DOK METROTV / Kompas Images Zona80 |
Penyanyi top tahun 80-an kembali ditampilkan di layar kaca. Sebagian penampilannya masih prima, sebagian lagi sudah kedodoran. Ah, penampilan tidak lagi penting. Yang penting, penonton bisa bernostalgia.
Anda yang tumbuh di era itu mungkin masih ingat dengan gaya Titi Qadarsih ketika menjadi penari pengiring lagu-lagu Gombloh. Dia berlenggak-lenggok centil sambil mengerdipkan mata, kemudian bergerak mengelilingi Gombloh yang cuek saja bermain gitar.
Anda juga mungkin masih ingat bagaimana Betharia Sonata dan Nia Daniaty berlinangan air mata ketika menyanyikan lagu- lagu sedih. Sampai-sampai, pemerintah melarang TVRI menayangkan lagu-lagu cengeng seperti itu karena khawatir bangsa ini juga dianggap bangsa cengeng. Apa hubungannya?
Anda yang mengikuti musik dangdut juga tidak akan lupa dengan Rhoma Irama dan Soneta grup-nya. Bahkan, Anda mungkin masih ingat gaya bicara Rhoma yang sering dibuat putus-putus seperti ketika dia berkata, "Lagu berikutnya berke...lannn...na."
Nah, semua kenangan itu ditangkap dan dihadirkan lagi di layar kaca dalam acara nostalgia bernama Zona80. Acara tersebut ditayangkan Metrotv sejak tiga bulan lalu, yakni setiap Minggu malam pukul 22.05 dan Sabtu pukul 15.05 (tayang ulang). Hari Minggu (1/6) ini, Zona80 memasuki episode ke-14.
Melalui acara itu, kita bisa melihat lagi aksi Titi Qadarsih menari dengan koreografi dan gaya centil seperti dulu. Kostumnya pun dibuat dengan gaya 80-an. Hanya saja, karena Gombloh telah almarhum, perannya digantikan John Dayat, pemenang lomba mirip Gombloh.
Obbie Messakh
Artis jaman dulu (jadul) yang juga tampil di Zona80, antara lain, Ari Wibowo dengan hit-nya Madu dan Racun, Endang S Taurina dengan Apa yang Kau Cari, Betharia Sonata dengan Hati yang Luka, Obbie Messakh dengan Kisah Kasih di Sekolah, dan duet maut Rhoma Irama dan Rita Sugiarto dengan Malam Terakhir.
Production Manager Metrotv Agus Mulyadi, Kamis (29/5), mengatakan, Zona80 berusaha menghadirkan kenangan era 80-an secara utuh dengan segala kemeriahan dan kenorakannya. Untuk itu, pihaknya sedapat mungkin memerhatikan detail. Mereka menghadirkan lagu-lagu jadul dengan aransemen seperti asli termasuk sound effect-nya.
Kostum penyanyi dan penari latar juga dibuat sesuai gaya 80-an, seperti baju bertangan gembung, ikat kepala, dan celana yang gombrong di bagian atas dan sempit di bagian bawah. Bahkan, koreografinya pun meniru gaya 80-an, seperti gerakan tangan menggulung benang.
Satu yang tidak bisa dilakukan Zona80 adalah membuat artis-artis jadul itu kembali tampak imut-imut seperti 20 tahun yang lalu. Maklum, mereka sudah memasuki usia om-om dan tante- tante. Bahkan, sebagian sudah menjadi simbah.
Dengan format seperti itu, Zona80 menjadi tontonan menarik, khususnya bagi orang-orang yang tumbuh di era itu. Lewat acara itu, mereka bisa menemukan jejak masa mudanya bersama para artis yang juga tumbuh di periode yang sama.
Lewat acara itu, mereka bisa menertawakan penampilan generasinya yang untuk ukuran sekarang mungkin agak norak. "Setiap kami menayangkan video atau foto artis jadul, penonton di studio langsung tertawa dan berkata, 'lucu banget dulu ya'," kata Didik Suryantoro, penggagas ide acara Zona80.
Zona80 ini sebenarnya merupakan bagian dari fenomena kebangkitan kembali era 80-an dalam jagat hiburan satu-dua tahun belakangan ini. Tengok saja CD dan kaset berisi kompilasi lagu- lagu lama bermunculan, lagu-lagu disko klasik diputar lagi di klub-klub dan radio, konser penyanyi dan grup jadul seperti Duran Duran dan Skidrow pun laku dijual.
Kenangan era 80-an memang begitu lekat bagi mereka. Itulah era di mana kebanyakan anak- anak muda mendapat pengalaman yang nyaris sama. Mereka sama-sama menonton film Boneka Si Unyil, sama-sama diharuskan ikut Senam Kesegaran Jasmani di sekolah, dan sama-sama mengalami demam breakdance (tari kejang) sambil membopong tape besar.
http://cetak.kompas.com/read/xml/2008/06/01/01123693/zona80.panggung.generasi.jadul
Tidak ada komentar:
Posting Komentar