24 Januari 2010

Politisi, Bintang Televisi Saat Ini


Kompas/Totok Wijayanto
Deretan kamera televisi yang merekam sidang Pansus DPR tentang Hak Angket Bank Century di Gedung DPR, Jakarta, Rabu (20/1). Peristiwa politik di DPR kini menjadi tontonan industri televisi yang digemari pemirsa dan politisi menjadi bintangnya.


24 Januari 2010 | Budi Suwarna

Panggung politik kian bergeser ke televisi. Sidang-sidang Pansus di DPR pun jadi tontonan layaknya reality show dengan politisi sebagai bintangnya. Inilah era di mana politik jadi bagian industri hiburan.

Sejak kasus Bank Century bergulir, wajah politisi DPR kian sering masuk televisi. Maklum, sidang Panitia Khusus (Pansus) DPR tentang Hak Angket Bank Century ditayangkan secara langsung siang dan malam. Para anggota Pansus pun kian "sadar kamera".

Chandra Tirta Wijaya, anggota Fraksi Partai Amanat Nasional, bercerita, dulu, fraksinya sering mendapat posisi duduk paling depan dalam sidang Pansus. "Kami jadi sering tersorot kamera. Sekarang, posisi duduk diputar setiap hari agar semua anggota dapat kesempatan sama tersorot kamera. Ini kesepakatan tidak tertulis dengan asas pemerataan," kata Chandra yang pernah menjadi anggota Pansus, Selasa (19/1), sambil tertawa.

Soal tempat duduk, menurut Bambang Soesatyo, anggota Pansus dari Fraksi Partai Golkar, sebenarnya sudah diatur Sekretariat DPR. "Di mana pun posisinya tidak masalah karena sekarang banyak kamera," katanya.

Seperti panggung hiburan, sidang Pansus berlangsung di bawah sorotan kamera televisi. Pada sidang hari Rabu (20/1), misalnya, ada 27 kamera televisi di ruang sidang. Dua di lantai sidang dan 25 kamera di balkon. Dengan kamera sebanyak itu, hampir mustahil ada adegan yang luput dari sorotan.

Kondisi ini membuat anggota Pansus sadar bahwa semua gerak-gerik mereka diamati jutaan orang. "Tidak ada lagi yang bisa kongkalikong. Mana politisi yang serius membongkar kasus ini, mana yang ingin menutup-nutupi, bisa dilihat langsung oleh rakyat," kata Bambang.

Di sisi lain, siaran langsung juga membuat politisi DPR sadar bahwa televisi adalah panggung politik dan mereka adalah bintangnya. Televisi bisa menaikkan sekaligus merontokkan citra mereka dalam sekejap.

Kesadaran inilah yang membuat Andi Rahmat, anggota Pansus dari Fraksi Partai Keadilan Sejahtera, belajar memoles penampilannya di depan publik. "Saya memerhatikan mimik, bahasa tubuh, dan pilihan kata ketika berbicara," kata Andi, politisi berusia 35 tahun yang ingin dicitrakan sebagai politisi muda yang segar, idealis, dan penuh energi.

Cara berpakaian pun dia perhatikan. "Saya tampil seperti anak muda lainnya yang mengusung konsep be yourself. Cara berpakaian saya mungkin berbeda dengan kebanyakan politisi PKS," ujar Andi yang berpotongan rambut dan berpakaian rapi tiap hadir di sidang Pansus.

Menjaga penampilan, katanya, adalah bagian dari upaya menghibur publik. Kebutuhan itu, lanjutnya, memang ada ketika politik kian erat bersahabat dengan pencitraan dan menjadi bagian dari industri hiburan.

"Politisi sekarang harus tampil seperti selebriti. Bedanya, selebriti (tampil) sekadar untuk menghibur, kami tetap harus menjaga konten (pembicaraan) dan kewibawaan," katanya.

Layak tonton

Peristiwa politik di DPR semakin memenuhi syarat sebagai tontonan menghibur. Betapa tidak, sidang Pansus, misalnya, menyuguhkan kisah skandal politik dan keuangan yang rumit, lebih ruwet daripada sinetron. Penonton pun bisa melihat drama, konflik, perseteruan, bahkan adegan saling memaki dari ruang sidang. Semua itu nyata, bukan seperti program reality show yang sebagian rekaan.

"Tinggal digelontorkan saja (sidang Pansus) sudah layak tonton, apalagi jika ada perdebatan panas antara anggota Pansus dan saksi atau adu mulut antaranggota Pansus. Kami tinggal memainkan variasi dan angle gambar," ujar Totok Suryanto, General Manager News TV One, Kamis (21/1).

Penonton televisi ternyata juga suka dengan "reality show" Pansus. Siaran langsung sidang Pansus di TV One, kata Totok, mampu meraih rating tiga dan audience share dua digit ketika menghadirkan Menteri Keuangan Sri Mulyani, Wakil Presiden Boediono, dan Mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla.

Biasanya, program televisi yang mampu meraih rating tiga ke atas dan share dua digit adalah program hiburan.

Wakil Pemimpin Redaksi Metro TV Makroen Sanjaya mengatakan, siaran langsung sidang seperti itu ditunggu pemirsa. "Jadi referensi penonton dan kami senang," ujarnya.

Itulah sebabnya, kedua televisi berita ini berani menyiarkan sidang Pansus secara langsung hingga berjam-jam. "Pokoknya jangan ada peristiwa di sidang Pansus yang luput," kata Totok.

Untuk itu, TV One dan Metro TV memasang dua-tiga kamera di ruang sidang dan satu satellite news gathering (SNG) di halaman Gedung DPR. Siaran langsung itu mereka lengkapi dengan program talk show. Bintang tamunya, ya, kebanyakan politisi DPR itu juga. "Tidak sulit untuk mengundang politisi DPR. Sebagian besar sangat antusias muncul di acara talk show kami," ujar Totok.

Begitulah dunia politik kita, yang menurut pengamat komunikasi politik, Idi Subandy, sudah seperti panggung drama hiburan. "Enak ditonton karena banyak sensasi dan dramatisasinya. Bagian akhirnya bagaimana, hanya mereka (politisi) yang tahu," ujarnya.- http://cetak.kompas.com/read/xml/2010/01/24/03395677/politisi.bintang.televisi.saat.ini

Tidak ada komentar: