07 Februari 2009

BABAK BARU Mertua Senang Fashion TV...

KOMPAS/YUNIADHI AGUNG / Kompas Images
Penonton menikmati film yang diputar di saluran HBO, salah satu saluran hiburan yang bisa dinikmati dari televisi berlangganan

Minggu, 8 Februari 2009 

Susi Ivvaty

Penyedia jasa televisi berlangganan gencar menawarkan produk, menyisir ke perumahan dan perkampungan hingga ke pinggir kota. Puluhan saluran televisi, berikut kebudayaan yang dibawa, makin gampang diakses masyarakat.

Lihat bagaimana saluran AXN menawarkan produknya. Program andalan AXN, The Amazing Race Asia, sejak diputar tahun 2006 sudah ditonton lebih dari 33 juta penonton se-Asia. "Penggemar Indonesia adalah kelompok terbesar keempat di forum AXN," kata Communication Consultant RedWhite, M Irfan Arifianto, yang menjadi penghubung AXN ke Indonesia.

Di Indovision, AXN masuk ke dalam paket dasar Rp 150.000 per bulan. Jadi, setiap pelanggan pasti akan mendapat saluran ini. Pembayaran Indovision kepada pemilik saluran dihitung berdasarkan jumlah pelanggan. "Misalnya, 1-100.000 pelanggan, kami harus membayar kepada pemilik channel sekian rupiah," kata GM Corporate Secretary PT MNC Sky Vision (Indovision) Arya Mahendra Sinulingga.

Saluran AXN Beyond dalam waktu dekat juga akan dijual di Indonesia. Di saluran ini ada program fiksi ilmiah, paranormal, dan drama supernatural. Program-program seperti ini diyakini layak jual.

Itu baru satu saluran. HBO, saluran film yang paling banyak ditonton pelanggan Indovision, juga menyumbang pendapatan besar buat penyedia jasa televisi berlangganan. HBO Asia, saluran HBO untuk pelanggan Asia, masih mengunggulkan tiga kanal, yakni HBO, HBO Signature, dan Cinemax.

Nilai-nilai baru

Masuknya televisi-televisi asing lewat saluran berbayar itu boleh jadi terjadi pada saat yang tepat, di mana banyak orang tampaknya juga mulai hoekk dengan program-program televisi dari saluran terestrial. Sebagai gambaran, jumlah pelanggan televisi berbayar ini naik 65 persen dari akhir tahun 2007 sebanyak 450.000 orang menjadi 700.000 orang pada akhir tahun 2008.

Nono (34), warga Desa Pasirgadung, Cikupa Tangerang, berlangganan Indovision setahun lalu dengan tujuan awal agar bisa menyaksikan televisi free to air atau televisi gratis dengan gambar lebih jernih. Namun, pengawas bagian produksi di sebuah pabrik di Tangerang ini makin kecantol saluran National Geographic. Alasannya, ia bisa melihat kehidupan masyarakat di negara lain.

"Seperti di Afrika, masih ada suku yang bibirnya dibikin dower dengan pelat logam," katanya.

Namun, gara-gara televisi berlangganan pula, ayah mertua Nono menjadi kerap ribut dengan istri Nono. "Gara-gara ayah mertua senang Fashion TV. Kata istri saya, nanti anak saya ikut-ikutan pakai pakaian mini," ujar Nono.

Lain dengan Atik (34), pegawai negeri warga Duren Sawit, Jakarta Timur. Sejak memutuskan berlangganan First Media pada akhir tahun 2008, kini ia bisa mengisi malam dengan menonton TV5 dari Perancis. "Film-film Perancis lebih menyentuh langsung ke diri tokohnya. Dengan tempo yang lambat, saya ternyata lebih menikmati," katanya.

Inilah bagaimana diam-diam nilai-nilai baru bakal menyusup. Seperti dikatakan pengamat media dan gaya hidup dari Universitas Padjadjaran, Bandung, Idi Subandy, proses itu berlangsung halus, tetapi terus- menerus sehingga seperti tak terasa.

"Kanal-kanal televisi itu menawarkan nilai-nilai baru ketika nilai-nilai yang ada tengah mengalami krisis dan masyarakat dilanda disorientasi. Televisi seperti dewa penyelamat untuk menutupi realitas kehidupan yang keras," tuturnya.

Melalui narasi dan karakter yang hadir di dalam satu program, televisi bisa menjelma menjadi story teller atau penutur cerita yang paling menarik. Hal ini terjadi justru pada saat lembaga-lembaga sosial tradisional kehilangan kredibilitasnya. Konstruksi budaya di televisi sungguh ampuh.

"Dengan berlangganan banyak kanal, ada kedaulatan buat penonton untuk menentukan hiburan. Namun, bagaimana mendidik manusia adalah hal lain dan ini tantangan buat industri kreatif penyedia konten," ujar Idi. (BSW/IND)

http://cetak.kompas.com/read/xml/2009/02/08/01335262/mertua.senang.fashion.tv...

Tidak ada komentar: