13 Maret 2008

TAYANGAN DEMI TAYANGAN NARKOBATAINMEN

Oleh Teguh Imawan

Ditangkapnya sejumlah artis dan selebriti tenar karena kasus narkoba telah membuat hiruk-pikuk infotainmen layar kaca. Awak media berita hiburan televisi seolah menemukan satu lagi aspek nilai tayang, yakni narkoba, selain pacaran, kawin, nikah, selingkuh, berebut anak, talak, dan cerai.
Karena narkoba, kehidupan pribadi dan keluarga artis diumbar ke publik. Ada infotainmen yang leluasa "menginterogasi" masa lalu artis yang kelam melalui kronologi. Potongan-potongan ucapan, gelagat, tindak-tanduk artis dikait-kaitkan dengan kasus narkoba yang menimpa.
Bila ada artis ditangkap aparat saat memakai narkoba, tayangan infotainmen niscaya menggiring ingatan penonton ke kasus yang dialami Zarima Mirafsur, Polo, Rivaldo, Gogon, Derry, Gary Iskak, Hengki Tornado, Alda Risma, Novi Ardana, Ari Lasso, Hedi Yunus, Fariz R.M., Roy Marten, Ahmad Albar, dan lain-lain.
Liputan artis bernarkoba cenderung membingkai petaka artis sebagai "penglaris". Duka keluarga diolah untuk memikat pemirsa. Awak infotainmen pun bersemangat memburu, mencegat, dan mengintai sanak keluarga. Bahkan, secara cerdik, mereka mengambil gambar artis dalam ruang tahanan demi mengejar citra eksklusif liputan.

Karakteristik
Bila mengamati isi tayangan berbagai judul acara infotainmen televisi, ada semacam keseragaman karakteristik. Pertama, pembawa acara/presenter/host cenderung "mengolok-olok" dan merendahkan narasumber yang diberitakan. Terlebih pada artis yang terjerat narkoba lebih dari sekali. Ungkapan, ibarat, dan analogi yang menggambarkan keledai saja tak terperosok di lubang yang sama dipilih sebagai perangkat "mengolok-olok".
Tak jarang, presenter membuka acara dan mengantarkan paket tayangan dengan ucapan memanas-panasi (provokatif-insinuatif) ataupun menghakimi dengan mengulang-ulang julukan.
Misalnya, dalam kasus penangkapan Ahmad Albar, narator infotainmen mengatakan, "Dunia ini panggung sandiwara, ceritanya penuh dengan prahara. … Rocker gaek berusia 61 tahun itu dicokok bersamaan dengan dilibasnya jaringan narkoba internasional yang melibatkan sindikat negeri jiran Malaysia."
Pada kesempatan lain, presenter memeragakan mimik wajah, lagak/gerakan tubuh, dan/atau intonasi yang tanpa disadari, presenter tampak "menikmati" penderitaan objek berita.
Kedua, narator (pembaca) berita menggunakan frasa atau kalimat yang menggiring opini penonton mengambil kesimpulan tertentu secara tidak adil. Ketika menayangkan kasus Roy Marten, frasa "Pemeran film Cintaku di Kampus Biru" dan "bintang film tenar tahun 80-an" kerap dimanfaatkan untuk mengontraskan dengan situasi terkini yang dialami Roy Marten dalam ruang tahanan dan ketidakmungkinan terjun ke dunia hiburan.
Cara lain adalah presenter mengutip sebagian keterangan narasumber yang mendukung kebenaran sudut pandang beritanya sehingga isi kutipan tak mencerminkan pendapat utuh yang bersangkutan.
Ketiga, ketika pihak aparat belum memberikan keterangan pers, tayangan "narkobatainmen" menurunkan berita dengan bersumber dari pihak yang tak jelas identitasnya. Sebagai penggantinya, dipilih kata/istilah/frasa seperti: "konon", "sas-sus", "kabar burung", "rumor", "kabar santer", "santer terdengar di media", "kabar beredar", "kabar angin", "entah siapa yang mengembuskan".
Keempat, kurang menghormati hak narasumber untuk tidak menjawab pertanyaan. Awak pekerja "narkobatainmen" melakukan doorstoping/pencegatan/menghadang artis yang enggan diwawancarai/menjawab.
Dalam banyak kasus, gambar hasil kamera bergerak tak tentu arah (camera moving) disiarkan untuk menggambarkan "keributan" suasana penangkapan artis. Bila gambar terbaru tidak diperoleh, tayangan memutar kembali cuplikan dokumentasi untuk mendukung jalan cerita yang dikembangkan.
Kelima, fokus liputan hanya membeberkan fakta yang kasat mata, seperti aparat menggelandang artis, situasi ruang aparat, rumah artis yang sepi, menanyai tetangga dan rekan kerja, serta nilai kerugian akibat putus kontrak sinetron, iklan, dan tur musik.
Keenam, untuk mendramatisasi tayangan, tak jarang dilakukan manipulasi suara/audio/musik/visual untuk mengesankan rasa sedih, gembira, marah, kecewa, menangis, dan sebagainya. Dengan memanfaatkan kecanggihan peralatan komputer penyuntingan dapat dibuat efek slowmotion-speedmotion (melambatkan/mempercepat gerak), frame (membingkai), blurr (memburamkan), maupun animasi sehingga tayangan merebut mata dan mengaduk-aduk emosi.
Ketujuh, "narkobatainmen" menjadikan lirik lagu ciptaan artis dan musisi yang ditangkap sebagai pengiring suara. Bila Ahmad Albar tertangkap, back sound tayangan adalah lagu Panggung Sandiwara. Saat memberitakan (almarhumah) Alda Risma, lagu Aku Tak Biasa disisipkan. Demikian pula lagu Barcelona dipakai sebagai ilustrasi suara tayangan musisi Fariz R.M. Kalau pemain sinetron, disisipkan adegan-adegan sinetron yang dibintanginya.

Tantangan
Begitulah, acara televisi berupaya memberitakan secara menghibur para artis pemakai narkoba. Logika rayuan sensasionalitas, berikut turunannya seperti dramatisasi, telah melahirkan siaran berkarakter "narkobatainmen".
Tantangan utama "narkobatainmen" adalah bagaimana memproduksi paket tayangan seputar artis tersangkut narkoba secara menghibur tanpa harus menutup masa depan artis dan melukai perasaan keluarganya.
Pada tataran ini, perlu ditawarkan model tayangan yang tidak hanya memuja visual dramatis sensasional detik-detik penangkapan artis, tapi juga perlu mengangkat derita batin artis. Kecuali itu, tayangan patut menyajikan bagaimana perjuangan keluarga kerabat artis menyembuhkan artis dari kecanduan narkoba.
Dari sisi penonton, selayaknya membuka cakrawala pikiran dengan melihat sebanyak mungkin acara narkoba di berbagai stasiun televisi. Hingga pada akhirnya, penonton dapat selektif, kritis, dan mencari tayangan narkoba yang lebih berkualitas. Misalnya, mengaitkan liputan dengan aspek perdagangan ilegal narkoba sebagai bisnis paling menguntungkan di Indonesia atau jalur distribusi gelap jaringan sindikat narkoba, serta fenomena sejenisnya.—

Jawa Pos, Rabu, 05 Desember 2007, halaman opini
http://www.jawapos.co.id/index.php?act=detail_c&id=315775

Tidak ada komentar: