07 Maret 2009

Tayangan Wayang Kulit di Televisi Bermasalah

Saya setuju dengan pendapat Ki Manteb Sudharsono tentang filosofi wayang terlupakan yang diterbitkan Kompas, 6 Februari 2009. Saya anak dalang meski tidak terkenal, tapi sedih dan kecewa dengan tayangan wayang kulit di televisi. Pengambilan gambar wayang kulit seharusnya dari balik layar sehingga penonton melihat bayangan wayang, bukan wayang asli yang sedang dimainkan oleh dalang.

Karena dengan mengambil gambar dari arah dalang, inti gerakan dan "ruh" si wayang hilang. Tapi jika pengambilan gambar dari balik layar atau yang di-shooting adalah bayangannya, itu akan timbul keindahan dan ketahuan arti semua gerakan wayang yang dimainkan oleh dalang.

Semua gerakan wayang yang dipertontonkan dari balik layar jelasnya bayangannya mempunyai makna. Apakah sedang marah, gembira, atau sedih. Ini juga sebuah filosofi yang hilang dari tayangan wayang kulit di televisi. Jadi lebih tepat apa yang diucapkan oleh Dalang Manteb bahwa filosofi pewayangan kini tidak lagi dipedulikan.

Padahal, pengambilan gambar di arah dalang bisa kapan saja dan saat wayang tidak sedang dimainkan. Kepada para pengarah acara, khususnya tentang kebudayaan, perhatikan semua arti dan simbol yang ada supaya tidak salah menilai dan mengartikan. Wasono Dusun Singandaru RT 002 RW 008, Kawali, Ciamis, Jabar

http://cetak.kompas.com/read/xml/2009/03/08/07081321/redaksi.yth

Tidak ada komentar: