01 Mei 2008

Sinyal Sulitnya Keadaan Kini Telah Dinyatakan. Disiarkan Melalui TVOne.


AIC / Kompas Images
Susilo Bambang Yudhoyono
kompas, Jumat, 2 Mei 2008 -- Jika 2009 bukan tahun pemilihan umum, situasinya pasti tidak serumit saat ini. Janji harga BBM tidak akan dinaikkan, setelah kenaikan pada Oktober 2005, juga kerap disampaikan. Terakhir, janji itu disampaikan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di depan ribuan warga di Kertamaya, Bogor, Jawa Barat, pada 5 Maret 2008.

Alasan politik membuat tekanan ekonomi karena naiknya harga minyak mentah dunia dan naiknya harga pangan kian rumit dicarikan pemecahannya. Pengusaha yang tergabung dalam Kamar Dagang dan Industri (Kadin) angkat tangan melihat terus membengkaknya subsidi dalam APBN. Jika harga minyak mentah dunia menembus 120 dollar AS per barrel, subsidi BBM dan listrik dalam APBN mencapai Rp 260 triliun per tahun.

"Secara ekonomi, mau tidak mau, keputusan menaikkan harga BBM kami dukung meski berat. Pengusaha biasanya realistis dalam melihat dan bersikap. Namun, kenaikan harga BBM adalah keputusan politik," ujar Ketua Umum Kadin MS Hidayat.

Usul Kadin ditanggapi dengan hati-hati oleh Presiden. Kenaikan harga BBM akan menjadi pilihan terakhir. Presiden ingat bagaimana kenaikan harga BBM tahun 2005 memukul rakyat dan membuat jumlah rakyat miskin meningkat.

Rakyat menjadi pertimbangan utama keputusannya. Presiden pernah menceritakan, ia kesulitan tidur beberapa minggu karena memutuskan menaikkan harga BBM pada Oktober 2005.

Sehari sebelum mengambil keputusan, Presiden mengemukakan, menaikkan harga BBM adalah pilihan tidak mudah dan pahit. "Menaikkan harga BBM adalah keputusan yang tidak populer bagi seorang pengambil keputusan seperti saya," ujar Presiden dalam sambutan peresmian pabrik ketiga Astra Honda Motor di Cikarang, Jawa Barat, 30 September 2005.

Namun, keputusan akhirnya diambil. Presiden merasa terpanggil untuk menyelamatkan ekonomi nasional dan masa depan bangsa. Keinginannya menaikkan harga BBM bertahap dilupakan. Kenaikan harga BBM dilakukan "sekali pukul" dengan rata-rata mencapai 108 persen.

Kini, faktor eksternal yang menekan perekonomian nasional tak bisa dielakkan. Asumsi harga minyak mentah dunia dalam APBN-P 2008 hanya 95 dollar AS per barrel. Presiden OPEC Chakib Kelil memperingatkan, kemungkinan harganya menembus 200 dollar AS per barrel sebelum akhir 2008.

Sinyal disampaikan

Terhadap kesulitan yang dihadapi dan menekan, Presiden muncul memberi sinyal melalui stasiun TVOne yang diminta merekam dan menyiarkan pidatonya, Rabu (30/4). Di awal pidatonya, Presiden menyampaikan sejumlah prestasi pemerintah menjaga makroekonomi, menjaga pertumbuhan, dan mengakhiri semua konflik di berbagai daerah.

Di akhir pidato, Presiden memaparkan persoalan dan tantangan yang muncul karena faktor eksternal berupa krisis energi dan pangan. Sebagai yang mengemban amanah, Presiden menyebut persoalan dan tantangan baru yang dihadapi tidak ringan dan cukup berat. Presiden meminta pengertian dan dukungan seluruh masyarakat untuk bisa mengatasinya.

Presiden berpidato mengenakan batik berwarna ungu disaksikan para pembantunya, antara lain Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati yang mengenakan batik berwarna hitam. Seusai rekaman pidato itu, Sri Mulyani berujar, "Walaupun tidak bisa dihindarkan (kenaikan harga BBM), kami berupaya bagaimana dampaknya bisa ditekan secara sosial, ekonomi, dan politik," ujarnya. Sinyal sulitnya keadaan telah dinyatakan. (INU)

Tidak ada komentar: