21 April 2009

Mengkritisi Jail TransTV

Walau tujuannya melucu, banyak kejahilan di acara ini yang berpotensi membahayakan keselamatan orang.

Seorang calon penumpang taksi tiba-tiba menjerit histeris tatkala sang sopir dengan wajah bak monster menoleh ke belakang. Dengan terus berteriak histeris, ia pun lari terbirit-birit meninggalkan taksi itu.

Kejadian menyeramkan itu hanyalah bentuk keusilan untuk menakut-nakuti calon penumpang taksi. Lalu wajah monster itu? Ya, itu cuma riasan (make up) saja. Wajah sang sopir dirias ala monster kuburan. Karena yang dirias hanya separuh wajah bagian kanan, maka si calon penumpang tidak curiga karena ia masuk dari pintu belakang sebelah kiri.

Dengan kamera tersembunyi, keusilan itu direkam dan menjadi tontonan pada salah satu episode program Jail yang hadir di Trans TV setiap Jumat pukul 19.00 WIB. Sayangnya, acara yang tayang sejak 1 Februari 2008 ini menuai protes dari sebagian masyarakat. Mereka menilai, keusilan yang diperagakan sudah keterlaluan.

Contohnya, dalam salah satu episode, digambarkan beberapa orang hendak memasuki lift. Saat pintu lift terbuka, di dalamnya ada seorang laki-laki berlagak seperti sedang buang air besar sambil membaca koran layaknya di dalam toilet. Bagaimana reaksi orang yang melihatnya? Ada yang menjerit histeris, ada yang menutup hidung sambil memandang jijik, ada pula yang lari tunggang langgang.

Adalah Imam B Prasojo, salah satu anggota masyarakat yang mengkritik acara ini. Pengamat sosial dari Universitas Indonesia ini mengaku beberapa kali menonton Jail. ''Kejahilan-kejahilan dalam acara ini ternyata banyak yang dapat membahayakan keselamatan publik walau tujuannya melucu,'' katanya.

Ia mencontohkan, ada warga yang dijahili dengan dicegat oleh dua orang yang membawa anjing hingga sangat ketakutan. Contoh lainnya, lanjut Imam, ada warga di halte bus yang ditakut-takuti benda seperti potongan tangan penuh darah hingga dia melompat pucat-pasi. Ada pula orang yang jatuh karena diam-diam kursinya diambil. Di bagian lain, seorang foto model ditakut-takuti setan berlama-lama hingga histeris.

Imam mengaku kasihan kepada para korban keusilan acara ini. ''Bahkan sampai terpikir bagaimana seandainya ada yang berpotensi sakit jantung. Saya juga membayangkan ada korban yang pulang ke rumahnya dengan terus dihantui pemandangan yang mengerikan dan jatuh stres. Namun saya berharap, tak sampai jatuh korban akibat ulah acara televisi yang tidak cerdas seperti ini,'' paparnya. 

Menurut Imam, Jail sepertinya ingin meniru acara humor produksi luar negeri, Just For Laught, yang hadir di Air Vision Garuda. ''Tapi acara Jail di Trans TV ini kurang kreatif, tidak cerdas, tidak lucu, dan cenderung berbahaya,'' tegas Imam seraya memohon agar media televisi tidak menyajikan tontonan yang kurang mendidik.

Protes juga datang dari Windy, warga Jakarta yang mengirimkan surat ke Komisi Penyiaran Indonesia (KPI). Dalam suratnya, Windy menilai, acara Jail sangat membahayakan orang yang dijahili. ''Acara yang tadinya mau humor kok malah menganiaya sih. Ini bukannya menghibur tapi membahayakan. Saya dan teman-teman sangat geregetan sama acara Jail,'' terang Windy. Karena itu, ia meminta agar acara ini ditinjau kembali.

Rating cukup bagus
Beragam kritik terhadap Jail ditanggapi positif pihak Trans TV. ''Kami menyambut baik kritikan-kritikan terhadap acara Jail. Kami akan mencoba review dan mencoba mengemasnya dengan lebih baik lagi,'' kata A Hadiansyah Lubis, head of marketing public relations Trans TV kepada Republika, Selasa (14/4).

Namun sampai saat ini, katanya, belum ada rencana untuk mengubah format acara. ''Mungkin kita akan pertimbangkan untuk mengubah format acara kalau ada imbauan secara resmi dari KPI,'' kata Hadiansyah, yang menilai Jail sebagai tontonan yang cukup menarik dan menghibur.

Bahkan, rating acara ini juga cukup bagus, dan masuk dalam kategori 15 besar dari seluruh acara televisi. Hadir di jam tayang utama (prime time), Jail mencatat rating 2,8-3,5 atau ditonton sekitar 1,4 juta-1,75 juta penonton. ''Jadi Jail banyak yang menggemari. Bagi yang tidak suka menonton Jail, jangan ditonton. Yang jelas Jail sebagai sebuah tontonan yang menghibur.''

Diungkapkan Hadiansyah, kru Jail telah mempertimbangkan secara seksama teknik-teknik menjahili orang. ''Prinsipnya, orang yang dijahili jangan sampai marah. Selain itu, sebelum rekaman ditayangkan, kami terlebih dahulu meminta izin kepada orang yang telah menjadi korban kejahilan.''

Dalam setiap episodenya, Jail hadir tanpa pembawa acara. Artinya, tim Jail langsung melakukan kejahilan di tempat-tempat umum lalu merekamnya dengan kamera tersembunyi. Beragam kejahilan diperagakan, dari hanya sekadar mengagetkan, membuat histeris, menangis, kesal, marah atau hanya cengar-cengir dan tertawa lantaran si korban akhirnya tahu bahwa dia tengah dijahili tim Jail.

''Jail merupakan acara humor yang spontan, tidak dibuat-buat. Semua tingkah laku dan ekspresi korban direkam dengan kamera kemudian diedit dengan menampilkan ekspresi spontan,'' demikian Hadiansyah. rusdy nurdiansyah
http://www.republika.co.id/koran/43/44478/Mengkritisi_I_Jail_I

Tidak ada komentar: