01 Februari 2008
DARAH & AIR MATA DI INFOTAINMENT
Oleh Teguh Imawan
Terungkapnya keterlibatan artis sinetron Lidia Pratiwi dalam kasus pembunuhan Naek Gomgom Hutagalung di kawasan Putri Duyung Cottage Ancol Jakarta, bisa jadi, merupakan puncak sensasi tayangan infotainment.
Kalau dianalogikan dengan kondisi gunung Merapi, kasus Lidia merupakan fase letusan (awas). Fase ini merupakan titik kulminasi dari fase waspada dan siaga.
Di ranah liputan infotainment, fase awas berupa liputan seputar lelehan darah dalam kasus Lidia. Tahapan itu didahului oleh fase waspada, ditandai parade artis mengurai keringat karena menghindari serbuan dan sodoran mik kru infotainment. Sedangkan fase siaga infotainment, diwarnai dengan hingar bingar kucuran air mata di layar kaca.
Air Mata
Liputan kehidupan artis yang penuh lelehan keringat, misalnya, dapat merujuk kepada kasus liputan perceraian penyanyi rock Niki Astria. Peristiwa pukul mobil telah menjadi tonggak tak terlupakan betapa “semangat” dan fanatisme kru infotainment mendapatkan berita dari narasumber artisnya.
Contoh lain adalah ketika infotainment meliput “hilangnya” penyanyi bersuara khas Reza Artamevia. Nuansa penuh teka-teki mencuat ke seluruh penjuru kru infotainment. Titik keheranan bertumpu kepada bagaimana mungkin Reza bisa hilang di Bandara Cengkareng yang berstandar internasional dari segi keamanan.
Kru infotainment dan artis sekelas Reza sama-sama harus mengeluarkan keringat. Di satu pihak berposisi sebagai pemburu, di pihak lain harus cerdik bersembunyi. Meski pada akhirnya ketemu jua, dan dikamerakan dengan segala macam rona tampilan wajah. Dari semula Reza yang tegar berapi-api, hingga akhirnya Reza layu dan sorot mata redup.
Topik lain infotainment dengan berpilar air mata merebak dari kasus perselingkuhan bintang iklan dan artis sinetron Elma Theana. Selama hampir dua bulan lebih, infotainment mengusung keretakan hubungan rumah tangga dengan aroma negatif cinta antara Fahri Indarto dan Elma Theana.
Aroma liputan serupa juga mencuat dan tegas membekas ketika kru infotainment memergoki perseteruan hebat antara raja dangdut Rhoma Irama dengan istri mudanya bernama Angel Lelga. Secara tak tersurat, infotainment merasa telah melakukan secara sempurna apa yang disebut dengan jurnalisme memergok. Khususnya memergoki narasumber artis yang sedang memiliki masalah berkaitan dengan kawin, cerai, selingkuh, dan sejenisnya.
Pun demikian saat kru infotainment menginap di pinggir jalan kawasan seputar rumah artis Nia Daniaty yang sedang bermasalah dengan suaminya karena kehadiran perempuan lain di hati Farhat Abbas, suaminya.
Mistis
Lakon lelehan airmata infotainment dalam konteks keretakan hubungan suami istri dengan aroma mistis juga merebak. Pasangan Cut Memey dengan Jackson Perangin-angin telah menjadi lembaran tayangan infotainmen dengan gegap gempita menydorokan segi-segi pelet, ilmu hitam, susuk, dan sejenisnya. Sejumlah paranormal diusung infotainment untuk memberi “pencerahan” kepada penonton menyelami dan memahami dunia hitam.
Kehadiran Cut Memey tersebut memungkasi drama kehidupan artis yang meleleh air mata dalam konteks ketidakharmonisan hubungan anak dengan orangtua. Semula, infotainment sudah merasa cukup dan puas dengan menghadirkan visual ibu artis Lyra Virna yang menangis sembari memberi testimoni ketidaksetujuan atas pilihan suami dari anaknya.
Rupanya, linangan air mata menjadi tidak cukup di layar infotainment. Ketemulah fakta yang lebih dramatis. Yakni ketika menyorot umpatan, sumpah serapah dan kutukan yang meluncur dari ibu artis Kiki Fatmala. Seolah beradu visual dan kemasan dramatis, hampir setiap pagi, siang, sore, bahkan malam, umpatan dan kutukan ke Kiki Fatmala melintasi layar kaca.
Setelah cukup jenuh, infotaiment memperoleh menu baru. Khususnya dengan membidik perceraian yang berujung kepada perebutan hak asuh anak. Mulanya, infotainment cukup sabar meliput melalui celah sidang cerai Tamara Blezynski dengan Rafli.
Namun, seolah mendapat durian runtuh, tiba-tiba melesat kasus perebutan anak antara Zarima Mirafsur dengan Fery Juan. Berbeda dengan Tamara, kasus Zarima ini sangat vulgar. Kedua belah pihak secara terbuka bertikai. Tak hanya itu, perebutan anak di antara keduanya membuat kedua belah pihak melontarkan kata-kata yang kasar ke seluruh ruang keluarga tempat televisi penayang infotainment berada.
Lepas dari perebutan anak, layar infotainment dipenuhi dengan hiruk pikuk warna politis. Keretakan mahligai rumah tangga Gusti Randa dan Nia Paramita tak hanya menyentak pemirsa, tak juga merepotkan jajaran pengurus partai politik.
Stop Dramatisasi
Topik liputan infotainment memang dapat melebar dan menyempit, seluas dan seekpresif dunia artis-selebritis. Kalau kembali ke kasus Lidia, mau tak mau, demi memuaskan rasa ingin tahu penontonnya, kru infotainmen tak bisa identik lagi dengan liputan tubuh harum parfum selebritis.
Tapi kini juga harus belepotan keringat mencium bau amis darah, sisi kelam dunia selebritis. Selegam dan sekelam apa pun jalan cerita, niscaya muatan infotainment mampu menyedot penonton. Ini karena bahan baku tayangan berpijak pada fakta kejadian sungguhan yang bertalian dengan sosok tenar (dianggap tenar, atau ditenar-tenarkan).
Hanya saja, rasanya ambisi infotainment menghadirkan efek kejut kepada pemirsanya tak perlu berlanjut dengan dramatisasi berlebihan. Dramatisasi dan sensasi tayangan infotainment itu bertumpu kepada pilihan kata pada narasi yang sarat opini pribadi, selain pilihan lirik lagi dan special effect penyuntingan visual.
Mengapa kita peduli stop dramatisasi infotainment terhadap kasus Lidia? Karena, membunuh sesama manusia merupakan tingkatan tertinggi dalam dunia kriminalitas. Bila saja, infotainment lupa mengendalikan diri demi memburu sensasi, maka dapat dipertanyakan, apalagi sensasi yang ingin diraih setelah fase pembunuhan? –
Jawa Pos, 19 Mei 2006, halaman opini
Terungkapnya keterlibatan artis sinetron Lidia Pratiwi dalam kasus pembunuhan Naek Gomgom Hutagalung di kawasan Putri Duyung Cottage Ancol Jakarta, bisa jadi, merupakan puncak sensasi tayangan infotainment.
Kalau dianalogikan dengan kondisi gunung Merapi, kasus Lidia merupakan fase letusan (awas). Fase ini merupakan titik kulminasi dari fase waspada dan siaga.
Di ranah liputan infotainment, fase awas berupa liputan seputar lelehan darah dalam kasus Lidia. Tahapan itu didahului oleh fase waspada, ditandai parade artis mengurai keringat karena menghindari serbuan dan sodoran mik kru infotainment. Sedangkan fase siaga infotainment, diwarnai dengan hingar bingar kucuran air mata di layar kaca.
Air Mata
Liputan kehidupan artis yang penuh lelehan keringat, misalnya, dapat merujuk kepada kasus liputan perceraian penyanyi rock Niki Astria. Peristiwa pukul mobil telah menjadi tonggak tak terlupakan betapa “semangat” dan fanatisme kru infotainment mendapatkan berita dari narasumber artisnya.
Contoh lain adalah ketika infotainment meliput “hilangnya” penyanyi bersuara khas Reza Artamevia. Nuansa penuh teka-teki mencuat ke seluruh penjuru kru infotainment. Titik keheranan bertumpu kepada bagaimana mungkin Reza bisa hilang di Bandara Cengkareng yang berstandar internasional dari segi keamanan.
Kru infotainment dan artis sekelas Reza sama-sama harus mengeluarkan keringat. Di satu pihak berposisi sebagai pemburu, di pihak lain harus cerdik bersembunyi. Meski pada akhirnya ketemu jua, dan dikamerakan dengan segala macam rona tampilan wajah. Dari semula Reza yang tegar berapi-api, hingga akhirnya Reza layu dan sorot mata redup.
Topik lain infotainment dengan berpilar air mata merebak dari kasus perselingkuhan bintang iklan dan artis sinetron Elma Theana. Selama hampir dua bulan lebih, infotainment mengusung keretakan hubungan rumah tangga dengan aroma negatif cinta antara Fahri Indarto dan Elma Theana.
Aroma liputan serupa juga mencuat dan tegas membekas ketika kru infotainment memergoki perseteruan hebat antara raja dangdut Rhoma Irama dengan istri mudanya bernama Angel Lelga. Secara tak tersurat, infotainment merasa telah melakukan secara sempurna apa yang disebut dengan jurnalisme memergok. Khususnya memergoki narasumber artis yang sedang memiliki masalah berkaitan dengan kawin, cerai, selingkuh, dan sejenisnya.
Pun demikian saat kru infotainment menginap di pinggir jalan kawasan seputar rumah artis Nia Daniaty yang sedang bermasalah dengan suaminya karena kehadiran perempuan lain di hati Farhat Abbas, suaminya.
Mistis
Lakon lelehan airmata infotainment dalam konteks keretakan hubungan suami istri dengan aroma mistis juga merebak. Pasangan Cut Memey dengan Jackson Perangin-angin telah menjadi lembaran tayangan infotainmen dengan gegap gempita menydorokan segi-segi pelet, ilmu hitam, susuk, dan sejenisnya. Sejumlah paranormal diusung infotainment untuk memberi “pencerahan” kepada penonton menyelami dan memahami dunia hitam.
Kehadiran Cut Memey tersebut memungkasi drama kehidupan artis yang meleleh air mata dalam konteks ketidakharmonisan hubungan anak dengan orangtua. Semula, infotainment sudah merasa cukup dan puas dengan menghadirkan visual ibu artis Lyra Virna yang menangis sembari memberi testimoni ketidaksetujuan atas pilihan suami dari anaknya.
Rupanya, linangan air mata menjadi tidak cukup di layar infotainment. Ketemulah fakta yang lebih dramatis. Yakni ketika menyorot umpatan, sumpah serapah dan kutukan yang meluncur dari ibu artis Kiki Fatmala. Seolah beradu visual dan kemasan dramatis, hampir setiap pagi, siang, sore, bahkan malam, umpatan dan kutukan ke Kiki Fatmala melintasi layar kaca.
Setelah cukup jenuh, infotaiment memperoleh menu baru. Khususnya dengan membidik perceraian yang berujung kepada perebutan hak asuh anak. Mulanya, infotainment cukup sabar meliput melalui celah sidang cerai Tamara Blezynski dengan Rafli.
Namun, seolah mendapat durian runtuh, tiba-tiba melesat kasus perebutan anak antara Zarima Mirafsur dengan Fery Juan. Berbeda dengan Tamara, kasus Zarima ini sangat vulgar. Kedua belah pihak secara terbuka bertikai. Tak hanya itu, perebutan anak di antara keduanya membuat kedua belah pihak melontarkan kata-kata yang kasar ke seluruh ruang keluarga tempat televisi penayang infotainment berada.
Lepas dari perebutan anak, layar infotainment dipenuhi dengan hiruk pikuk warna politis. Keretakan mahligai rumah tangga Gusti Randa dan Nia Paramita tak hanya menyentak pemirsa, tak juga merepotkan jajaran pengurus partai politik.
Stop Dramatisasi
Topik liputan infotainment memang dapat melebar dan menyempit, seluas dan seekpresif dunia artis-selebritis. Kalau kembali ke kasus Lidia, mau tak mau, demi memuaskan rasa ingin tahu penontonnya, kru infotainmen tak bisa identik lagi dengan liputan tubuh harum parfum selebritis.
Tapi kini juga harus belepotan keringat mencium bau amis darah, sisi kelam dunia selebritis. Selegam dan sekelam apa pun jalan cerita, niscaya muatan infotainment mampu menyedot penonton. Ini karena bahan baku tayangan berpijak pada fakta kejadian sungguhan yang bertalian dengan sosok tenar (dianggap tenar, atau ditenar-tenarkan).
Hanya saja, rasanya ambisi infotainment menghadirkan efek kejut kepada pemirsanya tak perlu berlanjut dengan dramatisasi berlebihan. Dramatisasi dan sensasi tayangan infotainment itu bertumpu kepada pilihan kata pada narasi yang sarat opini pribadi, selain pilihan lirik lagi dan special effect penyuntingan visual.
Mengapa kita peduli stop dramatisasi infotainment terhadap kasus Lidia? Karena, membunuh sesama manusia merupakan tingkatan tertinggi dalam dunia kriminalitas. Bila saja, infotainment lupa mengendalikan diri demi memburu sensasi, maka dapat dipertanyakan, apalagi sensasi yang ingin diraih setelah fase pembunuhan? –
Jawa Pos, 19 Mei 2006, halaman opini
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar