26 Desember 2008

Gaya Kampanye, Belajar dari Obama, Jaring Dukungan Lewat Facebook

Sutta Dharmasaputra dan Aryo Wisanggeni

Salah satu faktor penentu kemenangan Barack Obama dalam pemilihan presiden di Amerika Serikat, awal November lalu, adalah berhasil menggaet pendukung di dunia maya. Selain membuat situs barackobama.com, ia juga mendekatkan diri dengan pendukungnya melalui banyak situs, termasuk situs jejaring sosial, salah satunya Facebook.

Berkaca kepada pengalaman pemilihan presiden AS tersebut, media alternatif seperti situs pribadi, portal video YouTube, portal jaringan Facebook, atau pesan layanan singkat memang sangat memengaruhi pencitraan kandidat.

"Kelompok yang paling terpengaruh dengan media alternatif itu adalah pemilih pemula yang relatif merupakan swingvoters," ujar pakar komunikasi Emerson College's Department of Communication Studies di Boston, AS, Prof Dr J Gregory Payne, dalam diskusi Guyon Politik Kosong-kosong di Kafe Phoenam, Makassar, awal Desember lalu.

Payne menyatakan, untuk kondisi Indonesia, media alternatif yang paling efektif sebagai alat kampanye baru adalah pesan layanan singkat.

Bersaing di Facebook

Menghadapi Pemilu 2009, para bakal calon presiden di Indonesia juga tidak mau ketinggalan. Mereka semua memanfaatkan Facebook. Bagi pengguna Facebook, coba saja ketik nama bakal capres yang sekarang ini banyak bermunculan di media, pasti nama mereka dapat ditemukan.

Tentu saja, jangan bayangkan para kandidat capres itu bakal bersusah payah memutakhirkan data, mengisi wall atau menjawab berbagai pesan dari kita. Pastilah para kandidat capres memiliki tim Facebook yang kerjanya khusus mengelola situs tersebut.

Anggota DPR pun banyak yang memiliki akun di Facebook. Bahkan, ada beberapa anggota legislatif yang setiap saat memutakhirkan informasi di Facebook, seolah-olah hal itu menjadi pekerjaan utamanya.

Yuddy Chrisnandi, sebagai bakal calon presiden termuda, merasa bahwa berinteraksi dengan pendukung melalui Facebook sebagai sebuah kebutuhan. Jusuf Kalla, sebagai bakal calon presiden tertua, juga tidak mau ketinggalan membuat Facebook.

Facebook juga dilirik mantan Presiden Megawati Soekarnoputri yang kembali mencalonkan diri maupun Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang akan mempertahankan kursinya.

Bakal calon presiden lain pun tak mau ketinggalan kereta. Sebut saja Wiranto, Amien Rais, Sutiyoso, Sultan Hamengku Buwono X, Prabowo Subianto, Hidayat Nur Wahid, dan Fadjroel Rachman.

Pengguna internet di AS memang belum bisa dibandingkan dengan pengguna internet di Indonesia. Berdasarkan data di situs internetworldstats.com, pengguna internet di AS pada tahun 2008 adalah 220.141.969 orang dari 303.834.646 penduduk atau 72,5 persen. Sedangkan pengguna internet di Indonesia, dari total penduduk 237.512.355 jiwa, hanya 10,5 persennya. Namun, jumlah itu pun tidak bisa dikatakan sedikit, yaitu 25 juta orang.

Strategi Obama

Payne mengingat bagaimana pada awal kemunculannya Obama tidak diperhitungkan dalam kancah persaingan pemilihan presiden AS.

"Kalau Anda bertanya kepada saya pada tahun lalu, siapa yang akan memenangi pemilihan presiden AS, jawaban saya pasti Hillary Clinton. Namun, Barack Obama yang mampu memobilisasi dukungan jurnalis, menggunakan media alternatif secara cemerlang, mampu membalik keadaan itu dan sekarang terpilih menjadi presiden," katanya.

Payne menyatakan bagaimana Obama memanfaatkan portal jaringan Facebook. "Di Facebook, Obama memiliki 300.000 teman yang terhubung langsung. Sementara Hillary hanya memiliki 30.000 teman," katanya.

Kelebihan Obama lainnya, lanjut Payne, adalah ia mahir berpidato dan memainkan isu strategis yang diinginkan pemilih muda. Obama juga mahir bekerja sama dengan jurnalis untuk membentuk pencitraan dirinya dan meyakinkan publik bahwa dirinyalah yang layak menjadi presiden AS.

Payne menambahkan, Obama orang yang kredibel. Sejak lama ia bekerja di kalangan akar rumput, melakukan advokasi dan menggalang dukungan dari kalangan akar rumput.

Obama juga konsisten menolak perang. Ia memiliki nama dan latar belakang yang menarik perhatian. Ia memiliki segala kelebihan itu. "Akan tetapi, siapa yang akan menyebarluaskan jati diri Obama yang bagus itu? Apa yang terjadi jika tidak ada jurnalis? Obama sadar betul akan hal itu, dan sejak awal ia membangun tim kampanye dan tim media yang sangat bagus," katanya.

Payne mencontohkan bagaimana kerja sama jurnalis dan Obama mampu membentuk citra Obama sebagai orang baru, muda, dan membawa perubahan.

"Bayangkan bagaimana Obama mendeklarasikan pencalonannya di Springfield, Illinois. Di podium yang sama, tahun 1858, Abraham Lincoln mendeklarasikan penghentian perbudakan, emansipasi orang keturunan Afrika di AS, dan perlakuan sama di depan hukum bagi semua orang di AS. Orang mengenang Lincoln sebagai seorang senator, muda, dan membawa perubahan pada masa sulit karena terjadi perang saudara. Obama adalah seorang senator, muda, dan menjanjikan perubahan pada masa sulit setelah terjadi perang Irak," kata Payne.

Peranan media

Payne menyatakan, sepuluh jurnalis asal Indonesia telah meliput dan belajar melihat bagaimana media massa maupun media alternatif memainkan peranan dalam kampanye presiden AS. "Tahun depan, di Indonesia ada Pemilu 2009. Indonesia adalah negara demokrasi terbesar ketiga di dunia. Kami dari AS pun ingin melihat bagaimana peranan media dalam kampanye pemilihan umum dan pemilihan presiden 2009," kata Payne.

Payne mengakui, media alternatif berbasis internet belum tentu berhasil di Indonesia karena sebagian besar rakyat Indonesia belum melek internet.

"Akan tetapi, ada media alternatif lain, yaitu pesan layanan singkat. Pesan layanan singkat pernah membalik sejarah politik dan hasil kampanye di Spanyol, hanya karena seorang kandidat salah mengomentari bom Madrid. Dalam dua hari terakhir, opini publik berpaling dari kandidat itu. Indonesia adalah negara pengguna pesan layanan singkat terbesar di Asia Tenggara setelah Filipina. Saya yakin pesan layanan singkat akan efektif untuk Pemilihan Umum 2009," kata Payne.

Pemilu presiden 2009 masih tersisa sekitar tujuh bulan. Masih banyak waktu bagi pemilih untuk menimbang-nimbang kandidat mana yang paling tepat untuk memimpin negeri ini. Jendela di dunia maya menjadi salah satu alat teropong kita.

http://cetak.kompas.com/read/xml/2008/12/27/00401288/belajar.dari.obama.jaring.dukungan.lewat.facebook

Tidak ada komentar: