27 Mei 2008

Juwono Kritik Iklan Politisi Serang SBY

[Jawa Pos Rabu, 28 Mei 2008 ] JAKARTA - Hiruk-pikuk penolakan kenaikan harga bbm membuat merah telinga Menteri Pertahanan Juwono Sudarsono. Menteri kalem itu kemarin bersuara keras. Juwono yang juga menjadi menteri di era Soeharto, Habibie, dan Gus Dur itu tidak rela kebijakan SBY diolok-olok.

"Saya imbau kepada pengamat politik atau pakar-pakar, jangan hanya terkesan membela rakyat, tapi palsu tidak mementingkan dan melihat fakta yang sebenarnya," ujar Juwono dalam jumpa pers khusus soal kenaikan harga BBM di gedung Dephan, Jakarta, kemarin (27/5).

Reaksi Juwono itu cukup aneh karena departemennya tidak terlibat langsung dalam perumusan kenaikan harga BBM. Sebelum memulai jumpa pers, Menhan mengaku berbicara atas nama pribadi dan bukan atas nama departemen yang dipimpinnya.

Juwono mengaku prihatin dengan opini yang berkembang di media massa. Seakan-akan presiden dianggap tidak mendengarkan suara dan masukan dari para ahli. "Saya sudah bertugas di bawah lima presiden, dan Susilo Bambang Yudhoyono merupakan satu-satunya presiden yang betul-betul teliti dan cermat menerima semua usul. Ini orang baik yang perlu saya bela, karena beliau adalah orang terbaik untuk krisis semacam ini," kata mantan Menteri Pendidikan Nasional di era Habibie itu.

Menurut dia, SBY adalah satu-satunya orang yang berani bertindak untuk mengambil keputusan politik menaikkan harga bbm. "Saya yakin lawan-lawan politiknya betul-betul dalam hati segan dan hormat karena keputusannya," ujarnya lantas tersenyum.

Juwono juga meminta masyarakat kritis terhadap iklan yang dipasang politisi di berbagai media. "Saya ingin bertanya, sebenarnya iklan-iklan itu menyenangkan atau justru menyebalkan," ujar menteri kelahiran Ciamis, Jawa Barat, itu. Menhan menolak menyebut iklan siapa yang dimaksud. "Saya ingin dikaji ulang saja, dicermati benar-benar," katanya.

Menhan menegaskan, keputusan menaikkan harga BBM telah dikaji secara cermat pada sidang kabinet, paripurna, maupun sidang kabinet terbatas dengan mempertimbangkan faktor-faktor polhukam, perekonomian, dan kesra.

Risiko jika APBN sampai jebol akan jauh lebih parah terhadap rakyat miskin daripada yang sekarang ditempuh. "Kita telah membuat kalkulasi, mulai kiri ke kanan, berdebat dan hingga bingung muka kita," ujarnya

Menteri lingkungan hidup di era Soeharto itu yakin keputusan berani tersebut justru menaikkan rasa hormat dan segan pada wibawa Presiden SBY. "Menurunnya popularitas hanya sementara," katanya.

Juwono mengatakan, tiga tahun terakhir ini pemerintah telah menaikkan harga BBM tiga kali, yaitu pada Mei dan Oktober 2005 serta Mei 2008. "Kalau dilihat perkembangan sejarah harga minyak dunia, pada 2005 sebesar 50 dolar per barel dan Oktober 2005 sebesar 70 dolar per barel. Kemudian pada 2008 naik di atas 100 dolar per barel. Jadi, mengambil langkah ini butuh keberanian tinggi," tegasnya.

Dari sisi kebutuhan operasional departemen, Juwono mengaku bisa survive. "Tidak ada masalah buat kita. Kita sudah mendapat anggaran 36 persen di bawah dari anggaran minimum," katanya.

Departemen Pertahanan dan departemen lain telah mengalami pemotongan anggaran. Menurut Juwono, itu bentuk pengorbanan institusi di bawah jajaran Menko Polhukam yang hanya mendapat 20 persen dari total APBN 2008 yang berjumlah Rp 854,6 triliun. Lalu, 80 persen dari APBN tersebut untuk perekonomian dan Kesra atau lebih dari Rp 600 triliun. "Jadi, apa lagi yang perlu dipersoalkan dan kita telah mengorbankan pembelanjaan kapal selam atau pesawat tempur," kata Juwono.

Kritik keras Juwono itu ditanggapi santai oleh mantan Panglima TNI Wiranto. Ketua umum Partai Hanura itu memang memasang iklan di berbagai media yang redaksionalnya menohok istana. Sampai-sampai Mensesneg Hatta Radjasa dan Jubir Kepresidenan Andi Malarangeng menanggapi iklan Wiranto yang mengingatkan janji SBY agar tidak menaikkan harga BBM.

Kepada wartawan yang memintai komentar di kantor Partai Hanura, Wiranto mengaku memilih cooling down. "Sudahlah cukup dulu. Nanti jadi meluas dan yang kena imbasnya justru rakyat. Kasihan rakyat," katanya lalu tersenyum.

Iklan politik Anda dikritik? "Lho iklan kan wajar. Tidak perlu dipersoalkan. Tanpa media, bagaimana kita bisa menjangkau rakyat," ujar Wiranto lantas berlalu menuju mobilnya. (rdl)

Tidak ada komentar: