01 Juni 2008

Dikejar Iklan Politik Sampai Bioskop

Para penonton satu per satu duduk di kursi empuk berwarna merah. Mereka menenteng camilan, mulai dari berondong jagung, roti, air mineral, sampai minuman ringan.

Tak lama kemudian, bunyi derik proyektor pemutar film mengiringi perubahan tampilan di layar lebar. Penonton setia bioskop tentu hafal di luar kepala 'protap' ini. Sebelum film utama diputar, ada jeda beberapa menit untuk tayangan pengiring, yang umumnya berupa iklan produk konsumtif yang diawali dengan gelegar sistem tata suara.

Muncullah iklan minuman ringan yang bikin ngiler; iklan kondom yang meneror moral; iklan cara mudah mendapatkan informasi film baru dan bagaimana memesan tiket tanpa harus antre, lewat telepon genggam; lalu, cuplikan sejumlah film yang bakal tayang inilah yang menghibur! Lampu bioskop akhirnya padam total pertanda detik-detik pemutaran film akan segera tiba. Tapi, masih tersisa tampilan beberapa iklan unggulan. Terakhir, yang membuat kaget setengah mati ketika melihat sosok yang berseru, ''Hidup adalah perjuangan, bla ... bla ... bla ...''.

Iklan tokoh politik yang sudah akrab di layar kaca dan berbagai media massa itu terselip sebelum film petualangan arkeolog gaek, Indiana Jones, dimulai. Dialah sosok Sutrisno Bachir, yang menerangi gelapnya bioskop dan mengusik suasana santai penonton, akhir pekan lalu, di sebuah Cineplex 21 kawasan Blok M.

Diiringi musik bernada sendu, saudagar asal Pekalongan yang kini jadi bos Partai Amanat Nasional (PAN) itu, suaranya membahana bak pujangga besar. Ia muncul dalam puluhan frame diselingi sosok istrinya yang berkulit bening dan berambut mirip bintang produk kecantikan, Anita Sutrisno Bachir.

Para penonton terpana melihat iklan berdurasi lebih dari satu menit itu. Bahkan, mereka menghentikan dulu menyuapkan berondong jagung atau menyeruput minuman ringan. ''Eh, ketemu lagi ...!'' celetuk seorang penonton yang mengundang gelak tawa. Entah sinis atau suka cita ketemu 'saudara jauh'.

Akhir-akhir ini, kita memang dibuat sangat akrab dengan sosok SB--panggilan karib sang bintang iklan. Begitu juga dengan tokoh politik lain, seperti Wiranto dan Prabowo Subianto yang malah sudah lebih dulu dan belum berhenti 'tebar pesona' dengan mengiklankan diri menjelang Pemilu dan Pilpres 2009.

Bagaikan mitraliur yang dimuntahkan dari sebuah senapan mesin, iklan-iklannya mengejar dari berbagai arah dan ke segala ranah. Jam tayangnya tak kenal waktu, dan menggunakan berbagai medium: spanduk, baliho, bilboard, media cetak, internet, radio, terutama televisi. Siapa yang bisa menghindar dari gebyar kampanye diri mereka? Rasanya tak ada.

Dari forum diskusi di Ruang Wartawan DPR/MPR, akhir pekan lalu, Effendy Ghazali juga merasa terusik. Pengamat politik Universitas Indonesia (UI) ini lantas bertanya: berapa dan dari mana anggaran yang dihamburkan untuk penayangan semua iklan itu?

Tentu, nilainya bagai bumi dengan langit jika dibandingkan dengan harga camilan penonton di bioskop itu. Namun, kata-kata mereka sedikit pun tidak akan membuat perut lapar rakyat menjadi kenyang. (stevy maradona )

http://www.republika.co.id/koran_detail.asp?id=335956&kat_id=43

1 komentar:

Unknown mengatakan...

Di negara tercinta kita ini memang sekarang membutuhkan perbaikan pendidikan politik baik itu rakyat maupun pejabatnya.
saran pasang aja widget infogue.com, bisa nambah pengunjung ke blog kita lho.
seperti di blog wathasiwa yang baru buat..hehe
http://www.padhepokananime.blogspot.com/
artikel anda watashiwa submit di:
http://politik.infogue.com/dikejar_iklan_politik_sampai_bioskop