23 Juli 2009

Tayangan Kekerasan Cetak Generasi Preman

/

Maraknya publikasi kekerasan dan sadisme di media massa, terutama televisi, selain bisa menimbulkan kengerian juga berpotensi merasuki pikiran anak-anak dan remaja yang dalam kurun waktu tertentu berpeluang untuk meniru.

"Lihat saja anak-anak kita sekarang ini yang banyak menonton kekerasan dan sadisme, mungkin 20 tahun mendatang akan banyak yang mengikuti perilaku kekerasan, hingga yang cenderung premanisme," kata anggota Dewan Pers, Wina Armada Sukardi di Kuta, Bali, Kamis.

Ia mengungkapkan hal itu saat tampil bersama anggota Dewan Pers lainnya, yakni S Leo Batubara dan Bekti Nugroho, pada Forum Komunikasi Masyarakat Pers Daerah yang diikuti sekitar 30 orang wartawan senior, redaktur dan perwakilan media massa  di Bali, termasuk LKBN ANTARA Biro Bali.

Wina Armada yang juga mantan sekjen PWI itu mengingatkan jajaran pers, baik dari media cetak maupun elektronik, untuk mempertimbangkan setiap penyiaran berita/gambar, agar tidak sampai bisa merangsang anak-anak untuk menangkap apa adanya dan mengikutinya.

"Era pers kapitalisme memang tidak bisa dilawan. Tanpa kapital pers tidak bisa bertahan. Yang terpenting bagaimana jurnalis arif dalam menyiarkan setiap hal, dengan menghindari tayangan sadisme, tindak kekerasan atau hal-hal yang bisa merangsa anak-anak untuk kemudian meniru hal-hal buruk," pesannya.

Ia setuju bahwa untuk bisa melahirkan jurnalis yang memiliki kepekaan sosial, hendaknya setiap media melakukan sistem rekrutmen yang lebih sempurna, tidak hanya aspek kepandaian dan potensi bakat, tetapi juga dilihat sisi kepekaan sosialnya.

"Sekarang ini eranya sungguh aneh, berita atau tayangan yang buruk-buruk justru ratingnya tinggi. Termasuk tayangan berbagai sinetron yang banyak diwarnai aksi kekerasan, juga banyak ditonton. Kondisi masyarakat kita ikut mendukung tayangan yang kurang baik," ucapnya.

Oleh karena itu jajaran pers, terutama media elektronik, diingatkan untuk untuk tidak hanya mengejar rating penonton, tetapi juga mempertimbangkan kemungkinan dampak yang bakal timbul di kalangan generasi anak-anak dan remaja yang menontonnya.

Wina Armada juga memperlihatkan sejumlah tayangan televisi dan contoh-contoh foto sadis yang disiarkan media cetak, disertai data rating penonton dan tiras media cetak serta perolehan pendapatan iklan yang setiap hari bisa mencapai miliaran rupiah atau setahun triliunan rupiah.

"Mari kita bangun media yang bisa menjadi ajang pembelajaran bagi masyarakat Indonesia yang kelompok terbesar hanya lulusan sekolah dasar. Tanpa kepedulian jajaran pers, maka sama saja kita sedang menggiring bangsa ini menuju kehancuran yang lebih parah. Hari-hari akan semakin banyak diwarnai tindak kekerasan," pesannya.

http://oase.kompas.com/read/xml/2009/07/24/0324321/Tayangan.Kekerasan.Cetak.Generasi.Preman

Tidak ada komentar: