sedikit sayur, meminum lebih banyak minuman yang manis, dan jarang makan bersama keluarga.

Sementara itu, remaja putra yang memiliki TV di kamar tidur dilaporkan memiliki nilai rata-rata lebih rendah dibanding remaja putra yang tidak memiliki TV di kamar tidur. Selain itu, mereka juga mengonsumsi buah-buahan lebih sedikit, dan jarang makan bersama keluarga.

"Secara jelas hasil penelitian memperlihatkan beberapa hal yang patut tidak mengizinkan anak Anda memiliki TV di kamar tidur. Ketika Anda meletakkan TV Anda di ruang duduk dan Anda memiliki TV lebih kecil yang tertinggal zaman namun masih bisa dipakai, orangtua harus menolak meletakkan TV di salah satu kamar-kamar anak Anda, dan menolak tekanan dari anak untuk memiliki TV di kamar tidur mereka," ujar peneliti Daheia Barr-Anderson.

Cenderung Laki-laki

Para peneliti juga menemukan, laki-laki cenderung memiliki TV di kamar tidur (68 persen) dibanding perempuan (58 persen). Dari sisi kemampuan ekonomi, remaja dari keluarga yang berpenghasilan lebih tinggi cenderung lebih sedikit memiliki TV di kamar tidur dibanding dari seluruh golongan penghasilan keluarga yang diteliti. Di antara remaja berkulit hitam, 82 persen dilaporkan memiliki TV di kamar tidur dibanding 66 persen pada keturunan Spanyol, 60 persen berkulit putih, dan 39 persen pada keturunan Amerika-Asia.

Kedua kelompok, laki-laki dan perempuan yang memiliki TV di kamar tidur menghabiskan waktu lebih sedikit untuk membaca dan mengerjakan pekerjaan rumah, sekalipun para peneliti menuturkan perbedaan-perbedaan itu tidak signifikan secara statistik. Perihal memiliki TV di kamar tidur itu, Akademi Ilmu Kesehatan Anak-anak di AS juga menyerukan para orangtua memindahkan TV dari kamar tidur anak-anak.

Keberadaan TV di kamar tidur, menurut Wakil Dekan Bidang Akademik Fakultas Psikologi Universitas Indonesia Dr Tjut Rifameutia MA, cenderung mengurangi waktu untuk melakukan kegiatan lain, dan mengurangi kontrol dalam penggunaannya. Anak dan remaja bebas memilih program yang diinginkan, dan bebas menonton kapan saja.

Kenyamanan yang diperoleh dengan menonton TV akan mengurangi komunikasi dan interaksi anak/remaja dengan dunia luar (anggota keluarga, saudara, pembantu maupunteman).

Kebiasaan menonton TV di kamar ini pula, ujar Rifameutia yang juga psikolog pendidikan, membuat anak/remaja bebas dengan keadaannya, seperti berpakaian sekehendaknya, bahkan seringkali pula sambil makan dan menikmati makanan ringan. Kebiasaan ini membuat anak/remaja kurang bergerak dan makin lama merasa tidak membutuhkan orang lain di sekitarnya.

"Waktu belajar dengan bersungguh-sungguh menjadi berkurang. Banyak remaja yang belajar sambil menonton TV. Hal ini akan mengurangi konsentrasi dan kesungguhan mereka dalam belajar. Tidak mengherankan bila kemudian berdampak buruk pada nilai mereka di sekolah," kata perempuan yang memiliki nama panggilan Tia ini.

Pada kenyataannya banyak orangtua yang merasa lebih aman/tenteram bila anak tinggal di rumah daripada melakukan kegiatan di luar. Anak berdiam di kamar menonton TV dianggap lebih aman daripada keluar rumah. Padahal, hal ini dapat berakibat pada tidak terasahnya kemampuan interpersonal skills.

Meskipun tidak tertutup kemungkinan, kata Tia, anak melihat contoh-contoh yang baik melalui program TV. Namun, anak melihatnya secara pasif. Waktu untuk mempraktikkan hal-hal yang positif tersebut dalam kehidupan sehari-hari menjadi berkurang karena anak/remaja lebih asyik di dalam kamar. Jadi, merupakan langkah yang baik bila orangtua tidak meletakkan TV di ruang anak. [SP/Nancy Nainggolan]

http://www.suarapembaruan.com/News/2008/04/17/index.html

Gaun Pengantin Karenina

Karenina

Karenina selalu terlihat cantik dalam berbagai penampilan termasuk ketika mengenakan gaun pengantin rancangan Vera Wang. Apakah ini pertanda model yang berjulukan seribu wajah itu akan segera melepas masa lajangnya?

"Aku memang suka kalau mengenakan pakaian model pengantin. Ini hanya untuk model saja, bantuin Om Gusnaldi," ucap Karenina seusai penampilannya di Kemang Village, Jakarta Selatan belum lama ini.

Namun, ketika ditanya lebih lanjut mengenai kelajangannya, perempuan kelahiran Jakarta, 28 Februari 1983 itu hanya tersenyum.

Model yang akrab disapa Nina itu sempat dikabarkan dekat dengan pengusaha Setiawan Djodi. Kabar itu menyeruak ketika Nina menjadi model video klip Kantata Revolvere pada tahun 2001 silam. Namun, ketika itu Nina mengaku tak memiliki hubungan istimewa dengan Djody.

Sepertinya hingga kini, Nina tetap tidak bersedia menanggapi kabar tersebut dan memilih untuk menghindar.

Selain sebagai model, Nina mulai tampil berakting di layar lebar, di antaranya film I Love You, Om, dan Jomblo. Akan tetapi, belakangan Nina terlihat berjalan di catwalk dengan busana karya perancang ternama. [W-10]

Dewi Persik Anggap Dirinya Penuh Dosa

JAKARTA - Setelah dicekal dan ditelepon Menpora, hati Dewi Persik mulai tergugah. Dia mengakui sebagai iblis dan tempat penuh dosa.

"Saya Dewi Persik tempatnya dosa. Saya mohon maaf sebesar-besarnya kalau saya negatif. Saya tetap terima kritik dari siapa pun. Orang lain mau bilang apa, terserah. Saya berusaha yang terbaik," kata Persik di food court Blok M Plaza, Jakarta Selatan, Selasa (15/4/2008).

Ucapan Persik itu dilontarkan usai menonton film perdananya, Tali Pocong Perawan. Di film tersebut Dewi banyak mengenakan hot pants (celana pendek) dan berbaju dengan belahan dada rendah. Tak hanya itu, film banyak dibumbui adegan ciuman bibir dengan Ibnu Jamil.

"Film sudah dibuat jauh-jauh hari sebelum ada pencekalan. Saya terima peran ini karena penuh tantangan. Bisa tidak, mereka yang pro dan kontra dengan saya kalian wawancara? Anggap saja saya iblis," kata Persik ceplas-ceplos. (ang)

http://celebrity.okezone.com/index.php/ReadStory/2008/04/15/34/100819/dewi-persik-anggap-dirinya-iblis 

Menegpora: Goyang Dewi Persik Kebablasan

YOGYAKARTA, okezone.com - Menteri Negara Pemuda Olahraga (Menegpora) Adhyaksa Dault menegaskan, goyangan pedangdut Dewi Persik sudah kebablasan dan melampaui batas-batas norma kepatutan di masyarakat.

Sehingga, menurutnya wajar jika keberadaannya untuk pentas di berbagai tempat akhir-akhir ini selalu diprotes dan dicekal.

"Kalau lihat aksinya di panggung memang goyangannya sudah melampaui batas norma di masyarakat. Makanya dia diprotes dan dicekal di mana-mana," kata Adhyaksa usai menjadi pembicara Simposium Nasional Kepemimpinan Pemuda 2008 di University Center UGM, Yogyakarta, Sabtu (19/4/2008).

Menurut Adhyaksa, sebenarnya untuk pelarangan-pelarangan seperti dalam kasus Dewi Persik dilakukan secara kaidah kelembagaan, dan bukan kepada subjeknya. Untuk itu, menurut dia, saat ini pemerintah bersama DPR tengah berusaha menyelesaikan RUU Pornografi dan Pornaksi.

"Jangan melarang ke person-nya, tapi kaidah dan secara kelembagaan. Makanya kita tunggu saja pengesahan RUU pornografi itu," katanya.

Ia sendiri mengaku sudah memberikan peringatan kepada Dewi Persik untuk mengurangi goyangan yang kebablasan itu. Adhyaksa yakin, jika Dewi Persik mau berubah dan meninggalkan goyang "gergaji"-nya, maka dia akan terus dipakai masyarakat.

"Pasti akan selalu dipakai masyarakat, asalkan dia mau berubah. Kalau tak mau berubah ya akan ditinggalkan," tegas Adhykasa.

Meutia Hatta: Goyang Dewi Persik Nggak Harus Heboh

Pencekalan Dewi Persik di sejumlah daerah membuat Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan Meutia Hatta angkat bicara. "Goyang Persik nggak harus heboh," katanya.

Pedangdut dengan goyang gergaji itu telah dicekal tampil di Tangerang, Bandung, dan Depok. Para pemimpin daerah tersebut melarang Persik bergoyang di wilayahnya.

"Setiap daerah ada ukuran sopan dan tidak sopannya mengenai goyangnya Persik. Ada yang menilai terlalu menonjol. Kenapa Persik tidak menyesuaikan diri? Kalau misalnya dia artis yang baik dan serba bisa, seharusnya bisa menyesuaikan," beber Meutia di Istana Negara, Jalan Medan Merdeka Utara, Jakarta Pusat, Jumat (18/4/2008).

Dari kacamata Meutia, pencekalan serempak tersebut menimpa Persik bukan tanpa sebab.

"Tentu saja, pencekalan di setiap daerah itu ada sebabnya. Mungkin, goyangan dia terlalu heboh. Untuk itu lebih baik goyangnya dikurangi. Goyang kan nggak harus heboh, bisa dilakukan dengan lebih sopan," sarannya.(ang)

Bara Pattiradjawane: Lidah Adalah Sesuatu yang Sangat Pribadi

Foto-foto: Setia Lesmana

Manusia memang tak bisa terlepas dari makanan. Makan tidak hanya untuk mengaktifkan proses biologis manusia, tetapi juga mampu memberikan rasa senang. Kesenangan yang bisa diberikan makanan berkaitan erat dengan selera seseorang. Kesenangan lainnya yang bisa diberikan makanan adalah pada saat proses membuatnya. Memasak, bagi sebagian orang, menjadi sebuah hobi. Ini juga yang dirasakan Bara Pattiradjawane (44). Pria tersebut, wajahnya tak asing lagi karena setiap hari Sabtu selalu hadir di layar kaca, membawakan acara Gula-Gula, sebuah acara memasak dari serangkaian program acara memasak yang sedemikian padat di beberapa stasiun televisi lokal, pada hari Sabtu.

Baru-baru ini, SP berkesempatan bercakap-cakap dengannya di sebuah resor di Ciawi. Berikut petikannya:

Kapan Anda mulai tampil di acara memasak di depan audience?

Sebetulnya keinginan tampil di televisi (untuk program acara memasak, Red) sejak tahun 2000. Sekitar tahun itu saya sudah banyak mendatangi beberapa production house (PH), tetapi tidak ada yang tertarik dan barulah ketika saya bertemu Rima Cynthia dari TransTV pada 2003 yang akhirnya tertarik dengan ide dan konsep yang saya tawarkan. Jadilah saya mulai mengisi acara Gula-Gula.

Ide dan konsep apa yang Anda tawarkan waktu itu?

Saya menawarkan program acara memasak yang berusaha membangkitkan keinginan orang untuk memasak sendiri di rumah yang hasilnya kemudian disantap bersama keluarga. Ada semacam menyambung tali silaturahmi dalam makan bersama itu. Sebuah kebiasaan yang sekarang sudah hilang. Tidak cuma kesempatan duduk bareng satu meja sekeluarga untuk makan bersama yang sudah hilang tetapi juga kebiasaan memasak untuk keluarga yang juga hilang karena faktor kesibukan dan sebagainya. Sekarang ini, kebiasaan makan bersama seke- luarga sudah tergantikan dengan makan bersama di mal. Nah, saya berusaha memberikan ide dan berbagi resep bahwa di saat akhir pekan cobalah untuk memasak sendiri dan disantap bersama keluarga. Memasak sendiri itu asyik. Apalagi kalau saat menyiapkan bahan-bahan dan memasak itu, dilakukan bersama anggota keluarga juga. Karena itu, saya memberikan resep-resep yang proses masak dan penyajiannya, pasti bisa dilakukan setiap orang.

Tampaknya program acara Gula-Gula menawarkan kepraktisan dalam memasak, bahwa memasak adalah simple. Apa memang demikian konsepnya?

Dari awal, memang program ini menawarkan kepraktisan dan bahwa memasak itu mudah. Tidak rumit. Biar orang punya pikiran, kalau Bara bisa kenapa saya enggak? Di depan kamera saya selalu berkata bahwa saya bukan lulusan sekolah memasak dan belum pernah mengikuti kursus memasak. Jadi, orang yang menonton menjadi tidak minder dan mencoba memasak apa yang telah saya tunjukkan di acara.

Mengapa namanya Gula-Gula?

Gula-Gula awalnya menyajikan makanan yang manis-manis seperti kue-kue dan roti. Namun di perkembangannya selama tiga tahun ini akhirnya ya ada appetizer dan main course juga karena melihat respons penonton.

Kapan Anda mulai menyukai memasak?

Keluarga saya pernah tinggal di Den Haag Belanda. Saat itu ayah dan ibu masing-masing sibuk. Setiap saya pulang sekolah selalu tidak ada makanan karena tidak ada yang memasak. Mau tak mau saya masak sendiri karena tidak ada pembantu. Saat itu umur 13 tahun sekitar tahun 1978. Saya masih inget banget masakan pertama domba item. Waktu itu saya belum tahu kalau kecap manis itu dibubuhkan di akhir proses pemasakan. Saya membubuhi domba itu dengan kecap manis, sejak awal proses pemasakan, jadilah domba item itu. Sesudah itu saya tetap coba-coba memasak karena faktor terpaksa. Lama-kelamaan, masakan menjadi oke juga. Pada 1983, di sebuah acara kumpul-kumpul Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Belanda ada yang pesan kepada saya, minta dibuatkan tar cokelat yang saat itu saya bawa ke acara kumpul-kumpul tersebut.

Beberapa tahun kemudian setelah acara di KBRI itu, saya pindah ke Austria karena kuliah mengambil jurusan Diplomatik dan Hubungan Internasional. Kemudian saya juga berkuliah di Art&Design di Paris. Saat berkuliah itu, ibu saya membawakan rice cooker dan berbagai bumbu instan, maka saya mulailah memasak dengan rice cooker itu dan hasil masakan selalu dipuji teman-teman kuliah saya.

Kapan mulai berpikir bahwa memasak adalah profesi?

Sekitar tahun 1990, saya pulang ke Indonesia, kemudian saya berbisnis sebagai agen model dari sebuah agen di Singapura. Saat krisis moneter 1997, saya berpikir untuk banting setir, untuk menentukan bisnis. Tetapi, memasak tetap menjadi hobi, bahkan beberapa teman saya mulai berpikir untuk mengganti atau menyediakan bahan-bahan masakan

karena enggak enak cuma dibikinin. Mulailah masakan atau makanan yang saya buat, dihargai dengan uang. Tapi titik mulai yang membuat saya sadar apa yang saya mau lakukan untuk masa depan adalah ketika mendapat pesanan tiramisu dari kakak pacar saya, pada tanggal 22 Februari 1995. Kebetulan tak berapa lama, krisis ekonomi melanda Indonesia. Keluarga saya pun makin mendorong saya untuk banting setir ke makanan dengan alasan biarpun krisis, tetapi orang tetap butuh makanan dan bisnis makanan menjadi sangat menjanjikan. Saya pun membuka kafe dan toko kue di Lebak Bulus, rumah saya sekeluarga, yang namanya kebetulan Gula Goela. Saya pun menekuni bisnis itu karena pada dasarnya saya tidak bisa kerja kantoran karena saya tidak mau bangun pagi dan tidak mau kena macet karena pagi-pagi harus berangkat ke kantor. Sekarang, Gula Goela sudah berkembang menjadi industri yang memasak kue-kue ke beberapa tempat.

Sekarang Anda terkenal. Apa yang akan Anda lakukan?

Sampai saat ini kadang saya suka kaget sendiri ketika di suatu tempat umum ada orang yang menyalami saya sambil berkata, bahagia loh bisa ketemu Mas Bara. Wow, untung saya mulai dikenal orang pada saat usia yang sudah cukup matang jadi setidak-tidaknya sudah bisa mengendalikan diri. Sekarang, saya tentunya ingin mempertahankan rating acara Gula-Gula yang sudah cukup bagus. Ini tidak mudah karena yang paling mudah adalah memulai, bukan mempertahankan.

Upaya untuk mempertahankan rating?

Saya tentu membaca buku-buku dan website-website yang berisi tentang pengetahuan kuliner.

Kalau acara memasak di televisi seperti di Travel and Living?

Saya tidak menonton karena saya takut gaya saya membawakan acara Gula-Gula, akan terpengaruh. Kalau membaca saya iya, kalau menonton, tidak.

Memasak apa yang menurut Anda sulit?

Jajanan pasar Indonesia. Itu sulitnya bukan main karena semuanya main feeling. Tidak ada takaran pastinya. Sampai saat ini saya mengaku masih kesulitan membuat jajanan pasar Indonesia.

Selain Gula-Gula dan Gula Goela, Anda memasak di mana lagi?

Saya baru saja membuka Bistro di Wisma Satrio Casablanca. Ada juga beberapa chef di sana. Kepada para chef itu saya berpesan agar memasak untuk membahagiakan orang. Karena saya memasak bertujuan untuk membahagiakan orang. Jadi, kalau yang pesan makanan bilang kurang pedas, coba sajikan versi pedasnya. Karena, lidah adalah sesuatu yang sangat pribadi, jadi tidak bisa disamaratakan.

Pewawancara: S Nuke Ernawati

Sukabumi Juga Cekal Dewi Perssik


SUKABUMI, JUMAT--Pencekalan terhadap artis dangdut dengan goyangan hebohnya, Dewi Persik kembali terjadi, kini Bupati Sukabumi Sukmawijaya mencekal Dewi Persik untuk manggung atau konser di wilayah Kabupaten Sukabumi guna menghindari kerawanan sosial.

"Saya tidak melarang Dewi Persik untuk datang ke Kabupaten Sukabumi, namun bila manggung di Kabupaten Sukabumi tidak boleh," kata Bupati Sukmawijaya kepada pers di Sukabumi, Jum'at, ketika ditanya terkait rencana Dewi Persik untuk manggung dalam acara HUT KODAM III Siliwangi di Lapangan Yonif 310 Cikembar, Sabtu (19/4) nanti.

Bila ada penyanyi dangdut yang manggung menggunakan pakaian seksi, dapat menimbulkan birahi terutama bagi anak-anak dan remaja, maka akan berbahaya. "Kami ingin menciptakan akhlak yang baik bagi masyarakat Kabupaten Sukabumi," tuturnya.

Ia menyebutkan, pencekalan terhadap goyangan Dewi Persik tidak hanya dari kepala daerah saja, melainkan tokoh ulama dan pemuka masyarakat mencekal Dewi Persik untuk tampil di Kabupaten Sukabumi.

"Majelis Ulama Indonesia (MUI), FPI Kabupaten Sukabumi dan Forum Pesantren Salafi Bersatu (FPSB) Sukabumi serta organisasi Islam lainnya mengirimkan surat kepada saya terkait pencekalan Dewi Persik untuk manggung di Sukabumi," jelasnya.

Sukma menyebutkan pencekalan terhadap Dewi Persik dilakukan semata-mata untuk menjaga situasi Kabupaten Sukabumi tetap aman karena dalam beberapa surat yang disampaikan masyarakat terungkap adanya nada protes yang bisa menimbulkan persoalan.

Ia mengaku pihaknya tidak bisa memastikan Dewi Persik bisa tampil atau tidak di dalam acara HUT KODAM III Siliwangi tersebut karena kewenangan yang bisa melarang kehadiran Dewi Persik berada di tangan pihak kepolisian. "Kami sudah meminta Kapolres untuk membatalkan kehadiran Dewi Persik, tetapi untuk penyelenggaraan acara dipersilahkan berlanjut. Yang diminta masyarakat hanya ingin agar Dewi Persik dibatalkan tampil di Sukabumi," tuturnya.

Menurut dia, pihaknya akan memperbolehkan Dewi Persik untuk manggung lagi di wilayah Kabupaten Sukabumi, bila goyangan gergaji Dewi Persik tidak digunakan lagi. "Dewi Persik boleh manggung lagi, bila goyangannya tidak seperti sekarang ini yang dinilai dapat menimbulkan birahi kaum adam," ujarnya.

Ketua FPSB Sukabumi KH Hasbu Burhanudin melalui surat yang dikirim kepada Bupati Sukabumi, menyebutkan, pihaknya meminta kepada Bupati Sukabumi untuk tidak memberikan izin kepada Dewi Persik untuk manggung di Kabupaten Sukabumi karena goyangannya dinilai erotis yang dapat mengundang nafsu birahi. "Goyangan Dewi Persik dinilai dapat melecehkan kaum Adam," katanya.

Sementara itu, Panitia penyelenggara, Lili membenarkan tentang pembatalan Dewi Persik di Kabupaten Sukabumi dan sebagai gantinya, panitia terpaksa memanggil artis dangdut lainnya, Ira Swara. "Penggantian dilakukan menyusul adanya surat yang disampaikan Bupati kepada panitia," ujarnya.

Dikatakannya, surat pernyataan Bupati mengenai keberatan atas kehadiran Dewi Persik sudah kami terima dfan pihaknya akhirnya mengganti dengan Ira Swara. "Sebenarnya, panitia sudah sepakat dengan Dewi Persik untuk tampil pada acara HUT KODAM III Siliwangi. Saya sendiri tidak tahu apakah sudah ada uang fee yang masuk atau belum. Sebab itu urusan Bos," ucapnya. (ANT)

Wimar Witoelar: Cohost Artis Perempuan Untuk Menarik Perhatian & ...

Sabtu, 19 Apr 2008,
Rajin Belajar dan Latihan Bangun Pagi

JAKARTA - Menjadi artis biasanya tak lepas dari gosip dan pernak-pernik urusan hiburan. Demikian pula artis cantik Putri Patricia. Namun belakangan, perempuan kelahiran 24 Mei 1980 itu harus rajin memperhatikan urusan "serius" dan "berat". Terutama, setelah dia menjadi kontestan co host Perspektif Wimar, menemani host utama Wimar Witoelar.

Tetapi, alih-alih merasa terbebani, Putri mengaku lebih suka membicarakan isu serius. "Sebab, berbeda jauh dengan keseharian yang umumnya berkutat di bidang entertainment," akunya di sela syuting Perspektif Wimar di Hotel JW Marriot, Jakarta, kemarin (18/4).

Putri mengaku rajin "belajar" untuk memahami topik yang dibahas. "Malam sebelum syuting, aku selalu minta data sama orang-orang Bang WW (sapaan Wimar Witoelar, Red) seputar tema yang akan dibahas," terangnya. "Sebagian besar pertanyaan memang sudah diatur. Tetapi, tetap harus gali pengetahuan agar tidak blank."

Selain itu, Putri harus latihan bangun pagi. Sebab, Perspektif Wimar tayang setiap pukul 06.00. Padahal biasanya, Putri baru membuka mata ketika matahari menyentuh ubun-ubun. "Kalau syuting live, saya berangkat dari rumah pukul 04.00. Sampai lokasi pukul 05.00, siap-siap, terus syuting," tuturnya.

Pernah, suatu kali saat syuting live program yang tayang di antv itu, Putri merasa di awang-awang. "Malamnya aku habis syuting, baru tidur tiga jam, terus langsung syuting acara ini," ujar pemilik nama asli Patricia Ayu itu.

Meski demikian, Putri belum menjadi co host tetap bagi Wimar. Dia harus bersaing dengan enam artis cantik lain yang dipilih lewat voting SMS penonton. Saingannya Meisya Siregar, Cathy Sharon, Melissa Karim, Wulan Guritno, Agni Partistha Arkadewi, dan Revalina S. Temat.

Wimar mengatakan, dirinya memang perlu co host artis perempuan. Selain menarik perhatian, fungsinya membuat acara lebih santai. "Saya tidak mau acaranya terlalu berat atau serius. Saya senang kalau terlihat santai, tapi tetap ada isi yang bisa disampaikan. Co host juga membuat acara lebih ceria," ujarnya. (gen/tia)

Artis Ngetop Era 1980-an Jenny Rachman Menikah Lagi




JOGJA - Jenny Rachman, 48, mengakhiri masa janda di Jogja kemarin (18/4). Artis yang ngetop di era 1980-an itu melangsungkan pernikahan dengan Drs Suprajarto MM di Amarta Ballroom Hotel Melia Purosani, Jogja.

Bertindak selaku wali hakim Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin. Sebagai saksi, ditunjuk putra mantan Presiden Soeharto, Hutomo Mandala Putra alias Tommy Soeharto.

Dalam akad nikah yang berlangsung mulai pukul 09.00 hingga 10.30 itu, Jenny tampak cantik dalam balutan busana putih serta jilbab berhias bunga. Sang mempelai pria yang kesehariannya merupakan petinggi BRI di Jakarta mengenakan pakaian adat Jawa motif hijau abu-abu.

Meski sudah melewati tiga kali akad nikah, proses sakral tersebut tetap membuat Jenny terharu. "Tadi Jenny meneteskan air mata. Saya harap itu air mata kebahagiaan," ungkap artis Alicia Johar mewakili keluarga mempelai yang belum mau diwawancarai media kepada wartawan Radar Jogja (Grup Jawa Pos) kemarin.

Menurut Alicia, persiapan pernikahan Jenny dengan Suprajarto dilakukan sejak 15 April. Persiapan itu dibantu artis yang tergabung dalam PARFI serta keluarga besar BRI. "Jenny dan Suprajarto bertemu saat melaksanakan ibadah umrah sekitar November tahun lalu," ungkap artis cantik yang masih sering main sinetron itu. Suprajarto merupakan duda dengan dua putra.

Sebagai wali hakim, Din Syamsuddin mengharapkan pernikahan Jenny menjadi pernikahan terakhir. "Semoga keduanya bisa mengambil hikmah dari bahtera rumah tangga yang sebelumnya dilalui," ujar Din.

Acara tersebut berjalan lancar dan tertutup untuk media massa. Selain Tommy, sejumlah artis hadir dalam pernikahan itu. Di antaranya, pasangan Anang Hermansyah-Krisdayanti, Rima Melati, Ida Leman, dan Herman Felani. (lai/tia)

Para Pelawak Terkenal; Bagaimana Mereka Mengelola Penghasilannya?...

Kasus Gogon yang divonis empat tahun penjara dan hidupnya morat-marit akibat tak bisa mengelola diri menjadi cermin bahwa pelawak yang sukses tak hanya membuat orang lain tertawa. Komedian hebat adalah yang bisa mengelola hidup, termasuk penghasilan, sehingga bisa tertawa hingga masa tua.

ARI K.-SUGENG S., Jakarta

BEBERAPA pekerja tampak sibuk mengecat bangunan di kompleks rumah kontrakan di Jalan Sawo Ujung, Cipete, Jakarta Selatan, kemarin (18/4). Bangunan satu lantai yang sebelumnya terdiri atas tiga pintu itu dibuat dua lantai lagi di atasnya. Cat oranye tampak sudah melapisi sebagian sisi tembok bangunan seluas 150 meter persegi tersebut.

Rumah kontrakan yang sedang direnovasi itu hanya contoh kecil dari bisnis yang dijalani pelawak Tukul Arwana. Merintis usaha kontrakan tentu bukan lantaran dia butuh tambahan uang. Soal materi, pelawak yang namanya meroket lewat acara talk show Empat Mata tersebut bisa bermewah-mewah. Honor puluhan juta bisa dia dapatkan dari bekerja satu atau dua jam saja.

Order terus mengalir bak jamur di musim penghujan. Mulai melawak, menjadi pembawa acara, membintangi iklan, hingga berakting di layar lebar. Semua itu dijalani Tukul dengan bayaran yang tidak murah. Media massa pun berebut mengulas profil atau perjalanan hidup pria kelahiran Perbalan, Semarang, 16 Oktober 1963, itu.

Jika diibaratkan perputaran roda, kehidupan atau karir Tukul saat ini sedang berada di atas. Tapi, cepat atau lambat, roda tersebut akan berputar ke bawah. Hal itulah yang disadari betul oleh Tukul. Tidak terbuai oleh karirnya yang mengilap, pria yang pernah berkerja sebagai tukang gali sumur dan sopir pribadi itu selalu bertanya dalam hati: "Jika roda kehidupan saya sudah sampai di bawah, bagaimana?"

Secara alamiah, kata Tukul, entah karena sudah tua atau sudah tak kreatif lagi, kehidupan ekonominya akan menuju ke arah sana (penurunan). "Tapi, bagaimana caranya supaya prediksi semacam itu bisa meleset atau tidak terjadi terlalu cepat," ujarnya.

Menurut Tukul, salah satu kunci sukses pada masa tua adalah investasi. Selain menyimpan di bank, dia cukup lihai memanfaatkan uang yang dimiliki. Mengembangkan bisnis kontrakan rumah adalah salah satu bidang yang paling dia senangi. Untuk kontrakan di Sawo Ujung, Cipete, Jakarta Selatan, yang dikunjungi Jawa Pos, misalnya, rencananya disewakan Tukul seharga Rp 1,5 juta per bulan untuk satu pintu.

Masih di sekitar tempat tinggalnya, Tukul juga sudah membeli beberapa bangunan rumah yang lain. Satu rumah seluas 200 meter persegi berada di depan rumahnya. Yang satu lagi berukuran sedikit lebih kecil, tak jauh dari situ. Rencananya, rumah-rumah itu juga direnovasi dan dikontrakkan.

Bangunan-bangunan itu baru yang berada di sekitar Cipete. Di Bekasi, Jawa Barat, Tukul juga memiliki satu unit rumah yang juga dikontrakkan. Sayang, dia tidak mau membeberkan secara detail saat ditanya tentang berapa banyak dan di daerah mana saja rumah kontrakan yang dia miliki. "Ya, pokoknya ada. Kalau saya sebut semua, nanti orang kaget," jawab Tukul, lantas tersenyum.

Mengapa Tukul begitu tertarik investasi jenis itu? "Makin tahun, harga tanah makin mahal. Yang tadinya sepi, begitu ramai harga juga ikut tinggi. Dulu di sini per meter Rp 1 juta (rupiah). Sekarang sudah hampir Rp 5 juta," katanya.

Tak semua investasi itu berhasil. Tukul pernah mencoba peruntungan di bisnis kuliner dengan membuka restoran Ikan Bakar Tukul Arwana di Bumi Serpong Damai, Tangerang. Dia bekerja sama dengan mantan bos ketika menjadi sopir, Alex. Namun, hanya dalam hitungan bulan usaha itu tutup.

"Sebetulnya sea food cukup menjanjikan di daerah itu. Tapi, yang saya lihat, masalahnya ada di tempat parkir yang kurang memadai," jelas Tukul, yang beberapa waktu lalu mendirikan Ojo Lali Entertainment sebagai wadah teman-temannya sesama pelawak untuk berkarya.

Di Jakarta, hingga daerah lainnya, nama Tukul sering digunakan untuk nama restoran hingga warung nasi kelas kaki lima. Namun, menurut Tukul, tidak ada satu pun yang benar-benar miliknya. Soal namanya yang diadopsi untuk kepentingan komersial, Tukul mengaku ikhlas.

"Biarin saja. Bagi-bagi rezeki. Menyenangkan orang itu kan pahala. Kalau kamu mau pakai nama saya, juga boleh. Misalnya, bikin warung gado-gado Tukul Arwana, atau wong ndeso. Silakan saja," kata Tukul kepada Jawa Pos.

Meski melabelkan dirinya sebagai wong ndeso (orang desa), Tukul tidak mau disebut berpikiran kuno. Di samping asuransi jiwa, Tukul mengikuti asuransi pendidikan untuk putri semata wayangnya, Novita Eka Afriana, 8, sehingga menjamin bisa sekolah hingga ke jenjang perguruan tinggi. "Orang dulu bilang asuransi itu nggak perlu. Buat saya, itu penting. Jangan kuno," ungkapnya santai.

Di luar harta miliaran rupiah dan investasi yang melimpah, Tukul tetap bertahan sebagai sosok sederhana. Tidak terlalu konsumtif. Mobil Mitsubishi Galant keluaran 1982 tetap dia pertahankan. Mobil itu lebih sering dia pakai ketimbang Toyota Innova yang terparkir di garasi rumahnya.

Untuk menuju studio Trans 7 yang jaraknya tak terlalu jauh dari rumahnya, Tukul juga lebih suka mengendarai Honda Astrea Prima ketimbang Harley-Davidson miliknya. "Soal makanan, saya tetap suka oseng kangkung. Pakaian juga nggak ada yang bermerek," katanya.

Pelawak senior, Toto Muryadi alias Tarsan, 62, menggunakan jurus "Siap" sejak masa muda. Saat ini, pria kelahiran Malang itu mulai bisa menikmati hasilnya. "Jurus Siap itu bukan hanya untuk militer. Untuk semua orang juga, termasuk saya," ujarnya.

Jurus Siap tersebut terinspirasi oleh ajaran agama agar memanfaatkan masa jaya sebelum masa sulit, masa sehat sebelum sakit, serta masa muda sebelum tua.

Hasil dari jurus Siap itu bisa digunakan ketika keadaan darurat. Ketika tabungan mulai menipis sehingga uang untuk membeli beras dan gula sangat terbatas, Tarsan tidak kesulitan. "Kebetulan saya anak petani. Kalau nggak laku (melawak, Red), saya masih bisa makan karena ada beras hasil tani. Saya juga tanam tebu di kampung. Jadi, alhamdulillah tidak pernah kekurangan," jelasnya.

Di luar itu, Tarsan memiliki usaha dalam bentuk lain. Hanya, dia enggan berterus terang. Dia takut dibilang sombong. Usaha itu dijalankan saudara-saudara Tarsan dan beberapa pekerja lain.

Anak Tarsan satu-satunya, Galuh Pujiwati, pada 2006 dipersunting seorang pria. Putrinya tersebut sudah mandiri dengan membuka usaha kafe di beberapa kota. "Praktis, saya tinggal menunggu cucu. Hasil dari kerja ini juga menyenangkan cucu saya," katanya.

Prinsipnya, lanjut Tarsan, dalam menjalankan hidup ini adalah menghitung dengan baik dan bijak. Uang yang datang dan pergi diatur sebaik-baiknya agar tidak merugi. "Sebab, menurut saya, yang dihitung saja suka meleset, apalagi nggak dihitung," ucapnya.

Tarsan juga menerapkan open management kepada istrinya, Sulistina. Untuk pengeluaran sekecil apa pun ada catatan (bon)-nya. "Saya mengajarkan kepada keluarga untuk berterus terang dalam hal keuangan dan apa pun. Saya selalu bawa bukti pembayaran ke rumah setiap habis belanja, makan, atau ke mana saja supaya istri saya tahu," ungkapnya. (el) // jawa pos 19 april 2008