30 Oktober 2008

Babak Baru Industri Telekomunikasi

Tahun 2008 memang belum berakhir, bahkan perang tarif juga baru mereda. Namun, sepertinya semua yang bergerak di industri telekomunikasi, termasuk dalam teknologi informatika, sedang menyiapkan jurus-jurus baru. Fenomena-fenomena baru dan krisis menjadi pertimbangan penting dalam melangkah pada tahun depan.

Setelah Apple mengeluarkan iPhone, giliran Google dengan sistem operasi open-source Android memunculkan ponsel G1. Dunia open source untuk lingkungan mobile semakin marak dengan masuknya Symbian di bawah bendera Nokia. Ini menandakan kompetisi semakin keras untuk perangkat bergerak pada tahun yang akan datang.

Sementara bisnis dalam negeri yang baru menyelesaikan babak pertama "perang tarif" untuk komunikasi seluler sedikit berkurang. Memang, kompetisi yang merugikan pengguna komunikasi data ini mereda, tetapi berikutnya sedang ditunggu jurus berikut yang akan mereka mainkan.

Bayang-bayang krisis masih tetap ada, terutama dalam memenuhi kebutuhan penambahan kapasitas jika mereka harus perang lagi. Bukan hanya bagaimana membayar lisensi untuk menambah lebar pita frekuensi yang dibutuhkan, melainkan hambatan krisis akan mempersulit pencari pinjaman dollar untuk membangun infrastruktur baru.

Perkembangan teknologi untuk akses pita lebar (broadband) memang tidak berhenti, tetapi untuk implementasinya untuk kebutuhan komersial akan tertunda. Tampaknya solusi seperti BlackBerry masih akan menarik, bahkan dalam waktu dekat operator seperti XL sedang menyiapkan jurus baru untuk memenuhi pelanggannya dengan layanan e-mail bergerak itu.

Lain halnya dengan Indosat yang sedang memasuki babak baru dengan masuknya Q-Tel, sebuah perusahaan telekomunikasi dari Qatar, ke perusahaan itu. Tentu akan ada strategi baru, bisa jadi perang tarif akan berubah warna.

Babak baru

Masuknya Q-Tel tidak hanya akan memengaruhi kebijakan bisnis Indosat, tetapi juga tuntutan baru dari pihak pemerintah terhadap perusahaan komunikasi terbesar kedua itu. Q-Tel, yang hanya bisa memiliki saham Indosat maksimal sampai 65 persen itu, dalam waktu dua tahun harus mengubah entitas bisnis Indosat menjadi dua bagian, yaitu bisnis komunikasi bergerak di bidang mobile atau seluler dan bidang fixed-line atau jaringan tetap lokal.

Penegasan ini diutarakan sendiri oleh Menteri Komunikasi dan Informatika Mohammad Nuh, Senin (27/10), dalam sebuah pertemuan pers yang dihadiri Kepala Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) Fuad Rahmani. "Apa yang telah diputuskan ini merupakan surat resmi kami bernomor 242/M.Kominfo/10/2008 kepada Kepala Bapepam, yang mengacu pada Perpres Nomor 77 Tahun 2007 jo Perpres No 111/2007," katanya dalam jumpa pers di Jakarta itu.

Nuh menegaskan, komposisi saham kedua entitas bisnis itu untuk dapat dikuasai asing telah ditentukan berbeda. Untuk bergerak dapat dikuasai sebesar 65 persen, sedangkan untuk jaringan tetap lokal hanya sebesar 49 persen sehingga memang harus dilakukan pemisahan. Selama dalam proses pemisahan dua tahun terhitung sejak 27 Oktober lalu itu Indosat diminta harus tetap memprioritaskan pemanfaatan produk dalam negeri dalam pengadaan barang dan jasa masing-masing sebesar 40 persen Capex dan 50 persen Opex.

Pihak Q-Tel saat ini telah memiliki 40,8 persen yang dibeli dari STT Telemedia, Singapura. Untuk bisa menjadi pemegang saham pengendali atau dapat menguasai 65 persen saham, Q-Tel harus bisa menguasai 24,2 persen lagi saham yang sekarang ada di masyarakat.

Dalam kesempatan itu pihak Bapepam mengaku telah menerima surat dari Q-Tel terkait rencana tender over 24,2 persen saham dan diharapkan rencana itu akan dapat melikuidkan kondisi pasar modal di Indonesia. Untuk menguasai 24,2 persen saham dari 5,4 miliar lembar saham itu, Q-Tel diperkirakan akan mengeluarkan dana sebesar Rp 8 triliun lebih jika harga per lembar sahamnya sebesar Rp 7.300.

Sementara itu, dari pihak Indosat belum banyak bersedia memberikan komentar terkait permintaan pemerintah itu. "Yang jelas kami telah membuktikan bahwa terlepas dari perubahan kepemilikan saham, kami tetap konsisten menjalankan bisnis," kata Adita Irawati, Division Head Public Relations Indosat

Dalam siaran pers yang diterima Kompas sebelumnya, Presiden Direktur Indosat Johnny Swandi Sjam mengatakan, "Selama bulan Ramadhan trafik percakapan melalui jaringan kami sangat tinggi sehingga menghasilkan pertumbuhan pendapatan usaha perusahaan yang solid dalam triwulan ketiga ini."

Johnny Swandi sangat yakin target yang dibebankan kepadanya pada 2008 dapat dicapai. Bahkan, dalam sembilan bulan ini pihaknya telah mendapatkan laba bersih tidak kurang dari Rp 1,47 triliun.

Situasi seperti ini bagaimanapun akan memengaruhi bisnis yang terjadi di dalam negeri. Belum termasuk karut-marut layanan TV berbayar Astro yang menghentikan layanannya. Di mana pemanggilan pemerintah terhadap pemegang saham Astro tidak dipenuhi. Astro yang menghentikan layanannya sejak 20 Oktober lalu belum memberikan kejelasan langkah selanjutnya.

Meskipun demikian, industri telekomunikasi ini sangat dinamis dan penuh kejutan. (AWE)

http://cetak.kompas.com/read/xml/2008/10/31/01581354/babak.baru.industri.telekomunikasi

Tidak ada komentar: