28 Februari 2009

Laki-laki Melambai Jadi Laris Manis

Oleh: Ary Nugraheni

1 Maret 2009 | Presenter kondang Indra Bekti dalam sebuah kesempatan di kantor TransCorp Mampang Jakarta berkata pada Olga Syahputra, "Olga, gue kangen dengan gaya lo yang centil dan manja."

Olga bukannya bangga tapi dengan nada sengit menjawab,"Itu tuntutan profesionalisme,  demi karier presenter."

Ternyata Olga yang selalu tampil dengan tangan melambai-lambai seperti gaya banci itu  tersinggung juga disebut banci.  Olga mengaku, karena dengan gaya itu dia laku jadi presenter maka dilakoni saja. "Gue ini tulang punggung keluarga," jawab Olga yang mengaku berasal dari keluarga miskin itu.

Indra Bekti pun terharu mendengarnya lantas memeluk sahabatnya itu dengan erat sambil mengatakan, bukan maksudnya menyinggung tapi dia juga menyayanginya.

Ketika ditanya pendapatnya tentang makin banyak orang-orang bergaya banci di televisi, Indra mengatakan, itu komoditas hiburan saja karena lucu dan disukai penonton.

"Bagi yang suka, silakan tertawa.  Yang nggak suka, ya jangan mencibir sosok mereka. Sebab, itu hanya  hiburan,  mencari uang, bukan mencari sensasi, dan bukan banci betulan," ungkap Indra saat ditemui di Cilandak Town Square (Citos) Jakarta belum lama ini.

Olga Syahputra yang kini makin laris mengisi banyak acara di TV dan show lainnya mengatakan sebagai presenter ia hanya mencari cara bisa menghibur pemirsa TV di rumah, penonton di studio atau dimana aja.

"Olga itu kan orangnya gokil (gila) dan cuek. Olga jadi MC kan pengin hidupin suasana. Orang pun tahu Olga, ya seperti ini. Seru dan heboh," ujar Olga saat ditemui di Studio RCTI Jakarta.

Ia tahu karena penampilannya, orang menuding dia sebagai cowok melambai alias banci. Olga menegaskan, perilaku yang dimilikinya adalah ungkapan jiwa dan ekspresi kebebasannya.

"Bicara presenter, tergantung acaranya. Kalau ada MC bawain slow dan lembut, itu karakter MC siapa. Kalau Olga nih gradak-gruduk. Lompat sana-lompat sini. Jadi kalau menilai penampilan Olga gimana ya, lembut-lembut, bagaimana gitu," celetuk Olga sambil tertawa.

Memang, lanjut Olga, banyak yang menganggap dirinya banci, tapi itu hanya omongan orang gila. Orang bodoh yang nggak tahu entertainment. "Buktinya, bisa dilihat kan sekarang gaya Olga seperti laki-laki. Kalau di atas panggung, itu memang bagian dari salah satu cara untuk menarik perhatian orang. Misalnya, Olga godain cewek, pegang tangannya. Gue godain cowok, pegang tangannya. Itu kan buat hiburan dan lucu-lucuan aja. Jadi, orang tolol yang bilang seperti itu," terang Olga.

Karena itu meski dibilang banci, Olga menegaskan  cuek saja. Itu haknya untuk menghibur dan mencari uang. Di luar panggung dia adalah laki-laki.  "Mereka harus banyak belajar untuk mengenal dunia hiburan seperti apa. Jangan menilai orang dari TV saja atau dari luar. Lihat kenali dulu orangnya. Jangan hanya bisa nebak-nebak. Jangan hanya bisa mengomentari orang, lihat saja diri sendiri," kata Olga yang juga jadi presenter musik Dahsyat di RCTI itu.

Olga  menyatakan bangga menjadi sosok yang dia mainkan sebab membawa hoki. "Penghasilan gue luar biasa, bisa Rp 5 triliun sehari," canda Olga sembari tertawa lebar.

Komentar senada dilontarkan Ruben Onsu yang juga sering bergaya melambai di TV. Dia katakana,  gaya yang dipakainya itu hanya bagian dari profesionalisme dari kariernya sebagai presenter. Menurut Ruben, semua orang berhak memiliki ciri khas atau karakter dalam berkarier. Sekarang, tinggal bagaimana orang memilih hiburan bagi dirinya sendiri.

"Gue ini bukan bencong. Apa yang gue lakukan hanya bagian dari kerjaan sebagai penghibur, agar yang gue hibur itu bisa tertawa," kata Ruben saat ditemui di Citos Jakarta belum lama ini. "Ya, memang presenter gaya melambai itu gue akuin lebih laku dan punya nilai jual sendiri. Tapi, bukan berarti presenter non melambai tidak laku. Ya, kembali ke pilihan hiburan tadi, silakan orang mau memilih yang mana," tambahnya.

Satu lagi orang yang masuk kelompok  heboh sejenis ini adalah  Ivan Gunawan. Perawakannya  tinggi 185 cm, tegap, tapi suka bergaya banci.  Dandanan juga seperti perempuan alis rapi, pakai maskara, dan sapuan eye shadow.  Pipinya juga memerah oleh blush on. Berbalut busana warna ngejreng, penuh gemulai Ivan sering berkata, "Jangan gila, dong."

Desainer busana ini punya julukan 'Madame' Ivan Gunawan dengan mulut mencang-mencong sebagai komentator tetap acara Super Mama Seleb Concert di stasiun  Indosiar.

 "Menjadi presenter terkenal rasanya enak, banyak akses dan bisa kemana-mana. Nah, saat ini aku dihadapkan pada dua bidang yang dijalani dengan enjoy dan fun. Sebagai presenter juga desainer. Namun, kalau ditanya apa profesi aku, aku pasti akan bilang desainer. Kalau dibilang karierku naik sebagai presenter, Amin. Tapi basic aku adalah sebagai desainer. Kalau presenter cuma kebetulan aja aku bisa," terang Ivan saat ditemui di TMMI Jakarta.

Soal gaya dan penampilannya, ia hanya mengatakan kalau apa yang ia tampilkan selama ini apa adanya. "Kalau pun di panggung suka bercanda kelewatan, misalnya sama Ruben ya itu sih sah-sah saja. Sebab, aku memang akrab dengan dia dan sejauh ini nggak ada komplain tuh dari pihak TV," jelas pria kelahiran, 31 Desember 1981, ini.

Gaya banci itu, apakah menjadi pilihan untuk tampil di depan publik? "Wah, no comment. Selama aku nggak mengganggu yang lainnya dan enjoy, ya aku berusaha melakukannya dengan profesional," jawab mantan pacar  penyanyi Rossa ini.

Ivan pernah sekali waktu mengubah gayanya menjadi macho. Jambangnya dia biarkan tumbuh dan gaya lebih ke laki-laki. Tapi itu tak lama. Setelah itu dia balik lagi ke gaya banci di TV. Ya bergaya laki-laki menjadi tidak lucu lagi sehingga order presenter sepi.

Menanggapi gejala ini, presenter kondang Farhan, mengatakan kemunculan presenter-presenter melambai itu tak jadi masalah bagi kariernya. Lagipula, presenter seperti itu sudah ada sejak dulu. Menurut Farhan, wajar jika presenter-presenter tersebut bisa muncul, bertahan, terkenal, dan digemari. Untuk itu, ucap Farhan, tak mesti diributkan. Apalagi, kebancian sudah ada sejak lama. Terbukti, di pertunjukkan wayang orang maupun ketoprak ada elemen kebanci-bancian.

Semua orang, kata dia, punya prinsip dan  membawa  rezeki sendiri. "Masyarakat mempunyai selera beragam. Ada yang menyukai presenter kebanci-bancian dan ada pula yang tidak," katanya singkat.

 

Ditegur

Tapi tidak selalu gaya banci aman-aman saja di TV. Pelawat Srimulat, Tessy alias Kabul, ditegur  Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Pusat  karena leluconnya  dianggap jorok dan berlebihan dan melecehkan wanita. Banyolan  Tessy yang disemprit KPI itu saat dia memakai balon berisi air sebagai payudara lantas  disodor-sodorkan ke lawan main prianya.

Tapi Tessy menilai teguran  KPI itu mengada-ada. Baginya, dunia kesenian tidak bisa dicampuri dengan permasalahan lain. "Kesenian, ya kesenian," tandas Tessy saat dihubungi di ponsel pribadinya.

Mengenai kekhawatiran masyarakat tentang peran banci memengaruhi jiwa anak, dinilainya juga berlebihan. Buktinya, sudah lama ia berperan sebagai banci, tapi tidak ada yang protes. Keluhan semacam itu baru muncul ketika televisi makin banyak memunculkan presenter banci. "Saya ini laki-laki tulen, jadi banci hanya di panggung saja," tandasnya.

Akibat teguran itu Tessy mengakui order main jadi berkurang.  "Saya sudah main jadi banci sejak tahun 1980, mengapa baru sekarang diributkan," ujar Tessy.

Menurut Tessy, berperan sebagai banci tidak mudah, butuh waktu dan proses panjang untuk penyempurnaan lakon. Kini, Tessy menjalani aktivitas jual-beli motor.

"Bila mau dirunut ke belakang, kesenian ludruk yang menampilkan pria kemayu tidak pernah dilarang. Padahal, kesenian itu juga bisa tampil di televisi. Pemerintah harus adil. Saya sekarang tidak boleh main di televisi, sedangkan (aktor kebanci-bancian) yang lain masih bisa. Salah saya apa," tutur Tessy.

Wakil Ketua KPI Pusat Fetty Fajriati mengatakan KPI  tak pernah melarang atau menghilangkan pekerjaan orang yang bersikap kebanci-bancian atau banci tulen sekali pun di televisi. Tapi kata Fetty, KPI hanya memberikan batasan agar siapa pun yang suka berperan sebagai banci di layar kaca bersikap sopan dan melakukan lelucon itu dengan sewajarnya.

"Kami bekerjasama dengan lembaga pendidikan, seperti Fakultas Psikologi Universitas Indonesia (UI), Universitas Atmajaya, Universitas Tarumanegara (Untar), Universitas Kristen Petra (UK) Petra, dan lain-lain untuk memantau sejauh mana tayangan sosok banci mempengaruhi pemirsanya," ungkap Fetty. "Ternyata belakangan, sosok mereka di televisi itu banyak mempengaruhi pola pikir anak yang memiliki bakat 'belok', bahwa menjadi banci itu ternyata bisa menghasilkan uang dan diakui," lanjutnya.

"Kami hanya ingin merubah pola pikir masyarakat, karena hampir 50% masyarakat Indonesia itu adalah dari golongan miskin yang memiliki pendidikan minimum. Maka, kalau lembaga penyiaran tidak memberikan tayangan yang mendidik, bagaimana kita bisa memberikan pembelajaran yang baik bagi masyarakat kita," terang Fetty.

Meskipun mereka berdalih untuk menghibur pemirsa atau sebagai ajang komersial, menurut Fetty, sebaiknya mereka tetap memikirkan dampaknya terhadap pemirsa. Jadi, tegas Fetty, macam Olga Syahputra atau Ivan Gunawan bisa meminimalkan sikap-sikap yang kurang sopan saat memerankan sosok gemulai di televisi.

"Bulan Januari 2009 lalu, kami sudah menyosialisasikan hal ini kepada lembaga penyiaran, agar siapa pun yang tampil sebagai sosok banci tidak bersikap berlebihan yang mengarah kepada bentuk pelecehan gender wanita. Misalnya, mereka memegang-megang tubuh lawan main pria normalnya atau menyuruh pria normalnya itu menyentuh-nyentuh bagian tubuhnya, seperti yang pernah dilakukan Tessy, itu KPI sangat melarang," jelas Fetty.

KPI sendiri, tambah Fetty, berani mengeluarkan peraturan itu juga berlandaskan dari musyawarah Majelis Ulama Indonesia (MUI), bahwa memberikan tayangan yang menimbulkan sikap negatif pada seseorang di televisi itu sangat tidak baik. Apalagi, tayangan yang berbentuk pelecehan terhadap gender. n

http://surabayapost.co.id/?mnu=berita&act=view&id=e77db99f963f25326605bcf75f3eb130&jenis=b706835de79a2b4e80506f582af3676a&PHPSESSID=b8dfd25e2ef0afd978d8a830482ef995

Tidak ada komentar: