![]() |
WARTA KOTA/NUR ICHSAN / Kompas Images Marcella Zalianty |
Budi Suwarna
Kasus penganiayaan dan pelecehan seksual terhadap Agung Setiawan yang diduga melibatkan artis Marcella Zalianty dan pembalap Ananda Mikola menjadi santapan empuk infotainment.
Awalnya, infotainment mengulas seputar penyidikan kasus tersebut. Belakangan, mereka menelusuri sisi gelap Agung hingga orientasi seksualnya. Apa sebenarnya yang ingin mereka sampaikan?
Ketika kasus penganiayaan atas Agung mencuat ke permukaan awal Desember lalu, hampir semua kamera infotainment menyorot ke arah Marcella dan Ananda. Infotainment mengulas proses penyidikan dan berupaya merekonstruksi penganiayaan atas Agung.
Tidak berhenti di situ, mereka juga mengulas tetek bengek tentang Marcella yang tak ada hubungannya dengan kasus penganiayaan, seperti masa kecilnya, status hubungannya dengan Ananda Mikola, hingga gosip soal ganti-ganti pacar.
Ada juga infotainment yang berusaha menduga-duga siapa sosok Marcella yang sebenarnya. Infotainment itu mengatakan, "Di balik wajah cantiknya, ternyata Marcella terlibat dalam kasus kekerasan."
Pemberitaan itu menggiring pemirsa untuk berpikir bahwa Marcella cantik tetapi kejam.
Pemberitaan semacam itu membuat Marcella tersudut. Ibu Marcella, Tetty Liz Indriati, sampai-sampai harus memohon kepada infotainment agar tidak memberitakan kasus ini secara berlebihan.
Bagaimana dengan Agung? Awalnya, laki-laki itu digambarkan sebagai korban yang tak berdaya. Namun, beberapa hari kemudian, giliran Agung yang menjadi bulan-bulanan infotainment.
Infotainment secara serentak menampilkan Agung sebagai pelaku penipuan yang sudah makan banyak korban. Espresso (antv) dan Insert (Trans TV) sampai harus mengirim krunya ke kampung Agung di Bantul, Yogyakarta, untuk menemui orang- orang yang mengaku korban penipuan Agung.
Tidak hanya itu, Insert (11/12) mengingatkan kepada pemirsa bahwa Agung pernah dipenjara dua kali di Lembaga Pemasyarakatan Wirogunan, Yogyakarta. Infotainment ini juga menelusuri masa lalu Agung sebagai model hingga orientasi seksualnya yang diduga berbeda.
Espresso dengan meminjam mulut seorang mantan pembalap mengatakan, masyarakat harus tahu Agung yang sebenarnya.
Kabur
Begitu mudahnya arah perubahan arah pemberitaan infotainment. Agung yang semula digambarkan sebagai korban, dalam beberapa hari digambarkan sebagai "pesakitan" di layar kaca.
Herlina Agustin, Ketua Jurusan Jurnalistik Fakultas Ilmu Komunikasi, Universitas Padjadjaran, menilai perubahan arah pemberitaan mengenai kasus Marcella yang demikian drastis menunjukkan bahwa infotainment tidak fokus. Mengapa? Karena mereka lebih peduli pada aspek sensasional ketimbang fakta-fakta seputar kasus.
"Agung, misalnya. Dia adalah korban, tetapi mengapa infotainment justru mengupas sisi gelapnya sampai orientasi seksualnya segala. Katakanlah Agung itu penipu, tetapi bukan berarti dia boleh dianiayai. Kalau memang ingin diberitakan kejahatannya, buatlah secara terpisah," kata Herlina, Jumat.
Kepala Departemen Marketing PR Trans TV Hadiansyah mengatakan, Insert sengaja mengupas latar belakang Agung sebagai penyeimbang. Jika pemirsa melihat rangkaian liputan Insert secara utuh, liputan tersebut sudah lengkap.
Pengamat komunikasi Idi Subandy tidak terkejut dengan pemberitaan kasus Marcella yang melebar ke mana-mana. Menurut dia, infotainment hampir selalu mengemas berita apa pun dalam bingkai seks, kekerasan, dan sensasi. "Seremeh apa pun, unsur itu akan selalu digali dari setiap kasus yang mereka liput, sebab itu adalah jualan utama mereka," ujar Idi.
Soal kedalaman? "Jangan berharap banyak," kata Idi.
http://cetak.kompas.com/read/xml/2008/12/14/01391725/siapa.marcella.siapa.agung
Tidak ada komentar:
Posting Komentar