14 Maret 2009

The Art of Facebook

Ilham Khoiri

Minggu, 15 Maret 2009 | Barangkali kita tak perlu lagi bertungkus-lumus mendatangi galeri atau menyambangi seniman untuk sekadar melongok karya seni rupa beserta perupanya. Facebook.com, situs jejaring sosial di dunia maya yang lagi tren, cukup bisa memperantarai kebutuhan itu. Mungkinkah situs ini dimanfaatkan lebih jauh untuk mengembangkan praktik dan wacana seni rupa di Tanah Air?

Coba saja berselancar di dunia maya, dan mampir ke Facebook.com (fb). Jika telah terdaftar, kita bisa menemui para seniman yang membuka account di situ dan menjadikan mereka teman. Setelah itu, proses komunikasi dan berbagi informasi tiba-tiba seperti mem-berojol begitu terbuka dan gampang.

Di fb, kita bisa melongok-longok sedikit profil seniman, foto diri, termasuk foto karya serta berbagai komentar dan tulisan (jika disertakan). Para seniman sendiri juga bisa berbagi foto, tulisan, sekaligus berinteraksi langsung lewat obrolan (chatting). Tak hanya seniman, fasilitas itu memungkinkan semua stakeholder seni rupa berhubungan: kurator, kritikus seni, art dealer, kolektor, media, pengelola museum, dan publik.

Berbagai fasilitas fb memang telah membuka ruang mediasi baru yang demikian terbuka, demokratis, dan tanpa batas geografi, waktu, dan hierarki sosial. Siapa pun bisa masuk, terlibat, mengirim foto atau tulisan, berkomentar, atau ngobrol. Seniman bisa mempromosikan diri dan karyanya, membangun jaringan, atau menemukan berbagai akses dan informasi.

Dengan berbagai kemudahan komunikasi itu, tak heran jika fb yang diluncurkan di Amerika Serikat tahun 2004 itu disambut hangat kalangan seniman di Indonesia, terutama sejak setengah tahun belakangan. Saat ini para seniman yang terdaftar sebagai anggota fb mungkin seribuan.

Mereka tak hanya berasal dari kantong-kantong seni, seperti Jakarta, Bandung, Yogyakarta, atau Bali, tetapi juga dari berbagai daerah. Sebut saja, sebagai contoh, seniman Agus Suwage, Eddie Hara, Yuswantoro Adi, Herry Dim, Faisal Habibi, Radi Arwinda, Irwan Ahmett, Radi Arwinda, Jumaldi Alfi, Dipo Andy, dan Agus Baqul. Dari kalangan kurator ada Asmudjo J Irianto, Kuss Indarto, Suwarno Wisetrotomo, dan Tubagus P Svarajati. Sejumlah galeri dan pemilik galeri juga bikin account.

Citra diri

Bagaimana para seniman menampilkan citra diri dalam fb? Sebagian besar menggunakan situs itu terutama untuk memperkuat identitas diri sekaligus memperlancar komunikasi.

Faisal Habibi, misalnya, sudah bergabung dalam fb sejak satu tahun lalu. Seniman lulusan Seni Patung Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Teknologi Bandung (ITB) itu aktif ber-fb karena hampir tiap hari nongkrong di hadapan komputer yg on-line 24 jam. Kebetulan, dia bekerja sebagai desainer grafis di Galeri Soemardja, Bandung.

Dalam account-nya, Faisal menampilkan album foto karya, album penghargaan pada ajang Indonesia Art Award tahun 2008, dan berbagai informasi lain. Temannya mencapai 1.000 lebih.

"Meskipun lewat fb, saya ingin mencitrakan diri sebagai seniman serius. Saya suka dapat komentar dan masukan tak terduga dari mana-mana. Dari situ, saya juga dapat banyak info kegiatan seni," katanya.

Berbeda dengan itu, Agus Suwage, seniman yang tinggal di Yogyakarta, memandang fb lebih sebagai sarana pertemanan ketimbang promosi. Karena itu, hanya sedikit foto karya yang disajikan. Ruang maya ini justru untuk memecah rutinitas kegiatan seni.

"Fb untuk ketemu teman lama, senang-senang atau bergosip. Kalau mengurus seni terus, kan bosan," kata Agus.

Sikap serupa diambil Nyoman Masriadi, pelukis lulusan Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta yang harga karyanya sempat melejit tinggi saat booming pasar. Dalam situs, seniman ini tidak memuat foto lukisan, tetapi menjejerkan foto diri sedang merokok di sebuah pantai yang dikopi berderet sampai 15 buah.

"Ini bukan untuk seni, tapi untuk fun dan happy saja. Ini tempat untuk ngobrol dengan teman secara lebih cepat dan bebas; tempat untuk menyegarkan diri," katanya.

Harapan

Sebenarnya seberapa jauh kita bisa berharap pada fb untuk pengembangan seni rupa?

Menurut pengamat seni dan kurator asal Bandung, Asmudjo J Irianto, para seniman bisa saja memanfaatkan fb untuk membangun networking dan berpromosi. Dengan sifatnya yang terbuka, promosi lewat situs lebih praktis dan murah. Fb melengkapi situs virtual lain yang lebih dulu beredar, seperti website, blog, friendster, atau e-mail.

"Kenapa tidak memanfaatkan bahasa html untuk membangun karya di web? Itu sah-sah saja," kata Asmudjo.

Eko Nugroho, seniman Yogyakarta yang aktif mengikuti kegiatan seni di luar negeri, mengaku punya website sendiri sejak tahun 2005. Dia juga aktif di friendster dan Yahoo messenger (YM). Namun, FB menawarkan fasilitas lebih terbuka dan efektif untuk berkomunikasi sekarang.

Sudah tiga bulan ini Eko mengundang dan mempromosikan proyek artshop. Dia mengajak para seniman untuk membuat berbagai merchandise yang bisa dipakai, seperti mainan, kaus, topi, asbak, atau tas. Produk yang dibuat terbatas ini menggabungkan unsur seni dan bisnis.

"Responnya bagus. Saat produk dipasarkan di toko khusus di Prawirotaman, Yogyakarta, pasarnya lumayan dan makin meningkat," katanya.

Bagi Kuss Indarto, kurator asal Yogyakarta, fb seyogianya bisa jadi ruang mediasi luar biasa. Sebagai kurator, dia merasa situs itu jadi jalur baru untuk mencari seniman. Situs ini jelas telah memperluas medan apresiasi, di mana karya seni lebih mudah diakses secara terbuka oleh siapa pun, dan seniman bisa lebih gampang berhubungan dengan publik.

Lebih dari itu, diharapkan fb bisa memunculkan kreativitas seni baru berbasis budaya cyber dan lebih menggiatkan wacana seni rupa, seperti dengan cara mendiskusikan isu-isu penting. "Fb bisa jadi sumber, memperluas, dan menghidupkan pewacanaan seni rupa yang lebih dinamis, luas, dan murah. Inilah the art of facebook," kata Kuss yang punya 2.200 orang teman di fb.

Hanya saja, kata Asmudjo, sifat fb yang terbuka mungkin cukup menyulitkan pewacanaan menjadi lebih mendalam. Soalnya, semua orang bisa ikut nimbrung, biar mereka yang serius, bercanda, atau hanya mau bergosip saja. "Tapi, itu pun sudah cukup bisa menyemangati seni rupa.

http://cetak.kompas.com/read/xml/2009/03/15/0548296/the.art.of.facebook

Tidak ada komentar: