Dalam dua kali pernyataan yang disiarkan jaringan berita Australia, ABC News, Horta mengumbar tudingan adanya elemen eksternal dari Indonesia yang membantu Alfredo Reinado.
Dalam pernyataan pertama yang disampaikan beberapa jam usai kembali setelah dua bulan dirawat di Darwin, Australia, Kamis (17/4), Horta masih tidak menjelaskan secara rinci siapa saja elemen Indonesia itu. "Ada sejumlah orang yang mengeluarkan dokumen perjalanan palsu untuk Reinado ke Jakarta," ujar Horta saat itu.
Namun, dia juga menekankan bahwa dugaan tidak mencakup pemerintah Indonesia maupun militer Indonesia secara kelembagaan. "Dengan penduduk 250 juta orang, sulit bagi Indonesia untuk mengontrol setiap orang yang punya niat melanggar peraturan pemerintahnya," ungkap peraih Nobel Perdamaian tersebut.
Pada hari kedua setelah kepulangannya ke Dili, Horta kembali menyalak. Kali ini, tudingannya lebih spesifik. Mengutip situs ABC News edisi kemarin (18/4), mantan presiden dan Menlu itu menyebut nama wartawati senior Desi Anwar sebagai pihak yang aktif berhubungan dengan Reinado.
"Kami memiliki bukti kuat bahwa wartawati senior itu dibantu pihak berwenang di Timor Barat (Nusa Tenggara Timur, Red) membuat dokumen-dokumen palsu bagi kepentingan perjalanan Reinado ke Indonesia," kata Horta.
Dia menyatakan, kegiatan Desi tersebut tidak hanya telah melanggar kode etik jurnalistik, tapi juga melanggar hukum Timor Leste. "Apa yang dilakukan Desi Anwar telah turut memberikan andil pada percobaan pembunuhan 11 Februari lalu. Saya tidak akan tinggal diam sampai kebenaran keterlibatan mereka bersama Reinado dibuka," tegasnya.
Lontaran lidah tajam Horta dari seberang itu mengundang respons petinggi pemerintah. Tak kurang Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengaku terkejut ketika mendengar pernyataan Ramos Horta kepada media massa yang seolah-oleh menuding keterlibatan Indonesia. "Saya sangat berharap kepada leadership di Timor Leste untuk tidak mengeluarkan statement yang bisa mengakibatkan salah interpretasi, seolah-olah ada keterlibatan pihak Indonesia di dalam peristiwa itu. Statement ini akan mengganggu hubungan bilateral yang sekarang ini dalam keadaan yang baik," kata SBY dalam konferensi di Kantor Presiden kemarin (18/4).
Presiden mengungkapkan, dirinya telah melakukan percakapan dengan Horta saat di Darwin melalui telepon pada 10 April. Saat itu dibahas hasil investigasi yang sedang berlangsung untuk mengusut kasus penembakan yang terjadi. Horta kepada SBY menyebutkan, ada sejumlah informasi yang mengungkap adanya percakapan telepon antara pemimpin pemberontak Alfredo Reinaldo dengan pihak-pihak di Indonesia.
Saat berbicara dengan SBY, Horta meminta bantuan untuk menindaklanjuti informasi investigasi tersebut. "Karena itu, saya segera instruksikan kepada Kapolri Jenderal Sutanto untuk dengan cepat melakukan langkah-langkah yang diperlukan untuk bekerja sama dengan pihak Timor Leste," kata SBY yang menyayangkan pembicaraan mengenai hasil investigasi itu seharusnya tidak diungkap ke publik.
Dalam kesempatan yang sama, Presiden SBY mengumumkan keberhasilan Polri menangkap dan menahan tiga warga negara Timor Leste yang terlibat di dalam kasus penembakan Ramos Horta. Mereka adalah Egidio Lay Carbalho, Jose Gomes, dan Ismail Sansao Moniz Soares. "Ketiga-tiganya adalah oknum tentara Timor Leste, bukan warga negara Indonesia," kata SBY dalam konferensi di Kantor Presiden kemarin. Karena penangkapan itu, SBY mengucapkan terima kasih kepada jajaran Polri.
Penangkapan pemberontak yang bukan WNI itu, menurut SBY, mengklarifikasi pernyataan Horta yang menyebut ada keterlibatan pihak-pihak di Indonesia dan Australia dalam penembakan dirinya.
Hal senada juga Wakil Presiden Jusuf Kalla langsung meminta agar Departemen Luar Negeri mengklarifikasi tudingan tersebut. Dia menyatakan, pemerintah Indonesia tidak mengetahui persis maksud pernyataan Horta yang disiarkan sebuah media internasional itu.
"Saya tidak paham apa maksudnya karena itu kan hanya pernyataan sepintas lalu. Saya justru ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi," ujar Kalla dalam keterangan pers rutin di Kantor Wakil Presiden, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta, kemarin (18/4).
Menteri Luar Negeri Hassan Wirajuda yang sedang berada di New York menyatakan akan meminta agar Presiden Timor Leste Jose Ramos Horta memberikan bahan bukti yang bisa menguatkan dugaan yang dilontarkan tersebut. "Jika Timor Leste bisa memberikan bahan-bahan yang dimaksud, Indonesia siap menindaklanjuti dugaan itu. Kami ingin dugaan itu juga didukung substansi," jelasnya.
Jika informasi dan bukti bisa diberikan, dia menjamin, bukan hanya Deplu, berbagai institusi lain, termasuk pihak Imigrasi, akan melacak. "Sebenarnya bagi Indonesia tidak sulit untuk mencoba menyelidiki kebenaran dugaan tersebut. Kalau ada informasi, misalnya pembicaraan telepon, hubungan (aliran, Red) keuangan, berikan kepada kami. Gampang kok melacaknya," ujarnya.
Mengenai potensi memburuknya hubungan diplomatik kedua negara, Wirajuda mengisyaratkan keinginan Jakarta bahwa Timor Leste tetap menjalankan komunikasi yang baik dengan Indonesia.
Sementara itu, wartawati Metro TV Desi Anwar saat dihubungi tadi malam justru merasa geli atas tuduhan Presiden Timor Leste Ramos Horta yang menyatakan dirinya membantu Alfredo Reinado berkunjung ke Indonesia untuk wawancara pada 23 Mei 2007. "Sangat lucu dan tidak masuk akal. Sama sekali tidak benar," tegasnya lalu tertawa.
Dengan berkelakar, wartawati senior itu berharap tudingan Horta tersebut bukan bagian dari April Mop. Desi mengaku prihatin karena Horta mendapat masukan yang tidak berdasar serta tidak profesional. "Saya justru kasihan. Kalau Horta mendapat masukan dari intelejen Timor Leste, kesannya kok tidak intelejen banget. Saya ini kok jago banget melakukan semua yang dituduhkan itu, seolah-olah saya menggalang sebuah konspirasi besar," katanya.
Karena Horta tidak menunjukkan bukti-bukti yang mendukung tuduhannya, Desi menganggap Horta menderita trauma pascapenembakan. "Saya tidak tahu apakah dia masih trauma, belum lurus pikirannya, menjadi paranoid, sehingga semua orang dituduh-tuduh sebagai musuh," tukasnya.
Selanjutnya, saudara pengamat ekonomi internasional Dewi Fortuna Anwar itu mendoakan agar Horta betul-betul sehat kembali. "Saya berdoa untuk kesembuhan Horta," katanya.
Hubungan Desi Anwar dengan Mayor Alfredo Reinado, terkait dengan Program Kick Andy di Metro TV. Pada Kamis (24/5/2007) malam, acara talkshow itu menghadirkan Mayor Alfredo sebagai tamu pada tayangan berdurasi satu jam. Padahal saat itu Mayor Alfredo buronan paling dicari Pemerintah Timor Leste. Sehari setelah penayangan, Ramos Horta langsung meminta klarifikasi dari Duta Besar Indonesia untuk Timor Leste Ahmad Dei Sofyan. (noe/tom/naz/kim)
jawa pos 19 april 2008
Tidak ada komentar:
Posting Komentar