Burung Camar Adalah Nyawaku
Diva pop Vina Panduwinata akan tampil dalam konser tunggal. Tidak sendiri, si "Burung Camar" itu mengajak tiga teman lamanya yang dulu tergabung dalam grup vokal Rumpies.
Tidak banyak persiapan yang dilakukan Vina menjelang konser 17 Mei mendatang. Dia mempercayakan segala sesuatunya pada tim. Di antaranya Adi M.S. yang bertindak sebagai music conductor.
Saat ditemui Jawa Pos di rumahnya, kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Jumat (2/5) malam, dia baru selesai berbincang dengan Rey Jefrin. Pria tersebut adalah rekan musisi yang dipercaya Vina membantu memilihkan lagu sekaligus melatih vokal.
"Nggak ada latihan yang serius. Minimal, ada Jefrin yang bisa aku ajak diskusi. Tadi baru ngobrol biasa. Mungkin latihannya mulai besok (kemarin, Red)," papar Vina santai lantas mengisap rokok.
Perhelatan yang rencananya dilangsungkan di Jakarta Convention Center tersebut merupakan konser kedua Vina. Pada 18 Februari 2006, wanita kelahiran Bogor, 6 Agustus 1959 itu sudah menyapa penggemarnya dalam konser bertajuk Viva Vina.
Inisiatif untuk mengadakan konser kedua datang dari Vina sendiri. Menurut dia, banyak penggemarnya yang tidak kebagian tiket masuk konsernya yang pertama. Yang sudah menonton pun mendesak Vina tampil lagi. "Banyak yang komplain. Sekarang aku mau bayar utang ke mereka yang belum nonton," kata ibu satu anak itu.
Menurut rencana, sekitar 20 lagu diperdengarkan dalam konser berdurasi dua jam itu. Di antara lebih dari 100 hit yang pernah dia populerkan, ada beberapa lagu yang sudah pasti dia bawakan. "Sudah menjadi nyawa aku," begitu kata Vina merujuk tembang Burung Camar dan Di Dadaku Ada Kamu.
Di banding konser sebelumnya, yang menjadi sangat spesial adalah rencana menampilkan Rumpies. Grup vokal tersebut beranggota Vina, Atiek C.B., Trie Utami, dan Malyda. "Waktu lagi ngomong-ngomong bintang tamu, aku langsung minta Rumpies. Aku pengin ada yang beda," jelas Vina.
Nama Rumpies bersinar di akhir 1980 hingga awal 1990-an. Salah satu hitnya yang meledak adalah Nurlela. Lagu tersebut diganjar BASF Award kategori album terlaris pop kreatif 1990.
Saat Rumpies merilis album kedua, Vina tak lagi tergabung di dalamnya. Setelah album Pacarku, eksistensi Rumpies mulai tidak terdengar karena kesibukan masing-masing personel.
Untuk mewujudkan rencana tersebut, Atiek C.B. yang kini menetap di Amerika Serikat (AS) diundang langsung untuk datang. "Kalau Trie Utami nggak ada masalah. Dia memang masih eksis. Malyda sekarang jadi ibu rumah tangga. Kami ajak nyanyi lagi," ulasnya.
Konser Vina nanti dibuka penampilan Afgan. Vina punya alasan sendiri kenapa menggandeng penyanyi solo pria berwajah kalem itu. "Afgan jadi penyambung aku ke generasi yang lebih muda. Di album dia, ada lagu Biru. Itu lagu Afgan dan lagu aku juga," paparnya.
Menurut Vina, sebenarnya cukup banyak penyanyi lain yang menawarkan diri untuk ambil bagian di konsernya nanti. Namun, dia tidak mau memaksakan hal itu. "Kalau pakai bintang tamu banyak-banyak, penonton bisa marah. Soal itu, aku serahin ke tim saja," tukasnya.
Selama puluhan tahun berkarir, tak terhitung lagi panggung yang pernah dia naiki. Tampil di depan orang-orang penting pun bukan hal asing baginya. Tapi ternyata, bagi penyanyi sekelas Vina, rasa gugup masih menjadi teman sekaligus musuh yang sangat setia.
"Sekecil apa pun sebuah show, buat aku adalah ujian. Kita nggak akan pernah tahu soalnya apa. Itu yang bikin deg-degan. Apa yang harus dilakukan nggak sepenuhnya bisa ditebak. Maka, tiap menjelang naik panggung, kalau ada yang ngajak ngomong, aku nggak pernah nyambung," tutur Vina. (ari kurniawan/tia)
Vina: Aku Bukan Contoh yang Bagus
Sebagai salah seorang penyanyi senior yang punya nama cukup mengilap di jagat tarik suara tanah air, Vina disegani pendatang baru. Tak sedikit pula yang menjadikannya sebagai panutan.
Tapi jangan salah. Vina justru mewanti-wanti penerusnya untuk tidak menjadikan dirinya sebagai contoh. Kenapa? Dia mengatakan, kebiasaan dan pola hidupnya sebenarnya sangat bertolak belakang dengan persyaratan paling dasar untuk menjadi penyanyi yang baik.
"Aku nggak boleh ditiru. Aku bukan contoh yang bagus. Sebagai penyanyi, sejak dulu aku nggak pernah berlatih, nggak pernah olahraga, yang ada malah jadi perokok," ujar Vina santai.
Menurut dia, apa yang didapatnya sekarang, yakni suara merdu dan penampilan prima, sepenuhnya merupakan bonus dari Tuhan. Itu bukan sesuatu yang telaten dia bentuk. Vina yakin, tidak semua orang mendapat berkah seperti itu.
"It's a gift. Biarpun aku cuek, Tuhan memberi aku segalanya. Kalau anak-anak yang baru mau jadi penyanyi, dia harus hindari pola hidup seperti aku. Kalau dia (penyanyi lain, Red) dikasih gift sama dengan yang aku dapat sih nggak masalah. Kalau nggak, gimana?" paparnya.
Lebih lanjut, yang jadi masalah Vina adalah jam tidur. Dia mengatakan, sejak kecil, dirinya tidak pernah bisa tidur lebih dari enam jam dalam sehari. Jika pantangan itu dilanggar, dijamin, Vina akan terkungkung dalam mood yang buruk sehari penuh.
Di usianya yang memasuki 48 tahun, baru 11 bulan belakangan Vina sedikit perhatian dengan kesehatan. Dalam waktu tersebut, dia menjalani hypnotherapy, yakni terapi minum air putih bermineral tinggi dalam jumlah besar. Terapi itu pun dia berlakukan kepada keluarga besarnya.
Maka jangan heran, sebagian ruang di rumah Vina disesaki oleh botol-botol hingga galon yang berisi air terapi tersebut. Kali pertama diperkenalkan oleh salah seorang teman, Vina rajin menganjurkan terapi itu kepada teman-temannya. Termasuk, Jawa Pos yang malam itu berkunjung.
"Edan banget hasilnya. Orang yang ketemu aku rata-rata bilang aku tambah kelihatan muda. Yang paling edan, sekarang aku nggak pernah ngerasa capai lagi," cerita Vina penuh semangat.
Meski terus menjalankan terapi, Vina tetap saja tidak bisa meninggalkan kebiasaan merokok. Juga, kesukaannya meminum minuman bersoda. "Aku juga masih sering makan cokelat. Nggak pernah diet. Santai saja. Tapi, setelah terapi ini, berat badan aku sudah susut sepuluh kilogram," lanjutnya. (rie/tia)
Utamakan Lingerie ketimbang Baju Luar
Kerja boleh giat, tapi dalam urusan belanja, Vina termasuk tidak sayang uang. Dia malah menyebut dirinya sebagai "Miss Jinjing." Kalau ke mal, ketika pulang, dia pasti bawa jinjingan. "Entah itu buat anak, suami, atau adik. Pokoknya selalu ada saja," kata Vina tersenyum.
Bukan barang murah, Vina begitu memperhitungkan merek alias brand oriented. Terutama sepatu. "Uang nggak bisa bohong. Kalau harga tinggi, kualitasnya pasti juga tinggi. Beli yang mahal bisa dipakai tiga tahun. Kalau ambil yang biasa, mungkin bisa beli lima, tapi paling dipakai seminggu sudah rusak," jelas Vina.
Tentu bukan hanya sepatu. Vina mengatakan, jika membeli satu sepatu, otomatis dirinya juga akan mencari tas dengan warna atau corak serupa. "Biar lebih matching," ucapnya lantas menyebut Dior dan Channel sebagai salah satu merek yang paling dia favoritkan.
Lantas, bagaimana dengan pakaian? Ternyata, Vina punya selera yang cukup unik menyangkut hal tersebut. Sebab, dia lebih mengutamakan baju dalam atau lingerie daripada baju luar. Dia tidak masalah mengenakan baju tak bermerek. Tapi, tidak untuk pakaian dalam.
"Kalau untuk main (bukan untuk show), aku pakai baju biasa saja. Aku lebih utamakan lingerie. Buat aku, baju dalam harus cantik nyaman. Baju luar yang penting matching dan kelihatan pantas. Nggak harus bermerek," tuturnya.
Selain mengoleksi sepatu, Vina gemar mengumpulkan berbagai jenis miniatur. Mulai yang berbentuk hewan hingga manusia. Vina pun begitu antusias memamerkan beberapa koleksinya yang tersimpan rapi di sebuah lemari kaca.
Salah satu benda yang paling dia favoritkan adalah patung semut dan nyamuk (dengan ukuran asli) yang terbuat dari kaca. Sebagian besar barang itu, kata Vina, dia dapatkan dari luar negeri. "Kecil-kecil ya. Tapi, harganya sebiji bisa ratusan dolar," jelasnya.
Vina akan bermurah hati jika ada keponakan atau saudaranya yang meminta salah satu sepatu mahal yang sudah tidak terpakai. Tapi, tidak untuk koleksi miniatur tersebut. "Kalau sampai ada satu saja yang hilang, aku bisa nangis. Nyarinya susah. Jauh juga belinya," kata dia. (rie/tia)

Tidak ada komentar:
Posting Komentar