Apa iya sih kerjaan kalian cuma "browsing" hal porno saat main internet? Apa benar sih kalian sebegitu hebohnya menghabiskan waktu buat ngeliat hal-hal tabu yang enggak diajarkan di kelas?
Belakangan ini, remaja terutama, tengah jadi sorotan. Sebab, sebagian orangtua kabarnya prihatin meneropong masa depan kalian. Penyebabnya, mereka khawatir moral kalian jadi bobrok sebab suka ngeliat hal porno di internet.
"Hmmm pernah sih lihat kayak gituan, awalnya lihatnya pas nyasar ke alamat web yang enggak dikenal." "Ah, siapa bilang kami cuma ngakses situs gituan?" "Kalau gue sih udah muak ngeliat begituan, udah enggak zamannya." "Internet itu tempat belajar favorit, ngerjain pe-er bisa buka Wikipedia. Nyari musik juga di internet."
"Orang emang suka ngakses situs porno di warnet, komputer jadi rawan kena virus sama spyware, makanya saya lagi cari software untuk blokir situs porno di warnet. Setuju aja sih kalau situs porno itu diblokir."
Begitulah komentar orang menanggapi rencana pemblokiran situs porno. Amanat memblokir situs porno makin santer setelah Rancangan Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (RUU ITE) disahkan DPR.
Sebenarnya fokus RUU itu mengatur transaksi elektronik, tapi yang terdengar di masyarakat adalah rencana pemblokiran situs porno. Kedengarannya gampang ya memblokir situs porno.
Kalangan orangtua tak ada yang menolak kalau situs porno ditangkal atau dibasmi. Itu demi masa depan kalian agar cerah. Soalnya, banyak anak muda yang dikabarkan jadi addict karena fantasi seksual dunia maya. Tapi, tuduhan kalau sebagian besar anak muda hanya mengakses situs porno membuat mereka yang biasa nulis di blog dan situs lain merah kuping. Mereka enggak setuju generalisasi seperti itu.
"Kami bukan kumpulan anak muda yang kurang kerjaan sampai mesti ngeliat situs porno. Internet membantu kami tumbuh mengenal teknologi informasi lebih baik," tulis salah satu blogger.
Beda generasi
Tapi, tolong ngerti aja deh kalau para pembuat peraturan dan perancang RUU ITE adalah generasi yang enggak kenal internet sedemikan kentalnya seperti generasi kalian. Sebagian dari mereka di masa mudanya mungkin belum pernah lihat teknologi web yang begitu mengesankan seperti sekarang. Mereka enggak tahu bagaimana situs generasi Web 2.0 yang didominasi social networking begitu asyik dikunjungi untuk mencari teman. Blog, Friendster, Multiply, dan Facebook, enggak ada di masa remaja mereka.
Waktu itu generasi internet baru punya capain untuk e-mail, chatting via IRC. Itu pun sulit ngaksesnya sebab masa itu belum generasi internet 2G apalagi 3G. Pertumbuhan internet mulai sekitar 1995-an, antara lain ditandai hadirnya warnet di berbagai kota besar di Indonesia.
Dengan harga terjangkau, warnet bisa dibilang pelopor melek internet. Memang sih kudu diakui pada masa awal bangkitnya internet di Indonesia, sering dimanfaatkan untuk hal iseng seperti mengakses gambar porno. Kondisi itu terjadi karena euforia dibukanya keran kebebasan.
Apa betul sih anak muda sekarang suka gambar porno? Apa betul yang khawatir diblokirnya situs porno itu anak muda, bukan malah generasi tua? Kompas MuDA sempat bikin "survei" kecil-kecilan berbarengan dengan pembagian tiket nonton gratis, kerja sama dengan Blitz Megaplex.
Mereka yang ikut berkomentar punya basis di Friendster. Jadi, secara umum merekalah pengguna internet aktif yang sering berkomunikasi di internet.
Survei ini dilatarbelakangi pemblokiran sementara situs Youtube (sekarang udah dibuka lagi) karena memuat film Fitna (film yang dibuat politisi Belanda tuh).
"Saya setuju pemblokiran situs porno karena bisa merusak moral orang di seluruh dunia. Kita juga tahu, video porno udah banyak banget, tiap hari ada yang baru. Jadi, harus ada tindakan tegas dari pihak berwenang. Kalau situs kayak Youtube diblokir, yang diblokir video terkait yang dilarang saja. Sebab, tidak semua video di situ jelek, banyak yang memberi ilmu pengetahuan," kata Elwi.
"Aku sih setuju situs porno diblokir. Tapi harus situs yang benar-benar nyediain media porno aja, bukan cuma karena ada sedikit unsur pornonya, kayak Youtube dll," kata Priska.
"Gue sih sangat setuju situs porno diblokir karena sangat membodohkan dan meresahkan masyarakat. Terutama orangtua yang tak ingin anak mereka melihat hal yang belum sepantasnya dilihat. Situs Youtube? gue enggak setuju kalau diblokir karena Youtube bisa diakses untuk melihat video musik atau tayangan ulang suatu acara," kata Vinka.
Secara prinsip, tak ada anak muda pengguna internet aktif yang enggak setuju kalau situs porno diblokir. Mereka juga enggak pengin ada industri seks di dunia maya karena mengganggu kebebasan berinternet. Di saat pipa bandwidth internet di Indonesia mahal, mengakses situs porno hanya menghabiskan uang.
"Menurut gue, pemblokiran situs porno saja tidak efektif untuk mencegah generasi muda Indonesia enggak tercemar pornografi. Youtube itu salah satu situs untuk bertukar informasi. Kita tak usah memblokir media informasi, cukup kritis aja pada isinya," kata Hegar, murid kelas X.
Prioritas
Di saat dunia internet di Indonesia merambat bergairah, pertanyaan soal prioritas penanganan persoalan internet kini mengemuka. Lebih penting mana, ribut soal situs porno, tapi situs instansi publik yang mestinya informatif dan interaktif dibiarkan terbengkalai, enggak ada isinya? Ini bukannya bentuk ketidakpedulian instansi publik terhadap "zaman" dan pentingnya transparansi informasi ya? Rasanya enggak cuma generasi muda aja yang perlu bertanggungjawab terhadap apa yang dilakukan di dunia maya.
Ya udahlah. Mending kita tunjukin langsung kalau generasi muda itu bertanggung jawab dengan kelakuannya di dunia maya. Caranya? Jangan memfitnah orang di internet, jangan melakukan transaksi fiktif, jangan mengirim virus/spyware, jangan membobol kartu kredit, jangan mengusili situs orang lain, dan lindungi diri dari upaya jahat orang untuk memperdaya kalian di dunia maya.
Tetap tenang mengatasi pornografi dan jangan paranoid atau parno! Secara teknis, sulit secara total memblokir situs porno dengan software filter karena banyaknya situs di dunia ini. Walaupun dilakukan di tingkat proxy Internet Service Provider (ISP), situs porno bisa ditembus para pengakses internet jika memang berniat mencari gambar porno.
Google yang jadi teman untuk searching pun bisa menjadi mesin pencari gambar atau video yang andal di tangan orang yang mau mengakses hal porno. Jadi, teknologi akan bermanfaat jika berada di tangan yang tepat.
Memang sih, instalasi software filter seperti K9 Web Protection (bisa didownload di www.k9webprotection.com) wajib dimiliki tiap pengakses internet karena bisa mengurangi dampak pornografi walaupun belum 100 persen. Lebih penting, filter dulu pemikiran kalian soal pornografi. Instalasi software filter internet yang paling efektif itu bukan di komputer, tapi di otakkita. (AMIR SODIKIN) --KOMPAS, Jumat, 18 April 2008
Tidak ada komentar:
Posting Komentar