06 September 2008

Parade Iklan Waktu Sahur (Tayangan Ramadhan)

TRANS TV/ WENDY W / Kompas Images
Acara Saatnya Kita Sahur (SKS)


Budi Suwarna

Apa yang sebenarnya bisa kita tonton dari acara televisi saat waktu sahur? Kuis, sinetron, komedi, atau bujuk rayu iklan yang tiada putusnya?

Program sahur di televisi yang berlangsung sekitar pukul 03.00 hingga 05.00 WIB memang menawarkan berbagai tontonan. Tetapi, kalau kita perhatikan, sebagian acara itu sepenuhnya didedikasikan untuk pemasang iklan, bukan pemirsa di rumah.

Tengoklah acara Saursurprise di RCTI yang menampilkan antara lain Eko Patrio, Parto, Indra Bekti, dan Jojon. Sepanjang acara yang menggabungkan antara kuis dan sketsa komedi tersebut iklan tak pernah putus.

Latar belakang panggung juga seluruhnya ditutup dengan iklan operator seluler. Dengan begitu, pemirsa dipaksa untuk melihat iklan tersebut. Ketika kuis berlangsung, penelepon harus menyebutkan kata kunci yang isinya slogan produk pemasang iklan. Di luar itu masih ada deretan produk yang mengisi ruang iklan di sela acara.

Hal yang sama bisa kita temukan dalam acara Saatnya Kita Sahur (Trans TV) yang didukung Adul, Komeng, dan Olga; Empat Mata Sahur (Trans7) yang didukung Tukul dan Irfan Hakim; serta sinekuis Para Pencari Tuhan (PPT) Jilid 2 (SCTV) yang dibintangi Deddy Mizwar dan grup lawak Bajaj.

Pada PPT Jilid 2, iklan bahkan masuk dalam adegan. Pada episode 5 September, misalnya, ada adegan Pak RT berkali-kali bersendawa. Melihat itu seorang pengurus RT langsung menawarkan jamu tolak angin. Kamera kemudian meng-close up merek jamu tolak angin itu.

Episode sebelumnya ada adegan Azam (Agus Kuncoro) sedang memperbaiki mobil. Di dekat mesin ada sekaleng oli. Kamera kemudian meng-close up merek oli itu. Iklan build in macam ini tampak terlalu vulgar. Berbeda dengan iklan produk mobil di film-film James Bond yang memasukkan produk secara wajar sebagai bagian dari cerita.

Kuis yang didukung sponsor dan diletakkan di sela-sela sinetron semakin menegaskan dominasi iklan pada PPT Jilid 2. Akibat dominannya iklan, PPT Jilid 2 jadi kehilangan gereget. Pesan moral yang disampaikan dalam sinetron itu tenggelam oleh pesan-pesan iklan yang menganjurkan konsumsi sebanyak-banyaknya.

Mendulang iklan

Humas SCTV Budi Darmawan mengatakan, banyaknya iklan pada program sahur tidak bisa dihindari. Bagi stasiun televisi, sahur adalah saat tepat mendulang iklan. "Biasanya pukul 03.00-05.00 disebut jam tayang mati karena jarang iklan. Tetapi, pada bulan puasa jam ini justru jadi jam tayang utama," kata dia.

Untuk program PPT Jilid 2, lanjut Budi, semua ruang iklan sudah terjual. Tarifnya sekitar Rp 18 juta per 30 detik. Sinetron itu diminati pemirsa karena ceritanya menarik dan jenisnya berbeda dari sinetron lain. Untuk minggu pertama, audience share PPT Jilid 2 di atas 20 persen. Artinya, PPT Jilid 2 ditonton 20 persen dari pemirsa yang menonton televisi pada jam tayang itu.

Kepala Departemen Marketing PR Trans TV Hadiansyah mengatakan, program sahur bisa memberi tambahan pemasukan iklan hingga 16 persen dibandingkan dengan bulan-bulan lain meski sangat bergantung pada acara yang ditawarkan.

Hadiansyah bersyukur acara Saatnya Kita Sahur mendapat respons bagus dari penonton. Audience share-nya rata-rata mencapai 25,7 persen pada minggu pertama ini.

Dalam bisnis televisi, eksploitasi acara untuk mendulang iklan merupakan hal wajar. Sayangnya, pengelola televisi kadang tidak mengimbanginya dengan membuat acara lebih kreatif. Acara yang muncul tahun ini nyaris tak ada bedanya dengan tahun lalu.

Kuisnya pun masih saja menganggap pemirsa bodoh. Contohnya, Indra Bekti menyodorkan pertanyaan, "Apa yang sedang dilakukan Jojon?"

Jojon lantas memperagakan gerakan orang sedang menyuap makanan.

"Jawabannya: A. Jojon sedang makan di bulan Ramadhan. B. Jojon sedang memberi makan burung."

Kalau merasa cukup cerdas untuk menjawab pertanyaan macam itu, Anda bisa mencoba ikut kuis tersebut. Lumayan, hadiahnya Rp 1,5 juta.

http://cetak.kompas.com/read/xml/2008/09/07/01401134/parade.iklan.waktu.sahur

Tidak ada komentar: