07 Februari 2009

Demam Televisi Berbayar

KOMPAS/YUNIADHI AGUNG / Kompas Images
Banyaknya pelanggan televisi berbayar terlihat dengan berjejernya cakram penerima satelit yang dipasang di kompleks rumah susun Petamburan, Jakarta Pusa
t.

Lusiana Indriasari & Susi Ivvaty

Televisi berbayar "mewabah" di mana-mana. Bukan hanya mereka yang tinggal di rumah-rumah mewah, masyarakat di pelosok kampung atau rumah susun pun kini bisa menjangkau siaran televisi luar negeri.

Boleh dibilang televisi berbayar kini "merakyat". Dulu karena biayanya mahal, fasilitas televisi berbayar ini hanya mampu dinikmati masyarakat kelas atas saja.

Sekarang, dengan biaya berlangganan Rp 60.000-Rp 300.000 per bulan, televisi berbayar menjadi lebih mudah dijangkau kalangan menengah bawah. Apalagi sekarang ini ada iming-iming gratis biaya pemasangan serta peminjaman dekoder tanpa biaya jaminan.

Nono (34), warga Kampung Pasir Gadung, Cikupa, Tangerang, sejak satu tahun lalu sudah berlangganan Indovision. Pria yang bekerja sebagai pengawas di sebuah pabrik di Tangerang itu mengenal Indovision ketika sedang ada promosi di sebuah pusat perbelanjaan di Tangerang.

"Saya tertarik karena waktu itu ditawari berlangganan tanpa biaya pemasangan. Karena siaran televisi di rumah saya 'banyak semutnya', saya mencoba pasang Indovision," tutur Nono. Dengan gaji sekitar Rp 2,5 juta per bulan dibantu istrinya yang berdagang, Nono tidak keberatan membayar uang langganan Rp 149.00 per bulan.

Di Palembang, televisi berbayar juga gencar dipromosikan dari kelurahan ke kelurahan dan juga di lingkungan perumnas. Yang melakukan promosi adalah ICON, anak perusahaan Perusahaan Listrik Negara (PLN). Sebelum Palembang, ICON sudah berpromosi di seluruh Jawa, Kalimantan, Batam, Lampung, Jambi, dan Medan.

ICON menyediakan jaringan televisi kabel yang digabungkan dengan internet. Jaringan kabel itu disambungkan ke rumah-rumah warga yang ingin berlangganan. Tanpa harus menggunakan dekoder, warga bisa menikmati acara televisi luar negeri hanya dengan merogoh Rp 80.000 per bulan.

Banyak operator

Beberapa tahun belakangan semakin banyak operator televisi berlangganan di Indonesia. Komisioner Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Pusat, Amar Ahmad, mengatakan, sejak tahun 2006 ada 30 permohonan izin penyiaran televisi berbayar.

Saat ini sudah ada tujuh operator televisi berbayar yang beroperasi, yaitu Indovision, Kabel Vision (sekarang bernama First Media), IM2, Aora, Telkomvision, Oke Vision, dan Direct Vision.

Menurut data Asosiasi Penyelenggara Multimedia Indonesia (APMI), potensi pelanggan televisi berbayar mencapai 10 juta penonton. Jumlah ini hanya untuk penonton kelas A dan B (menengah atas) saja.

Menurut Arya Mahendra Sinulingga, Sekretaris Jenderal APMI, dari total potensi itu baru 7 persen saja yang tergarap atau sekitar 700.000 pelanggan.

Operator televisi berbayar juga mulai mengarah penonton kelas B dan C. Indovision, misalnya, sejak April 2008 meluncurkan Top TV yang harga berlangganannya lebih murah dari Indovision, yaitu Rp 85.000.

Dari tahun ke tahun, jumlah pelanggan televisi berbayar terus naik. Indovision sekarang sudah memiliki 480.000 pelanggan, Telkomvision 220.000 pelanggan, sedangkan pelanggan First Media sebanyak 125.000 pelanggan.

Untuk menarik pelanggan, berbagai cara dilakukan, termasuk membuat paket-paket yang disesuaikan dengan kantong pelanggan. Telkomvision menyediakan paket prabayar dengan sistem voucher Rp 30.000-Rp 300.000. Adapun Indovision dan First Media menyediakan paket-paket dengan sistem abonemen.

Kunci parental

Televisi berbayar membuat dunia seakan menyempit. Dengan fasilitas serba murah, Nono dan orang-orang di kampungnya disuguhi aneka tayangan yang mendidik sekaligus mengumbar gaya hidup.

Untuk mencegah anak-anak menonton tayangan yang tidak pantas, televisi berbayar biasanya dilengkapi fasilitas kunci parental. Kunci parental ini bisa diatur dari pengendali jarak jauh (remote control). Sayangnya, tidak semua orang bisa menggunakan fasilitas ini karena tidak tahu cara mengaturnya.

Selain Indovision, operator televisi berbayar First Media juga membentengi anak-anak dengan kunci parental. Dengan teknologi jaringan kabel, First Media berkomitmen menggarap pasar keluarga. (Dahono Fitrianto/ Budi Suwarna/Ilham Khoiri)

http://cetak.kompas.com/read/xml/2009/02/08/01263732/demam.televisi.berbayar


Dari Kabel hingga Satelit

Berdasarkan teknologi yang digunakan, penyedia jasa layanan televisi berbayar di Indonesia dapat dibedakan dalam dua golongan, yakni menggunakan kabel (TV kabel atau cable operator) dan tanpa kabel. Operator-operator seperti First Media dan IndosatM2 (IM2) masuk dalam kategori cable operator, sementara Indovision dan Aora TV menggunakan teknologi tanpa kabel. Satu operator, yakni Telkomvision, menggunakan dua teknologi tersebut.

Operator yang tidak menggunakan kabel ini sering disebut sebagai TV satelit, karena mengantarkan siaran kanal-kanal televisi langsung dari satelit (direct broadcast satellite/DBS atau direct-to-home signals/DTH) ke antena penerima berbentuk parabola kecil di rumah-rumah pelanggan.

Berbeda

Meski sama-sama memakai DBS, operator TV satelit di Indonesia menggunakan satelit yang berbeda-beda sehingga memiliki jangkauan frekuensi berbeda dengan karakter masing-masing.

Menurut Rahadi Arsyad, Direktur Utama PT Indonusa Telemedia yang mengoperasikan Telkomvision, pihaknya menggunakan satelit yang beroperasi di zona C-Band. "Zona C-Band sama dengan zona frekuensi yang dipakai TV gratis. Dengan menggunakan alat tambahan berupa dekoder, jangkauan Telkomvision bisa menjangkau daerah terpencil di seluruh Indonesia selama ada listrik atau genset," papar Rahadi.

Sementara Arya Mahendra Sinulingga, General Manager Corporate Secretary PT MNC Skyvision, menjelaskan, Indovision sejak 1997 sudah menggunakan satelit Indostar-1 (juga dikenal dengan nama Cakrawarta-1) yang beroperasi di zona S-Band. Menurut Arya, satelit S-Band berada paling dekat dengan permukaan bumi sehingga kekuatan sinyalnya lebih baik dibanding satelit C-Band atau Q-Band, dan lebih tahan terhadap perubahan cuaca di atmosfer.

"April tahun ini kami akan meluncurkan satelit Indostar-2 yang memiliki 10 transponder sehingga kami akan memiliki kapasitas hingga 130 kanal," papar Ari.

Hibrida

Sementara para operator TV kabel di Indonesia rata-rata sudah menggunakan teknologi hybrid fiber-coaxial (HFC). Secara sederhana, teknologi ini menggabungkan dua tipe kabel, yakni kabel serat optik dan kabel metal biasa. "Kabel serat optik membawa sinyal dari stasiun pusat hingga ke stasiun-stasiun penghubung atau hub, kemudian dari situ sinyal disalurkan ke rumah-rumah menggunakan kabel coaxial biasa," papar Marcelus Ardiwinata, Kepala DCS (Data Center Services) Department PT First Media Tbk.

Menurut Marcelus, teknologi kabel memiliki kelebihan pada kapasitas pengantaran data yang sangat besar. Teknologi HFC ini memiliki kapasitas yang setara dengan lebar pita (bandwith) frekuensi 750 megahertz hingga 1 gigahertz. "Bandingkan dengan teknologi nirkabel 4G terbaru yang hanya 15 megahertz," ungkapnya.

Saat ini, lanjut Marcelus, dengan dipakai untuk layanan TV kabel lebih dari 150 kanal dan koneksi internet hingga 3.000 kbps, kapasitas infrastruktur First Media tersebut baru terpakai separuhnya. "Jadi, jika kami mau menambah hingga 100 kanal lagi pun tak perlu mengubah infrastruktur. Beda dengan TV satelit yang kapasitasnya terbatas dan harus menambah satelit saat ingin menambah kapasitas," tuturnya.

Teknologi kabel juga tidak terpengaruh kondisi cuaca. Tentu saja, teknologi kabel terbatas daya jangkauannya. Sementara teknologi satelit bisa diakses di mana saja. (DHF/IVV/IND/BSW)

http://cetak.kompas.com/read/xml/2009/02/08/01255952/dari.kabel.hingga.satelit

1 komentar:

Anonim mengatakan...

sudah berbayar/dibyar! dgn sadar atau tidak sadar di tonton promo sosial, budaya, serta produk iklan-iklannya mereka! apalagi sampe diikuti atawa dibeli! aduh indonesian. ada yang bisa ngehentikan gak ini demam tv berbayar di Indonesia. mudah2 an yang ditiru atau diserap yang bergunanya saja ya. amin. mendingan iurannya dikumpulin terus dibikin tv dari Indonesia yang bisa mendidik dunia.