
Inilah temuan fakta yang perlu diketahui orangtua. Psikolog, pendidik, dan peneliti telah mempelajari bagaimana TV mempengaruhi anak. Berikut beberapa gagasan utama yang perlu diwaspadi:
1. Anak menonton lebih televisi dibandingkan lain umur kelompok.
Antara umur dari 2 dan 3, mayoritas anak memilih acara favorit dan mulai biasa mengamati televisi. Anak Amerika usia 2 dan 5 membelanjakan lebih waktu TV pengamatan dibandingkan lain umur kelompok!
Dengan kata lain, berlebihan nonton V berarti memperoleh asupan kekerasan berlebih pula. acara-acara anak secara konsisten ditemukan mengandung tingkat kekerasan lebih ketimbang program lain. Dan anak juga sering menonton program kekerasan yang ditujukan untuk orang dewasa.
2. Anak tidak mampu membedakan antara fantasi dan kenyataan.
Anak pra-sekolah (preschooler) kaya imajinasi adalah normal, tapi ia kesulitan menceritakan mana khayalan dan mana realita sehari-hari. Preschoolers tidak dapat selalu memahami bahwa tayangan televisi direkayasa agar seolah-olah seperti kenyataan. Anak menjadi sulit membedakan antara kekerasan di televisi dengan kekerasan di kehidupan nyata.
3. Anak-anak muda terutama peka ke kekerasan TV.
Karena kurang pengalaman hidup untuk mengevaluasi apa mereka sedang tonton, preschoolers belum mampu mengkritisi kekerasan yang dilihat dalam program televisi, bioskop, dan rekaman video. Mereka hanya menerima perilaku kekerasan sebagai hal lumrah dan normal-normal saja.
4. Anak belajar meniru apa yang dilihat, dan televisi bisa menjadi guru kuat.
Televisi dapat mengajari anak tentang kekerasan dan perilaku agresif. Contoh, karena kebanyakan anak usia 3-6 tahun merasa dirinya kuat dan mengontrol dunia mereka, maka mereka sering mengidentifikasi dengan karakter TV yang kuat dan efektif. Celakanya merka kerap melihat bagaimana super hero dan kawan-kawannya menyelesaikan masalah dengan cara kekerasan untuk meraih kemenangan. Ketika anak nonton TV atau video menayangkan kekerasan sebagai kesuksesan, kesenangan, kelucuan, keasyikan, dan sebagainya, maka hal itu dapat dengan mudah diterima anak sebagai kiat menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari.
5. Preschoolers butuh aneka pengalaman kenyataan dan waktu bermain kenyataan agar tumbuh dan berkembang.
Pertumbuhan anak membutuhkan keluasan aktivitas dan pengalaman. Ia memerlukan campuran aktivitas fisik, mengenali dunia, kesempatan bergaul dengan rekan dan menghormati orang yang lebih tua, serta waktu untuk menyendiri. Dan ia memerlukan waktu lebih untuk bermain!
Permainan imajinatif jadi satu-satunya cara belajar terpenting untuk anak usia 3-6 tahun, agar tumbuh, dan menyelami perasaan, ketakutan, dan fantasi.
Kian banyak waktu anak nonton TV, kian surut kemampuannya untuk menyamankan diri, dan menipisnya waktu bagi dirinya mencicipi pengalaman tumbuh yang seharusnya ia rasakan dan nikmati. (teguh imawan, http://indonesiatvguide.blogspot.com )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar