06 September 2008

Televisi: Ramadhan dan Rezeki Artis

dok CITRA SINEMA / Kompas Images
Grup Bajaj, dari kiri Isa, Melky, dan Aden, melambung pamornya berkat sinetron Para Pencari Tuhan.

Susi Ivvaty

Momen apa saat ini yang bisa "dijual" ke dalam bisnis hiburan? Jawabannya gamblang, Ramadhan. Dari bisnis yang disokong iklan "bejibun" ini, para artis pun menangguk rezeki.

Politik, ekonomi, bahkan agama kini tak lepas dari unsur entertainment. Setidaknya sejak lima tahun lalu, seperti dikatakan Michael J Wolf, kita berada di wilayah yang ia sebut sebagai entertainment zone.

"Locally, globally, internationally, we are living in an entertainment economy." (The Entertainment Economy: How Mega-Media Forces are Transforming Our Lives, 2003).

Mari cermati bagaimana stasiun televisi "beradu" program Ramadhan guna meraih rating dan audience share tinggi. Program sebisa mungkin ditonton oleh sebanyak-banyaknya pemirsa. Cara paling cespleng adalah menayangkan program hiburan. Pesan Ramadhan disampaikan lewat sketsa komedi, kuis yang dibawakan pembawa acara dengan kocak, musik religi, dan sinetron religi. Apakah pesan itu tersampaikan atau tidak, itu soal lain.

Artis, yang adalah barisan terdepan sebuah tontonan, menjadi mesin penggerak industri hiburan. Hampir semua stasiun televisi mempunyai semacam "ikon" Ramadhan. Khususnya saat sahur dan berbuka puasa, layar kaca ditaburi artis, mulai Eko Patrio hingga Titi Kamal, dari Adul dan Komeng sampai Laudya Chyntia Bella.

RCTI, misalnya, menayangkan sinetron Aqsa dan Madina dengan bintang utama Marshanda. SinemArt sebagai rumah produksi sinetron itu sejak empat tahun terakhir memilih Marshanda sebagai "ikon".

Tiga tahun sebelumnya, Marshanda berakting dalam sinetron Anak Cucu Adam. Karena sambutannya luar biasa, SinemArt kembali memasang Marshanda di sinetron Adam dan Hawa (2006) dan Sholeha (2007).

"Tahun ini kami memilih Marshanda lagi karena penggemarnya masih sangat banyak. Jam tayangnya pun pas, pukul 18.00. Pemirsa bisa berbuka puasa sambil menonton Marshanda," tutur Abdul Aziz, Manajer Humas SinemArt. Ia mengimbuhkan, Aqsa dan Madina berulang-ulang memegang rating tertinggi harian untuk kategori sinetron.

Indosiar tahun ini memutar sinetron Tasbih Cinta produksi MD Entertainment dengan pemeran utama Laudya Chyntia Bella. Ada pula sinetron Muslimah produksi Soraya Intercine dengan bintang Titi Kamal.

Untuk bisa meyakinkan pengiklan, stasiun televisi harus mampu menunjukkan keunggulan sebuah program. Para pengiklan biasanya akan menanyakan nama artis pengisi acara, kalau tidak terkenal mereka biasanya menarik diri. Stasiun televisi kemudian akan menunjukkan keunggulan lain.

"Titi Kamal baru pertama kali bermain sinetron religi, tetapi justru itu menjadi daya tarik. Apalagi, skenarionya kuat," kata Corporate Secretary Indosiar Andreas Ambesa.

Yang terjadi, tayangan saat berbuka puasa menjadi seragam, parade sinetron. Tren program buka puasa, ya sinetron, yang mau tak mau harus diikuti. "Kalau kami tiba-tiba memutar acara lain, siapa yang menonton. Iklan tak akan masuk," kata Andreas.

Rezeki artis

Soal rezeki Ramadhan, mari tanyakan Eko Patrio, yang 11 tahun terakhir selalu mengisi acara Ramadhan. Tahun ini ia tampil di empat stasiun televisi, mengisi acara Kolak Ramadan (Trans7), Sahurprise (RCTI), Sambil Buka Yuk (antv), dan Dewa-Dewi Special Ramadan (TPI).

Pada jam tayang sama, pukul lima sore, wajah Eko bisa disaksikan bersamaan di Trans7 dan antv. Khusus di dua stasiun ini, Eko bersama Comando Production miliknya mengurus produksi hingga tayang.

Berapa sebenarnya pendapatan Eko dari Ramadhan? Ia menyebut angka Rp 50 juta-Rp 100 juta per episode (sekali tayang) untuk biaya produksi yang dibayarkan stasiun televisi kepada Comando Production. Dana itu, selain untuk membayar pengisi acara, juga untuk honor kru dan bintang tamu. Adapun untuk penampilannya di RCTI dan TPI, ia dibayar sebagai pemain karena produksi diurus stasiun televisi.

"Ya lumayanlah buat membeli susu anak satu kontainer," sahut Eko.

Grup lawak Bajaj, dengan awak Isa, Melky, dan Aden, mendapat limpahan rezeki Ramadhan yang istimewa, tidak hanya materi, tetapi juga popularitas yang menanjak. Ramadhan tahun lalu Bajaj memulai berkiprah di jagat sinetron lewat Para Pencari Tuhan yang diproduseri aktor kawakan Deddy Mizwar. Tahun ini, mereka kembali muncul dalam Para Pencari Tuhan 2.

Isa menyebut angka Rp 20 juta-Rp 40 juta per episode untuk honor Bajaj. Dibagi tiga? "Karena kami selalu bertiga, honor ya dibagi tiga," sahut Isa. Di luar Ramadhan, Bajaj biasanya mengisi acara off air sebagai pemandu acara.

Nama Irfan Hakim sejak lima tahun lalu akrab dengan acara Ramadhan. Tahun ini ia mengisi Empat Mata Sahur Seru (Trans7), Sambil Buka Yuk (antv), dan memandu kuis (Trans7). "Alhamdulillah, ada saja rezeki," ujarnya.

Titi Kamal untuk pertama kali ambil bagian dalam sinetron religi dan ia gembira menerima tawaran. "Aku baru pertama ini berkerudung di sinetron," ujar Titi yang enggan menyebut honor.

Mengenai honor untuk artis-artis kondang, seperti Nirina dan Marshanda, Abdul Aziz menyebut nominal Rp 40 juta-Rp 75 juta per episode. "Honor itu bukannya mahal, tetapi pantas buat artis tertentu," ujarnya.

Dunia panggung

Bagaimana dengan dunia panggung? Ramadhan ini panggung pun meriah. Berbagai konser dihelat, baik ditayangkan televisi maupun tidak. Hampir semuanya bertemakan religi, seperti konser "The Spirit of Ramadan" yang akan digelar Selasa (9/9).

Grup band seperti GIGI dan Ungu pun laris manis. Baru beberapa hari Ramadhan, Ungu sudah manggung sedikitnya tiga kali, sedangkan GIGI sedang bersiap tur di 16 kota.

Tatang Suherman, promotor gelaran konser "The Spirit of Ramadan", berujar, biaya produksi lebih dari empat miliar rupiah sudah ditutup oleh pihak sponsor karena hasil dari penjualan tiket akan disumbangkan 100 persen ke berbagai lembaga. Bagi Tatang, menyampaikan pesan agama lewat hiburan menjadi terasa cair dan tidak menggurui.

Penyair Taufiq Ismail, yang akan membaca puisi di konser ini, berpendapat, hiburan adalah media yang tepat untuk menyampaikan pesan.

"Kalau puisi saya dimuat koran atau majalah, yang membaca paling-paling ribuan atau puluhan ribu orang. Namun, kalau puisi saya dilagukan, yang mendengar bisa berjuta-juta orang," ujarnya.

http://cetak.kompas.com/read/xml/2008/09/07/01521687/ramadhan.dan.rezeki.artis

Tidak ada komentar: