
Terlepas dari ada atau tidak adanya pengaruh Naruto terhadap kematian Revino, kasus ini memperlihatkan kembali kepada publik luas betapa tayangan film kartun memiliki pengaruh buruk terhadap perilaku anak.
Catatan itu menjadi penting diangkat karena selama ini masyarakat cenderung memandang film kartun merupakan komsumsi aman untuk anak. Padahal, banyak film kartun yang isinya dominan nilai negatif dengan menekankan tokoh kartun menyelesaikan persoalan dengan cara-cara kekerasan. Sehingga pesan utama tayangan adalah: kekerasan wajib dibalas kekerasan!.
Efek Buruk
Kesimpulan berbagai riset intensif mengenai kekerasan tayangan televisi di Amerika Serikat (eksperimen laboratorium, eksperimen lapangan, longitudinal/efek jangka panjang, dan analisis meta/prosedur statistik) menandaskan, anak yang menonton kekerasan di televisi secara potensial akan mengalami tiga efek buruk.
Pertama, meningkatnya sikap antisosial atau perilaku agresif. Kedua, rasa tumpul terhadap kekerasan yang ditandai semakin bisa menerima kekerasan di dunia nyata dan terkikisnya rasa peduli kepada orang lain. Ketiga, meningkatnya rasa takut seseorang sebagai korban kekerasan.
Brad Bushman dan L. Rowell Huesmann dalam “Effects of Television Violence on Aggresion” (2001) menegaskan, anak usia kurang dari 7 (tujuh) tahun amat rentan menonton adegan kekerasan di televisi, karena mereka ini cenderung menganggap fantasi dan kekerasan kartun sebagai kenyataan. Kesimpulan ini mengukuhkan pernyataan bersama Komunitas Kesehatan Publik (Public Health Community) Amerika Serikat pada Juli 2000: “Sudah saatnya ditegaskan adanya hubungan sebab akibat antara kekerasan tayangan dengan perilaku agresif anak”.
Kalau kita kembali ke Indonesia dan merekapitulasi acara film kartun di televisi swasta nasional, berdasar jadwal tayangan acara 5 - 20 Januari 2008, terlihat enam stasiun TV (antv, TPI, RCTI, Indosiar, Trans7, dan Globaltv) menayangkan acara film kartun. Melalui enam stasiun televisi tersebut, dalam seminggu dapat disaksikan sebanyak 212 episode atau 30 episode per hari.
Stasiun Antv, misalnya, menayangkan film kartun berjudul Poochini, Popeye Original, Fantastic Four, Transformens, Zoids, dan Mask Rider Blade. TPI menghadirkan Petualangan Olly, Hamtaro, Casper, Tom & Jerry, Harveytoons. Indosiar menyiarkan The Justirizer, Machine Robo Rescue, Initial D, Sazer-X, CUE, B-Daman Fire Spirit, Pokemon 5, Bakugan Battle Brawler, Detective Conan, Power Ranger Space Patrol, Dragon Ball, Naruto 4, Power Ranger Mystic Force, serta Masked Rider Ryuki. Sedangkan Trans7 menyajikan Tom & Jerry, Scooby Doo, Teen Titans. RCTI yang hanya menyiarkan film kartun di hari Minggu, menayangkan Tom & Jerry, Doraemon, dan Crayon Sin-chan.
Globaltv, selain menyajikan Naruto, menayangkan juga Danny Phantom, Spongebob, Chalkzone, Avatar, Oh Yeah Cartoon, Jimmy Neutron, Teenage Robot, Ultraman Cosmos, Captain Tsubasa, Ultraman Gala, Skyland, serta Shaolin Wujang.
Kalau setiap episode film kartun memakan waktu 30 menit atau 0.5 jam, maka dalam seminggu layar kaca nasional mengalokasikan waktu 106 jam, atau 15 jam/hari. Dari total 15 jam tayangan film kartun itu, selama 7 (tujuh) jam tayangan berada di Globaltv dengan menyuguhkan 14 episode film kartun/hari.
Corak Kekerasan
Kalau mengamati isi tayangan film kartun secara umum yang diputar televisi swasta nasional, masih dijumpai pemakaian bahasa tak mendidik anak, misalnya “kiss my butt" ("cium pantat saya"). Kekerasan verbal berupa kata kasar seperti itu diperkental dengan aneka umpatan, hujatan, kecaman, maupun hinaan.
Belum lagi penayangan adegan kekerasan fisik berupa adegan tabrakan maupun merusak barang/bangunan dengan cara membanting, menginjak-injak barang. Kekerasan berikutnya adalah perkelahian tanpa senjata (pukul, tendang, banting, cekik, tampar), perkelahian dengan menggunakan benda tumpul (tongkat kayu, palu, batu, dan sejenisnya), serta perkelahian dengan menggunakan benda tajam (pisau, belati, pedang).
Eskalasi kekerasan fisik terus dipertinggi melalui adegan tembak-menembak dan adegan menggunakan bahan peledak. Bahkan, untuk kepentingan dramatisasi tak jarang ditampilkan tubuh terluka dan/atau tubuh berdarah (lelehan, tetesan, kucuran, muncratan). Dijumpai pula film kartun yang menyajikan detik-detik sang tokoh jahat menjelang ajal, dengan memperlambat gerak (slowmotion), setelah ditusuk pedang, korban perlahan-lahan tersungkur dan tak bergerak lagi.
Seluruh corak dan jenis tayangan meminggirkan nilai hidup dan kemanusiaan itu telah menjadi menu makanan sehari-hari kesadaran anak.
Sikap Penonton
Lantas, apa yang dilakukan penonton menghadapi tayangan kekerasan di televisi yang membawa efek buruk bagi anaknya?
Tiada pilihan lain, pertama, penonton (khususnya orangtua) harus peduli risiko efek buruk bila anak menonton tayangan kekerasan televisi. Kedua, orangtua perlu memberi pemahaman mengenai konteks tindak kekerasan tayangan dengan menekankan bahwa setiap kekerasan penjahat pasti dihukum setimpal, dan karena itu anaknya tak boleh mencontoh dalam kehidupan sehari-hari. Ketiga, wawasan anak diasah untuk membedakan dunia khayal film kartun dengan dunia kenyataan. Hal itu menuntut orangtua memperkaya diri dengan informasi tayangan yang ditonton anaknya. Serta tetap menghindarkan anak dari guyuran tayangan kekerasan berlebihan (eksplisit, vulgar, dan sadis).
Harus diakui, orangtua kian berat menghadapi tayangan televisi dalam konteks melindungi dan mencerdaskan anaknya. Penyebabnya, pengelola televisi nasional di Indonesia belum sepenuhnya mengikuti ketentuan standar program siaran. Misalnya, pengelola stasiun televisi tidak mencantumkan informasi penggolongan program. Padahal, regulasi menggariskan bahwa informasi penggolongan program harus terlihat di layar televisi di sepanjang acara berlangsung untuk memudahkan khalayak penonton mengidentifikasi acara.
Apalagi, rumusan definisi kekerasan dalam standar program siaran KPI begitu longgar, sehingga acara kekerasan gampang lolos tayang. Jadi, telah saatnya penonton televisi memberdayakan diri sendiri dengan hanya menyaksikan tayangan program acara yang bermanfaat. –
6 komentar:
sebenernya banyak faktor yg mempengaruhi perilaku anak2..kalau naruto emang disajikan untuk pembaca remaja, bukan untuk anak2 karena critanya yang cukup rumit dll...yang jelas orang tua harus mendampingi apa saja yang di tonton anak agar dibimbing yang bener, atau anak2 itu sendiri yang harusnya pintar2 menyaring film,tp kyknya susah deh he..thx...
menurut saya, ini semua karena di Indonesia semua film kartun ditujukan untuk anak2... padahal, menurut saya sendiri Naruto tidak cocok ditonton anak2...
mungkin ini juga kesalahan pihak penayangnya...
nah, buktinya saja di Jepang sendiri, selaku industri anime terbesar, tidak pernah ada kejadian2 seperti itu yang menyebabkan anak2 bunuh diri atau loncat-loncatan dari pohon atau gedung
justru, sebagai orangtua anda harus lebih perhatian dengan tontonan anak anda. jika memang anda sadari itu tidak baik, segera hentikan anak anda menonton tayangan itu.
lagipula, itu memang tergantung bagaimana orang berpikir. sampai sekarang ada saja yang melarang naruto karena ada unsur2 mistis dan segala macamnya. padahal, jika memang ANDA bisa berpikir rasional dengan benar, anda sudah tahu bahwa itu tayangan fiksi. jadi anda semestinya tahu bahwa hal2 yang dilakukan dalam tayangan tersebut tidak nyata, dan sudah tahu begitu anda jangan melakukan.
pisahkanlah fiksi dengan kenyataan...
dari negara asalnya,
anime memang hanya diperuntukan bagi
kaum otaku, yang mayoritas usianya adalah 17+.
saya juga tidak setuju dengan SpaceToon yang menayangkan anime2
seperti ini pada saat PrimeTime.
contohnya saja "Kamichama Karin",
yang dimana pada salah satu episodenya memvisualkan seorang
guru smp yang sedang memergoki
salah satu pasangan muridnya sedang
berpose ******.
anime naruto siapa yg bilang untuk anak2??????ada kah buat anak2 di japan sana?...tolong di konfirmasi...mana naruto banyak nich yg mau nonton..thx..
hidup anime
klo menurut saya,, tidak semua kartun dapat di lihat oleh anak2 karena setiap kartun punya tema masing2,, dan seharusnya para orang tua bisa mengawasi acara apa saja yang dilihat oleh anaknya..
Posting Komentar