10 Januari 2009

Menonton Komedi sampai Mabuk (Budi Suwarna)

Minggu, 11 Januari 2009 |Ketika politik kian menjemukan dan ekonomi kian menekan, televisi menyodorkan obat penawarnya: komedi.

Setahun belakangan, sejumlah stasiun televisi berlomba-lomba menayangkan program komedi. Fenomena ini kian kuat di penghujung tahun 2008 ketika beberapa stasiun televisi meluncurkan sejumlah program komedi baru sekaligus.

Antv yang sebelumnya telah memiliki Cagur Naik Bajaj, Tawa Sutra, dan Tawa Sutra XL, menambah tiga program komedi baru, yakni Lajang, Cuplikan Lucu (Cucu), dan Numpang Hidup. Jam tayang komedi pun terus bertambah dari sebelumnya 2,9 jam per hari menjadi 4,6 jam. Siaran Antv sehari hampir 24 jam.

Trans7 yang telah memiliki (Bukan) Empat Mata, Komedi Lawak (Kolak), dan Wara Wiri meluncurkan lagi tiga program komedi baru Desember lalu, yakni OKB, Opera Van Java, dan Happy Hour. Kini, jam tayang Trans7 yang seharinya sekitar 20 jam, 3,5 jam di antaranya diisi dengan program komedi.

Saudara tua Trans7, Trans TV, sudah lebih dulu menayangkan program-program komedi seperti Suami-suami Takut Istri, Ngelenong Nyok, Sketsa Ajah!, dan Extravaganza. Kalau dihitung, jam tayang program komedi di stasiun itu pun sekitar 3,5 jam per hari. Di luar program yang sepenuhnya komedi, ada beberapa program Trans TV yang diselipi komedi, yakni Dorce Show, Ceriwis, dan Akhirnya Datang Juga.

Global TV yang telah memiliki Abel dan Temon Bukan Superstar menambah satu program komedi baru, yakni Komedi Pasar Tumpah. Bahkan, televisi ini sedang menyiapkan beberapa program komedi baru yang akan segera tayang.

Fenomena seperti ini memang bukan hal baru di industri televisi yang kian berorientasi pada pasar. Ketika sebuah program laku dijual di sebuah stasiun televisi, stasiun lain akan latah menjual program sejenis.

Kini, komedi sedang menjadi barang dagangan favorit di televisi. Corporate Communication Antv Zoraya Perucha mengatakan, respons penonton terhadap program komedi saat ini sedang bagus. Hal yang sama dikatakan Kepala Departemen PR Marketing Trans7 Anita Wulandari dan General Manager Program Global TV Endah Hari Utari.

Zoraya menduga, hal ini ada kaitannya dengan situasi politik dan ekonomi. "Masyarakat mungkin sedang jenuh dengan politik dan mengalami stres karena tekanan ekonomi. Itu sebabnya mereka merespons acara-acara komedi yang ringan dan bisa membuat mereka tertawa," katanya, pekan lalu.

Anita menambahkan, biasanya ketika situasi politik dan ekonomi menekan, penonton televisi memang cenderung lari ke program hiburan seperti komedi. "Meski korelasi itu harus dibuktikan dulu dengan penelitian," kata Anita, Jumat (9/1).

Terlepas dari itu, ragam tontonan di televisi memang kian mengarah pada hiburan semata. Apa pun acaranya, sebagian besar dikemas dalam bentuk ringan dan diasumsikan dapat menghibur penonton. Program berita yang dulu didominasi liputan politik, ekonomi, dan kriminalitas kini dipadu padan dengan liputan kuliner, gosip, dan jalan-jalan. Konsekuensinya, informasi yang punya makna dan yang remeh-temeh campur aduk menjadi satu.

Talk show politik pun, kini, dikemas sedemikian cairnya hingga mendekati panggung lawak. Alih-alih memberikan informasi yang berharga dan menjelaskan duduk perkara, talk show semacam ini justru menyajikan sederetan kekonyolan.

Para pengelola televisi beralasan, penonton sekarang kebanyakan tidak mau berpikir terlalu ruwet ketika menonton televisi. Karena itu televisi memberikan tontonan ringan.

Apa yang dikejar orang dari televisi memang bukan lagi makna, tapi ekstasi menonton. Kalau sekarang musim komedi, maka tontonlah komedi sampai mabuk.

http://cetak.kompas.com/read/xml/2009/01/11/01142021/menonton.komedi.sampai.mabuk

Tidak ada komentar: