29 Agustus 2009

Siar Segar Para Pencari Tuhan

30 Agustus 2009 | Setelah pulang dari ibadah haji di Mekkah, Bang Jack (Deddy Mizwar) diliputi rasa kangen luar biasa. Dia ingin sekali kembali ke Tanah Suci untuk beribadah hingga akhir hayat.

Itulah salah satu bagian cerita Para Pencari Tuhan (PPT) 3 yang tayang sejak awal Ramadhan 2009 di SCTV. Cerita ini bertali-temali dengan cerita lain tentang pemilihan ketua RW, Udin Hansip (Udin Nganga) dan Asrul (Asrul Dahlan) yang berjuang keluar dari kemiskinan agar bisa naik haji, Baha (Tora Sudiro) yang belum sepenuhnya tobat, Juki (Isa Bajaj) yang kehilangan emaknya, dan asmara segitiga Azzam (Agus Kuncoro), Aya (Zaskia Adya Mecca), Kalila ((Artta Ivano).

Dibandingkan dengan PPT 1 (2007) dan PPT 2 (2008), jalinan cerita PPT 3 (2009) jauh lebih kompleks. Pada kisah PPT 1, sutradara baru memperkenalkan karakter tokoh, latar belakang, dan persoalan mereka. Di PPT 2 sutradara menggali lebih dalam persoalan kemiskinan yang membelit tokoh-tokoh seperti Asrul dan Udin Hansip. Keputusasaan kedua tokoh itu dieksploitasi menjadi menu utama cerita.

Dalam PPT 3, Asrul dan Udin lebih santai menghadapi kemiskinan mereka. Mereka tidak lagi seputus asa seperti di PPT 2. Mereka bahkan bisa membangun mimpi pergi haji.

Kali ini sutradara Kiki Zakaria menyodorkan persoalan baru, yakni pemilihan ketua RW dan segala tipu daya politik yang dilakukan para kontestan. Pak Jueng, misalnya, membagi-bagikan bahan-bahan pokok kepada orang miskin agar memilih dia sebagai ketua RW. Dia juga pura-pura rajin shalat agar disangka taat beragama.

Maulana berusaha mengambil hati dengan membersihkan got. Idrus meminta Pak Jalal mendoakannya di depan Kabah ketika menunaikan ibadah haji agar bisa terpilih lagi sebagai ketua RW.

Dengan kisah ini, PPT 3 seperti menyentil elite politik Indonesia yang kira-kira berperilaku serupa ketika mengikuti Pemilu 2009 lalu, yakni memanfaatkan uang, bahkan simbol agama, untuk merebut hati pemilih.

Sebagai sinetron lanjutan seri sebelumnya, pembuat PPT 3 memang harus terus mengembangkan cerita dan tokoh-tokohnya. Produser PPT, Deddy Mizwar, mengatakan, cara yang mereka tempuh adalah mengaktualkan cerita dengan kondisi sosial politik. "Supaya cerita fiksi ini memiliki akar sosial," ujar Deddy, Rabu (26/8).

Dengan cara itu, PPT 3 yang merupakan seri ketiga masih digemari pemirsa. Agung Nugroho dari bagian Humas SCTV mengatakan, sinetron itu rata-rata meraih 20,7 persen pemirsa setiap kali tayang. Angka ini memang masih jauh dari PPT 1 dan 2 yang rata-rata mampu merebut 30 persen lebih pemirsa.

Lebih penting dari statistik audience share di atas, PPT hingga sekarang tidak kehilangan makna sebagai tontonan keluarga yang penting pada bulan Ramadhan.

Siar santai

Apa sebenarnya nilai penting dari PPT? Sebagai acara Ramadhan, PPT memilih pendekatan siar agama yang tidak formalistik, tetapi pendekatan yang segar dan cenderung santai.

PPT mengajak orang memahami agama dari pengalaman hidup sehari-hari berbagai tokoh di dalamnya, seperti penjagal hewan dan marbot Bang Jack; tiga mantan narapidana: Chelsea, Barong, dan Juki; dua orang miskin: Udin Hansip dan Asrul; Pak Jalal yang kaya raya; Pak RW yang licik dan korup; bahkan Baha yang pemabuk.

Pesan-pesan agama pun bisa muncul dalam percakapan-percakapan ringan. Pada salah satu episode, misalnya, diceritakan, Pak RW dan dua pengikutnya menuntut Pak Jalal meminta maaf karena mendoakan Pak RW di depan toilet hotel di Mekkah, bukan di depan Kabah.

Pak Jalal memenuhi tuntutan Pak RW. Tetapi, Pak RW tidak serta-merta memberi maaf. Ustadz Ferry yang menjadi fasilitator mendesak Pak RW untuk memberi maaf dengan mengingatkan bahwa Allah saja maha pemaaf.

Pak RW langsung membalas, "Allah juga maha pemberi."

Lantas Pak RW pun meminta imbalan atas pemberian maafnya. Besarnya Rp 1,5 juta.

Di PPT tidak ada tokoh yang benar-benar sempurna. Semua tokoh memiliki sisi baik dan buruk. Bang Jack digambarkan bijak, tetapi kadang konyol. Pak Jalal cukup dermawan, tetapi suka pamer dan meledek orang. Bahkan Ustadz Ferry yang digambarkan bijak dan baik pemahaman agamanya ternyata juga harus terus-menerus sengaja menjaga penampilan.

Bukankah ini sangat manusiawi? Tidak seperti sinetron kebanyakan yang hanya berisi tokoh sangat jahat dan tokoh sangat baik.

http://koran.kompas.com/read/xml/2009/08/30/03010046/siar.segar.para.pencari.tuhan

Tidak ada komentar: