Data tersebut ditunjukkan oleh hasil survei Nielsen Media Research Indonesia. Associate Director Nielsen Media Research, PT ACNielsen Indonesia, Ika Jatmikasari memaparkan hasil survei tersebut di Jakarta, Selasa (22/4).
Ika menjelaskan, total belanja iklan pada triwulan pertama 2008 tumbuh 23 persen dibandingkan dengan triwulan pertama 2007, dari Rp 7,019 triliun menjadi Rp 8,661 triliun. Porsi iklan terbesar masih dikuasai media televisi, yakni 62 persen atau senilai Rp 5,386 triliun.
Meski demikian, pertumbuhan belanja iklan terbesar pada triwulan pertama 2008 terjadi pada surat kabar. Pemasangan iklan di surat kabar tumbuh 38 persen. Sementara belanja iklan di televisi dan majalah tumbuh 17 persen dan 26 persen.
Peningkatan belanja iklan, menurut survei Nielsen, terutama terjadi untuk mempromosikan produk peralatan komunikasi dan jasa komunikasi. Iklan jenis produk ini tumbuh hingga 78 persen dari Rp 457 miliar pada Januari-Maret 2007 menjadi Rp 815 miliar pada Januari-Maret 2008.
Iklan produk komunikasi yang paling menonjol dalam pantauan Nielsen antara lain produk sim card dari Indosat, Excelcomindo, dan Telkom Flexi, serta telepon genggam Nokia.
Survei yang dilakukan Nielsen ini konsisten dengan tren pertumbuhan ekonomi yang ditunjukkan oleh data Badan Pusat Statistik (BPS). Data pertumbuhan ekonomi tahun 2007 yang diumumkan BPS Februari 2008 menunjukkan laju pertumbuhan ekonomi paling besar terjadi pada sektor pengangkutan dan komunikasi.
Sektor pengangkutan dan komunikasi sepanjang tahun 2007 tumbuh 14,4 persen, jauh di atas angka pertumbuhan ekonomi nasional 6,3 persen. Kuatnya laju pertumbuhan sektor padat modal ini masih berlanjut pada triwulan pertama 2008.
Menyusul belanja iklan produsen perangkat dan jasa komunikasi, belanja iklan yang tumbuh terpesat pada triwulan pertama 2008 dilakukan oleh pemerintah dan organisasi politik.
Belanja iklan pemerintah dan organisasi politik meningkat 90 persen, dari Rp 115 miliar pada triwulan pertama 2007 menjadi Rp 218 miliar pada triwulan pertama 2008.
Survei periklanan ini, menurut Ika, dilakukan Nielsen pada 82 surat kabar, 127 majalah dan tabloid, serta 19 stasiun televisi. Survei tersebut didasarkan pada tarif normal, tanpa menghitung diskon, promo, dan tidak memperhitungkan iklan baris.
Belanja rumah tangga
Communication Manager PT ACNielsen Indonesia Winda Ekariany menjelaskan, lembaga survei ini juga menemukan adanya peningkatan pada belanja rutin rumah tangga. Belanja rutin yang diperhitungkan dalam Survey Media Index oleh Nielsen antara lain meliputi pengeluaran untuk bahan makanan, transportasi, listrik, dan telepon. Pengeluaran dengan kredit atau cicilan tidak diperhitungkan dalam survei ini.
Survei ini dilakukan pada 13.300 rumah tangga yang tersebar pada sembilan kota besar, yakni Jakarta, Bandung, Surabaya, Medan, Yogyakarta, Medan, Palembang, Makassar, dan Denpasar.
Pada kelompok masyarakat yang pengeluaran rutinnya di atas Rp 2 juta per bulan terjadi peningkatan belanja hingga 72 persen pada tahun 2008 dibandingkan dengan tahun 2006. Pada kelompok masyarakat dengan pengeluaran rutin antara Rp 1,5 juta hingga Rp 2 juta per bulan terjadi peningkatan belanja hingga 55 persen.
Sebaliknya, pada kelompok masyarakat dengan pengeluaran rutin antara Rp 500.000 hingga Rp 700.000 terjadi penurunan belanja hingga 40 persen. Penurunan belanja yang lebih tajam, mencapai 61 persen, terjadi pada kelompok masyarakat yang pengeluaran rutinnya di bawah Rp 500.000 per bulan.
"Kami memperhitungkan pengeluaran atau belanja tunai yang rutin, bukan pendapatan masyarakat. Peningkatan pada pengeluaran ini menunjukkan adanya peningkatan signifikan pada harga barang-barang kebutuhan dan inflasi," ujar Winda.
Kepemilikan motor
Pada kesempatan yang sama, Nielsen juga memublikasikan hasil survei yang menunjukkan peningkatan pesat kepemilikan sepeda motor. Pada periode 2000- 2008, kepemilikan sepeda motor di Indonesia, menurut survei Nielsen, tumbuh hingga 82 persen.
Winda menjelaskan, peningkatan kepemilikan sepeda motor terjadi di 12 kawasan perkotaan yang disurvei Nielsen.
Kepemilikan sepeda motor tumbuh paling pesat di kawasan Bogor, Tangerang, dan Bekasi, mencapai 36,5 persen dalam empat tahun terakhir. Di Jakarta, Bandung, Makassar, dan Palembang, pertumbuhan kepemilikan sepeda motor juga tumbuh di atas 30 persen.
Makin luasnya kemacetan jalan di kota-kota besar dan bertambahnya perusahaan pembiayaan lleasing) mendorong peningkatan pertumbuhan kepemilikan sepeda motor. Banyaknya merek motor baru dan gencarnya promosi juga turut menstimulasi. (DAY)
http://www.kompas.com/kompascetak.php/read/xml/2008/04/23/0059120/belanja.iklan.terus.membesar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar