![]() |
KOMPAS/PRIYOMBODO / Kompas Images Penampilan kelompok musik Slank di depan Kantor Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Jakarta, Senin (24/3). |
Mau tau gak mafia di Senayan?
Kerjanya tukang buat peraturan
Bikin UUD, ujung-ujungnya duit
Itulah sepenggal lirik lagu populer yang membuat sebagian anggota Dewan Perwakilan Rakyat mencak-mencak pekan lalu.
Bahkan, Badan Kehormatan DPR sempat mau memperkarakan Slank sebagai pencipta dan pembawa lagu itu meski mencabut niatnya.
Lagu berjudul Gosip Jalanan itu salah satunya yang dibawakan Slank saat berkunjung ke Kantor Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Maret lalu, sebagai bentuk dukungan terhadap langkah pemberantasan korupsi. "Kami membuat satu kompilasi khusus lagu-lagu Slank dari 1990-2007 yang isinya tentang korupsi, sebagai hadiah buat KPK," ujar penabuh drum Slank, Bimbim, di Gang Potlot, Jakarta Selatan, hari Kamis (10/4).
Tak ada satu pun kata "DPR" atau kata lain yang secara eksplisit menunjuk lembaga tersebut atau anggotanya dalam keseluruhan lagu itu. Jika ada sebagian anggota DPR—yang kantornya memang di daerah Senayan—merasa mereka yang dimaksud sebagai "mafia di Senayan", dalam beberapa hal jangan-jangan mereka sedang "membongkar borok sendiri". Dan masyarakat pun seperti mendapat bukti konkret saat beberapa hari setelah ribut-ribut soal lagu itu, salah satu anggota DPR benar-benar diringkus KPK karena dugaan korupsi.
Tak cuma "mafia di Senayan" yang disebut dalam lagu. Bait- bait sebelumnya, Slank menyinggung tentang mafia narkoba, mafia peradilan, mafia pemilu, "mafia selangkangan".
Lagu itu pun bukan lagu baru. Gosip Jalanan adalah salah satu lagu dalam album "PLUR" (singkatan dari peace, love, unity, respect) yang dirilis Slank tahun 2004. "Kami membuat lagu itu karena merasa sudah muak dengan sistem yang berlaku. Seharusnya pihak-pihak yang dimaksud dalam lagu itu berterima kasih karena sudah kami ingatkan," imbuh Bimbim yang mendirikan Slank bersama vokalisnya, Kaka, 1990 lalu.
Saluran isi hati
Ribut-ribut tentang lagu Gosip Jalanan ini mengingatkan bagaimana musik atau segala bentuk seni merupakan medium paling efektif untuk menyuarakan aspirasi dan isi hati rakyat kepada penguasa.
Menurut Acil Bimbo, lagu Slank perlu dipahami sebagai respons wajar dari seniman tentang kondisi di sekelilingnya. Dari masa ke masa, penggubah lagu di negeri ini melakukan hal serupa Slank. Acil menyebutnya "tonggak gambaran zaman".
Dalam bukunya, Dance of Life: Popular Music and Politics in Southeast Asia, Craig A Lockard mencatat, penggunaan lagu-lagu populer sebagai media mengkritik penguasa sudah dilakukan di Indonesia sejak era kolonial. Pada era pendudukan Jepang hingga revolusi fisik akhir 1940-an, lagu-lagu keroncong, yang populer melalui siaran radio era itu, digunakan sebagai senjata untuk melawan penjajah berkuasa.
Lockard juga menyebut, kebangkitan kembali pop Indonesia pada dekade 1970-an juga dimanfaatkan musisi untuk menyentil perilaku penguasa dan keluarganya. Salah satu lagu yang kemudian dilarang beredar adalah Tante Sun yang dibawakan Bimbo. "Bimbo dianggap menyairkan kesenyapan suara nurani. Ibu-ibu pejabat tiba-tiba pandai berbisnis dan rakyat hanya bisa menonton, tentunya sambil menggerutu dan tak berani bersuara," kenang Acil tentang lagu yang ditulis Sam Bimbo dan populer pada 1977 itu.
Lebih telanjang
Rhoma Irama dan Iwan Fals juga disebut Lockard sebagai dua musisi yang secara menonjol menyampaikan kritik kepada pemerintah di masa puncak kekuasaan Orde Baru. Tentu, latar belakang kondisi sosial politik yang berbeda di setiap zaman membuahkan hasil lain pula.
Pada era represif, misalnya, seniman dituntut kreatif dan pandai-pandai menulis lirik untuk menyentil perilaku penguasa. Musisi Franky Sahilatua masih ingat 15 tahun lalu, sebagian besar musisi, termasuk dirinya, masih menggunakan kata-kata kiasan untuk mengkritik pemerintah. Di era reformasi dan keterbukaan saat ini, lirik lagu-lagu kritis dibuat lebih telanjang. "Itu karena telinga mereka (para pejabat) sudah terlalu tebal," ujar Franky, yang menulis lagu Aku Mau Presiden Baru, 2007 lalu.
Acil menambahkan, semua pihak tak perlu reaktif terhadap lagu mana pun, termasuk Gosip Jalanan. Menurut dia, manusiawi jika sebagian anggota DPR tersinggung dengan isi lagu itu. Namun, ketersinggungan mereka harus dengan kesadaran bahwa kondisi rakyat kecil sudah lebih parah dari tersinggung, seperti harus antre minyak atau bunuh diri. Slank hanya memperlihatkan salah satu sisinya.
Katup pengaman
Slank sendiri sejak awal berdirinya selalu konsisten menyuarakan kepedulian dan keprihatinan terhadap kondisi di sekitarnya. "Empat hal yang akan selalu ada dalam album Slank, yakni tentang generasi muda, cinta, lingkungan hidup, dan kontrol sosial," ungkap Bimbim.
Mengutip sosiolog Jerome Rodnitzky, Lockard menyebut arti penting lagu-lagu kritis seperti ini adalah memberikan teladan suara hati nurani dan prinsip hidup di tengah masyarakat yang makin krisis keteladanan itu. Musik dan seni pun menjadi semacam "katup pengaman" untuk menyalurkan tekanan hidup yang telah sedemikian mengimpit rakyat.
Menurut Franky, lagu bersifat cair dan bisa diserap pesannya oleh banyak orang dengan cepat.
Itulah sebabnya penyanyi lagu-lagu kritis, mulai dari Rhoma Irama, Iwan Fals, hingga Slank, dengan mudah mengumpulkan massa penggemar. Mereka lalu menjadi lebih dari sekadar fans klub yang tergila-gila pada musik atau sosok musisinya, tetapi menemukan ideologi yang dipercaya akan bisa membuat hidup mereka lebih baik—sebuah "tugas" yang seharusnya dijalankan partai politik.
Jika katup pengaman ini diganggu atau dipaksa ditutup, tidak terbayang tekanan yang menumpuk itu akan disalurkan ke mana. (FRANS SARTONO/ BUDI SUWARNA) , Kompas,Minggu, 13 April 2008 | 01:20 WIB DAHONO FITRIANTO
Tidak ada komentar:
Posting Komentar