28 Februari 2009

Laki-laki Melambai Jadi Laris Manis

Oleh: Ary Nugraheni

1 Maret 2009 | Presenter kondang Indra Bekti dalam sebuah kesempatan di kantor TransCorp Mampang Jakarta berkata pada Olga Syahputra, "Olga, gue kangen dengan gaya lo yang centil dan manja."

Olga bukannya bangga tapi dengan nada sengit menjawab,"Itu tuntutan profesionalisme,  demi karier presenter."

Ternyata Olga yang selalu tampil dengan tangan melambai-lambai seperti gaya banci itu  tersinggung juga disebut banci.  Olga mengaku, karena dengan gaya itu dia laku jadi presenter maka dilakoni saja. "Gue ini tulang punggung keluarga," jawab Olga yang mengaku berasal dari keluarga miskin itu.

Indra Bekti pun terharu mendengarnya lantas memeluk sahabatnya itu dengan erat sambil mengatakan, bukan maksudnya menyinggung tapi dia juga menyayanginya.

Ketika ditanya pendapatnya tentang makin banyak orang-orang bergaya banci di televisi, Indra mengatakan, itu komoditas hiburan saja karena lucu dan disukai penonton.

"Bagi yang suka, silakan tertawa.  Yang nggak suka, ya jangan mencibir sosok mereka. Sebab, itu hanya  hiburan,  mencari uang, bukan mencari sensasi, dan bukan banci betulan," ungkap Indra saat ditemui di Cilandak Town Square (Citos) Jakarta belum lama ini.

Olga Syahputra yang kini makin laris mengisi banyak acara di TV dan show lainnya mengatakan sebagai presenter ia hanya mencari cara bisa menghibur pemirsa TV di rumah, penonton di studio atau dimana aja.

"Olga itu kan orangnya gokil (gila) dan cuek. Olga jadi MC kan pengin hidupin suasana. Orang pun tahu Olga, ya seperti ini. Seru dan heboh," ujar Olga saat ditemui di Studio RCTI Jakarta.

Ia tahu karena penampilannya, orang menuding dia sebagai cowok melambai alias banci. Olga menegaskan, perilaku yang dimilikinya adalah ungkapan jiwa dan ekspresi kebebasannya.

"Bicara presenter, tergantung acaranya. Kalau ada MC bawain slow dan lembut, itu karakter MC siapa. Kalau Olga nih gradak-gruduk. Lompat sana-lompat sini. Jadi kalau menilai penampilan Olga gimana ya, lembut-lembut, bagaimana gitu," celetuk Olga sambil tertawa.

Memang, lanjut Olga, banyak yang menganggap dirinya banci, tapi itu hanya omongan orang gila. Orang bodoh yang nggak tahu entertainment. "Buktinya, bisa dilihat kan sekarang gaya Olga seperti laki-laki. Kalau di atas panggung, itu memang bagian dari salah satu cara untuk menarik perhatian orang. Misalnya, Olga godain cewek, pegang tangannya. Gue godain cowok, pegang tangannya. Itu kan buat hiburan dan lucu-lucuan aja. Jadi, orang tolol yang bilang seperti itu," terang Olga.

Karena itu meski dibilang banci, Olga menegaskan  cuek saja. Itu haknya untuk menghibur dan mencari uang. Di luar panggung dia adalah laki-laki.  "Mereka harus banyak belajar untuk mengenal dunia hiburan seperti apa. Jangan menilai orang dari TV saja atau dari luar. Lihat kenali dulu orangnya. Jangan hanya bisa nebak-nebak. Jangan hanya bisa mengomentari orang, lihat saja diri sendiri," kata Olga yang juga jadi presenter musik Dahsyat di RCTI itu.

Olga  menyatakan bangga menjadi sosok yang dia mainkan sebab membawa hoki. "Penghasilan gue luar biasa, bisa Rp 5 triliun sehari," canda Olga sembari tertawa lebar.

Komentar senada dilontarkan Ruben Onsu yang juga sering bergaya melambai di TV. Dia katakana,  gaya yang dipakainya itu hanya bagian dari profesionalisme dari kariernya sebagai presenter. Menurut Ruben, semua orang berhak memiliki ciri khas atau karakter dalam berkarier. Sekarang, tinggal bagaimana orang memilih hiburan bagi dirinya sendiri.

"Gue ini bukan bencong. Apa yang gue lakukan hanya bagian dari kerjaan sebagai penghibur, agar yang gue hibur itu bisa tertawa," kata Ruben saat ditemui di Citos Jakarta belum lama ini. "Ya, memang presenter gaya melambai itu gue akuin lebih laku dan punya nilai jual sendiri. Tapi, bukan berarti presenter non melambai tidak laku. Ya, kembali ke pilihan hiburan tadi, silakan orang mau memilih yang mana," tambahnya.

Satu lagi orang yang masuk kelompok  heboh sejenis ini adalah  Ivan Gunawan. Perawakannya  tinggi 185 cm, tegap, tapi suka bergaya banci.  Dandanan juga seperti perempuan alis rapi, pakai maskara, dan sapuan eye shadow.  Pipinya juga memerah oleh blush on. Berbalut busana warna ngejreng, penuh gemulai Ivan sering berkata, "Jangan gila, dong."

Desainer busana ini punya julukan 'Madame' Ivan Gunawan dengan mulut mencang-mencong sebagai komentator tetap acara Super Mama Seleb Concert di stasiun  Indosiar.

 "Menjadi presenter terkenal rasanya enak, banyak akses dan bisa kemana-mana. Nah, saat ini aku dihadapkan pada dua bidang yang dijalani dengan enjoy dan fun. Sebagai presenter juga desainer. Namun, kalau ditanya apa profesi aku, aku pasti akan bilang desainer. Kalau dibilang karierku naik sebagai presenter, Amin. Tapi basic aku adalah sebagai desainer. Kalau presenter cuma kebetulan aja aku bisa," terang Ivan saat ditemui di TMMI Jakarta.

Soal gaya dan penampilannya, ia hanya mengatakan kalau apa yang ia tampilkan selama ini apa adanya. "Kalau pun di panggung suka bercanda kelewatan, misalnya sama Ruben ya itu sih sah-sah saja. Sebab, aku memang akrab dengan dia dan sejauh ini nggak ada komplain tuh dari pihak TV," jelas pria kelahiran, 31 Desember 1981, ini.

Gaya banci itu, apakah menjadi pilihan untuk tampil di depan publik? "Wah, no comment. Selama aku nggak mengganggu yang lainnya dan enjoy, ya aku berusaha melakukannya dengan profesional," jawab mantan pacar  penyanyi Rossa ini.

Ivan pernah sekali waktu mengubah gayanya menjadi macho. Jambangnya dia biarkan tumbuh dan gaya lebih ke laki-laki. Tapi itu tak lama. Setelah itu dia balik lagi ke gaya banci di TV. Ya bergaya laki-laki menjadi tidak lucu lagi sehingga order presenter sepi.

Menanggapi gejala ini, presenter kondang Farhan, mengatakan kemunculan presenter-presenter melambai itu tak jadi masalah bagi kariernya. Lagipula, presenter seperti itu sudah ada sejak dulu. Menurut Farhan, wajar jika presenter-presenter tersebut bisa muncul, bertahan, terkenal, dan digemari. Untuk itu, ucap Farhan, tak mesti diributkan. Apalagi, kebancian sudah ada sejak lama. Terbukti, di pertunjukkan wayang orang maupun ketoprak ada elemen kebanci-bancian.

Semua orang, kata dia, punya prinsip dan  membawa  rezeki sendiri. "Masyarakat mempunyai selera beragam. Ada yang menyukai presenter kebanci-bancian dan ada pula yang tidak," katanya singkat.

 

Ditegur

Tapi tidak selalu gaya banci aman-aman saja di TV. Pelawat Srimulat, Tessy alias Kabul, ditegur  Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Pusat  karena leluconnya  dianggap jorok dan berlebihan dan melecehkan wanita. Banyolan  Tessy yang disemprit KPI itu saat dia memakai balon berisi air sebagai payudara lantas  disodor-sodorkan ke lawan main prianya.

Tapi Tessy menilai teguran  KPI itu mengada-ada. Baginya, dunia kesenian tidak bisa dicampuri dengan permasalahan lain. "Kesenian, ya kesenian," tandas Tessy saat dihubungi di ponsel pribadinya.

Mengenai kekhawatiran masyarakat tentang peran banci memengaruhi jiwa anak, dinilainya juga berlebihan. Buktinya, sudah lama ia berperan sebagai banci, tapi tidak ada yang protes. Keluhan semacam itu baru muncul ketika televisi makin banyak memunculkan presenter banci. "Saya ini laki-laki tulen, jadi banci hanya di panggung saja," tandasnya.

Akibat teguran itu Tessy mengakui order main jadi berkurang.  "Saya sudah main jadi banci sejak tahun 1980, mengapa baru sekarang diributkan," ujar Tessy.

Menurut Tessy, berperan sebagai banci tidak mudah, butuh waktu dan proses panjang untuk penyempurnaan lakon. Kini, Tessy menjalani aktivitas jual-beli motor.

"Bila mau dirunut ke belakang, kesenian ludruk yang menampilkan pria kemayu tidak pernah dilarang. Padahal, kesenian itu juga bisa tampil di televisi. Pemerintah harus adil. Saya sekarang tidak boleh main di televisi, sedangkan (aktor kebanci-bancian) yang lain masih bisa. Salah saya apa," tutur Tessy.

Wakil Ketua KPI Pusat Fetty Fajriati mengatakan KPI  tak pernah melarang atau menghilangkan pekerjaan orang yang bersikap kebanci-bancian atau banci tulen sekali pun di televisi. Tapi kata Fetty, KPI hanya memberikan batasan agar siapa pun yang suka berperan sebagai banci di layar kaca bersikap sopan dan melakukan lelucon itu dengan sewajarnya.

"Kami bekerjasama dengan lembaga pendidikan, seperti Fakultas Psikologi Universitas Indonesia (UI), Universitas Atmajaya, Universitas Tarumanegara (Untar), Universitas Kristen Petra (UK) Petra, dan lain-lain untuk memantau sejauh mana tayangan sosok banci mempengaruhi pemirsanya," ungkap Fetty. "Ternyata belakangan, sosok mereka di televisi itu banyak mempengaruhi pola pikir anak yang memiliki bakat 'belok', bahwa menjadi banci itu ternyata bisa menghasilkan uang dan diakui," lanjutnya.

"Kami hanya ingin merubah pola pikir masyarakat, karena hampir 50% masyarakat Indonesia itu adalah dari golongan miskin yang memiliki pendidikan minimum. Maka, kalau lembaga penyiaran tidak memberikan tayangan yang mendidik, bagaimana kita bisa memberikan pembelajaran yang baik bagi masyarakat kita," terang Fetty.

Meskipun mereka berdalih untuk menghibur pemirsa atau sebagai ajang komersial, menurut Fetty, sebaiknya mereka tetap memikirkan dampaknya terhadap pemirsa. Jadi, tegas Fetty, macam Olga Syahputra atau Ivan Gunawan bisa meminimalkan sikap-sikap yang kurang sopan saat memerankan sosok gemulai di televisi.

"Bulan Januari 2009 lalu, kami sudah menyosialisasikan hal ini kepada lembaga penyiaran, agar siapa pun yang tampil sebagai sosok banci tidak bersikap berlebihan yang mengarah kepada bentuk pelecehan gender wanita. Misalnya, mereka memegang-megang tubuh lawan main pria normalnya atau menyuruh pria normalnya itu menyentuh-nyentuh bagian tubuhnya, seperti yang pernah dilakukan Tessy, itu KPI sangat melarang," jelas Fetty.

KPI sendiri, tambah Fetty, berani mengeluarkan peraturan itu juga berlandaskan dari musyawarah Majelis Ulama Indonesia (MUI), bahwa memberikan tayangan yang menimbulkan sikap negatif pada seseorang di televisi itu sangat tidak baik. Apalagi, tayangan yang berbentuk pelecehan terhadap gender. n

http://surabayapost.co.id/?mnu=berita&act=view&id=e77db99f963f25326605bcf75f3eb130&jenis=b706835de79a2b4e80506f582af3676a&PHPSESSID=b8dfd25e2ef0afd978d8a830482ef995

Bercermin dari Bangkrutnya Media Cetak AS

Fereshti ND
(Dosen MSDM dan Kewirausahaan di UMS Solo)

Berita tentang bangkrutnya sejumlah media cetak di AS tampaknya semakin membuka mata dunia industri media tentang ancaman atas perkembangan teknologi internet yang memungkinkan masyarakat tidak lagi membeli media cetak. Bahkan, berita terbaru, yaitu Hearst Co pemilik San Fransisco Chronicle, sebuah koran utama di Kota San Fransisco, pada Selasa 24 Februari 2009 lalu telah berniat untuk menjual. Sebelumnya, Tribune Co, sebagai salah satu group media terbesar di AS pemilik Los Angeles Times dan Chicago Tribune, pada Desember 2008 telah mengajukan perlindungan bangkrut ke pengadilan karena terus merugi akibat penurunan penjualan.

Secara umum para pengelola media hanya memandang bahwa gejala merosotnya jumlah pembaca dan perolehan iklan sebagai ancaman riil. Kemunculan media lain yang penuh warna dan lebih menghibur lalu menjadi tumpuan kesalahan. Ironisnya, kasus ini tidak hanya terjadi di negara industri maju, tapi juga di negara miskin berkembang. Dari fakta yang ada menunjukkan di Indonesia bahwa internet memang belum menjadi mainan bagi semua orang, tapi pengguna internet bertambah tiap tahun dan ini menjadi ancaman riil bagi industri media cetak, terutama terkait dengan edisi koran online.

Ancaman inovasi media
Perkembangan internet memang menjadi alasan logis di balik turunnya tiras media cetak di banyak negara, meski kasus di Indonesia tampaknya masih belum signifikan. Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia memprediksi, dengan asumsi pertumbuhan rata-rata 30 persen di tahun 2004 dan sampai akhir 2009 pengguna jasa internet mencapai 30 juta orang. Jumlah ini melebihi pangsa pasar media cetak selama ini. Perkembangan ini akan mendorong pertumbuhan jurnalisme digital dan juga menempatkan media cetak sebagai media yang mahal. Bisa jadi, ini adalah awal dari lonceng kematian media cetak.

Selain itu, fakta lain yang juga menjadi bukti, yaitu semakin menipisnya perolehan iklan karena direbut iklan internet. Salah satu temuan di Amerika, bukan di Indonesia bahwa ruang iklan di internet semakin laku. Menurut penelitian Interactive Advertising Bureau dan PricewaterhouseCoopers, seperti dikutip oleh Emarketer.com, belanja iklan online di Amerika mencapai 2,37 miliar dolar AS di kuartal kedua 2004 lalu.

Angka itu menunjukkan kenaikan 42,7 persen dari belanja tahun sebelumnya. Selama setengah tahun pertama pada 2004, pengeluaran untuk iklan online mencapai 4,6 miliar dolar AS, naik 39,7 persen dibanding dengan setengah tahun pertama pada 2003. Berdasarkan data dari TNS Media Intelligence/CMR, jumlah sebesar itu memang cuma 3 persen dari total belanja iklan AS di semua media yang mencapai 67,6 miliar dolar AS atau naik 9,1 persen dari tahun sebelumnya, tapi persentase belanja iklan online jauh di atas kenaikan belanja iklan seluruh media.

Secara eksplisit data yang ada menunjukkan dari sekian banyak ruang iklan di internet, iklan di mesin lacak terus menjadi pilihan yang populer. Tahun lalu, 29 persen iklan internet memenuhi mesin lacak, dan saat ini mengisi 40 persen dari pasar belanja iklan online, yakni sebesar 947 juta dolar AS. Sedangkan, iklan banner menempati posisi kedua dengan hasil 474 juta dolar AS atau 20 persen dari total pengeluaran iklan. Logika yang mendasarinya bahwa pertumbuhan dan popularitas mesin lacak disebabkan oleh fungsinya yang memang dibutuhkan pembaca, hasil akhir yang sederhana, dan juga karena format ini memungkinkan para pengiklan mengetahui tingkat respons pembaca iklan. Salah satu pengecualian adalah iklan e-mail, yaitu iklan yang ditempatkan dalam badan e-mail dengan subjek berbeda, bukan dalam e-mail yang dikirim secara spesifik sebagai alat pemasaran. Hal ini besar kemungkinan dirugikan dengan adanya perlawanan terhadap spam--pengiriman e-mail serentak secara massal, seperti yang dialami keseluruhan industri pemasaran!

Langkah strategis
Temuan yang juga menguatkan bahwa hasil riset Marketing & Media Snapshot: 2004 yang dilakukan Millward Brown, yang dipaparkan di pertemuan puncak 'Media Brand Summit' di Utah, AS, pertengahan September 2004 lalu, bahwa eksekutif melihat online sebagai medium yang paling efektif untuk mendapat dan mempertahankan pelanggan, serta efisien. Jalur-jalur pemasaran online seperti iklan banner, hasil lacakan di web, e-mail, promosi, semua itu diramalkan meningkat pesat dibanding media lain, termasuk media cetak tentunya. Dari hasil riset itu juga diketahui bahwa media online paling besar dipilih pemasar (54,1 persen) sebagai media yang paling tinggi kenaikan bujetnya. Televisi kabel di peringkat kedua (35,6 persen) diikuti dengan iklan pos langsung (34,2 persen), lalu juga jaringan televisi, majalah, koran, radio, dan terakhir iklan luar ruang.

Temuan di atas ada di Amerika dan terbukti sudah banyak media cetak AS yang akhirnya bangkrut. Ibaratnya, kalau iklan saja sudah kian menjauh dari media cetak, lonceng kematian terhadap media cetak tinggal menghitung waktu <I>countdown<I>. Artinya, sedini mungkin kita harus mewaspadainya agar tidak takut atau mencari kambing hitam terkait ancaman matinya media cetak nasional. Oleh karena itu, di satu sisi, tidak ada alasan lain kecuali industri media nasional harus cekatan menyusun strategi, baik secara gerilya atau frontal, mengantisipasi ancaman matinya media cetak nasional akibat tergerus fenomena media <I>online<I> yang secara pelan tapi pasti, akan mengubah perilaku baca masyarakat kita.

http://www.republika.co.id/koran/24/34459/Bercermin_dari_Bangkrutnya_Media_Cetak_AS

Wisata Boga di Layar Kaca

Mesti rating-nya tidak tinggi, acara kuliner memiliki penggemar fanatik.

28 Februari 2009 -- Maknyuss, nyamleng, uenakee. Itulah kata-kata yang dulu kerap dilontarkan pakar kuliner Bondan Winarno saat membawakan acara Wisata Kuliner di Trans TV. Biasanya, ia mengucapkan kata-kata itu setelah mencicipi suatu masakan yang ternyata sangat lezat.

Acara yang sempat tayang setiap hari ini cukup digemari pemirsa. Bahkan, 'slogan' maknyuss-nya menjadi kondang dan diucapkan orang di mana-mana. Tapi sayang, Bondan tak lagi membawakan acara yang hadir sejak 2006 itu. Sebagai gantinya, Trans TV menyajikan acara kuliner baru bertajuk Ala Chef yang diasuh Farah Quinn. Ala Chef tayang di Trans TV sejak awal tahun ini dan menemani pemirsa setiap hari pukul 10.00 WIB.

Menurut A Hadiansyah Lubis, Humas Trans TV, acara kuliner masih menjadi andalan. ''Sebab, acara ini memiliki segmen pasar yang cukup luas dan mampu menarik iklan,'' katanya. Selain Ala Chef, stasiun televisi ini juga masih memiliki acara boga yang lain yaitu Gula-gula asuhan Bara Pattirajawane yang tayang sejak 2005 dan Dorce Show Jalan-jalan yang dibawakan Dorce Gamalama.

Diakui Hadiansyah, acara kuliner sebenarnya tidak menjanjikan rating yang tinggi. ''Paling mentok dua poin,'' ungkapnya. Hanya saja, kata dia, acara seperti ini memiliki penonton yang loyal dan fanatik, terutama ibu-ibu.

Adanya penonton yang loyal dan fanatik ini membuat stasiun televisi tetap setia pula menyajikan acara kuliner. Indosiar misalnya, menghadirkan Aroma, Iron Chef dan Bango Cita Rasa Nusantara. Seperti halnya Hadiansyah, Humas Indosiar, Gufroni Sakaril pun mengatakan bahwa acara kuliner tak pernah kehilangan penonton. ''Karena itu, program acara kuliner tidak akan pernah dihilangkan di Indosiar,'' tegasnya.

Hal serupa juga dilakukan stasiun televisi lain. Maka, lihatlah, acara kuliner selalu ada di hampir semua stasiun televisi. TVRI memiliki Dunia Wanita, sedangkan TPI mempertahankan Santapan Nusantara yang telah tayang selama 13 tahun. Stasiun televisi ini bahkan punya tiga acara boga lainnya, yakni Koki Kikuk, Sooo Puas dan Emak Mencari Anu. Lalu Trans 7 menampilkan Koki Cilik dan menyisipkan segmen kuliner asuhan Chef Rustandy di program berita Selamat Pagi.

Metro TV yang dikenal sebagai televisi berita pun tak mau meninggalkan acara masak-memasak ini. Menggandeng William Wongso, Metro TV menghadirkan program kuliner Cooking Adventure With William Wongso yang belakangan berganti nama menjadi Cita Rasa William Wongso.

Tak hanya memasak
Acara kuliner yang diasuh William Wongso ini bisa dibilang cukup menarik. Ini karena William tak hanya mempraktikkan kepiawaiannya memasak. Ia juga memberikan informasi dan edukasi mengenai dunia kuliner. Tak hanya itu, William yang menguasai seni masakan Eropa dan Asia juga menjelaskan konteks sosial-budayanya.

Biasanya, William mengawali acaranya dengan jalan-jalan di pasar tradisional. Sembari menjelaskan bagaimana memilih bahan-bahan makanan yang baik, dia akan bercerita pula tentang keunikan masing-masing pasar yang dia kunjungi. Sepintas, ini seperti jalan-jalan biasa. Namun, sebenarnya pemirsa sedang diajak menyelami akar tradisi kuliner di daerah tertentu.

Dari sudut pasar tradisional yang semrawut, William berusaha menemukan makanan khas di sana. Lalu, berbincang-bincang seputar makanan itu dengan si pedagang. Di segmen terakhir, pakar kuliner ini akan mengolah bahan makanan yang ia temui di pasar dengan interpretasinya sendiri.

Banyaknya acara kuliner di televisi menunjukkan, urusan makan telah menjadi objek wisata dan gaya hidup. ''Bagi pemirsa, urusan kuliner sudah menjadi bagian dari gaya hidup,'' tutur Gufroni. Hal senada dikatakan Hadiansyah. ''Kuliner sudah menjadi bagian dari gaya hidup dan dimasukkan dalam paket penawaran wisata,'' kata Hadiansyah. Karena itu, jangan heran jika acara kuliner kini mampu menandingi program infotainment. rusdy nurdiansyah

http://www.republika.co.id/koran/43/34496/Wisata_Boga_di_Layar_Kaca

Sajian Film Box Office di Akhir Pekan

Tak hanya film Hollywood, pemirsa RCTI juga bisa menonton film box office Indonesia.

Jumat, 27 Februari 2009 :: Apa rencana Anda di akhir pekan ini? Jika tak punya rencana jalan-jalan, Anda bisa menghibur diri di rumah dengan menonton film-film berkualitas di televisi. RCTI misalnya, setiap akhir pekan senantiasa menyiapkan film-film //box office// untuk Anda saksikan bersama keluarga.

''RCTI sudah sejak lama konsisten menyajikan film-film Hollywood dan Indonesia bermutu,'' tegas Yulia Maroe, communications officer RCTI. Tak hanya akhir pekan, lanjut Yulia, film-film berkualitas itu juga dapat dinikmati setiap malam mulai pukul 22.00-00.30 WIB.

Untuk akhir pekan ini, Anda dapat menonton film bermutu yang dibintangi Steven Seagal. Today You Die, begitu judul film tersebut. Film ini tayang pada Sabtu dini hari (28/2) pukul 00.30 WIB. Sementara pada Sabtu (28/2) pukul 22.30 WIB, giliran film Silence of the Lambs yang akan menghibur Anda. Film produksi 1991 ini digarap sutradara Jonathan Demme dengan pemeran utama Jodie Foster dan Anthony Hopkins.

Film ini bercerita tentang seorang psikopat yang dikenal sebagai Buffalo Bill. Ia menculik dan membunuh wanita-wanita muda. FBI kemudian menugaskan agen Clarice Starling untuk menginterogasi seorang tahanan yang mungkin bisa membantu melihat sisi psikologis sekaligus menemukan petunjuk tentang aksi pembunuhan ini.

Tahanan itu adalah Dr Hanibal Lector, psikiater yang sangat pintar, juga seorang kanibal pembunuh. Ia hanya akan membantu Starling jika dia mau memenuhi keingintahuan Lector akan detail kehidupan Starling yang rumit.  Hubungan yang aneh ini memaksa Starling untuk tidak hanya berurusan dengan pikiran psikologisnya yang jahat tetapi membawa dia berhadapan dengan seorang pembunuh yang liar dan sangat kuat.

Film box office lainnya yang disajikan untuk pemirsa adalah Curse of the Golden Flower yang akan tayang pada Kamis (5/3) pukul 22.30 WIB. Thriller produksi 2006 yang digarap sutradara Zhang Yimau ini dibintangi Chow Yun-Fat, Gong Li, Jay Chou, Liu Ye dan Qin Junjie.

Ada pula film Rocketeer yang bakal menyambangi pemirsa pada Kamis (5/3) pukul 01.00 WIB. Film yang diproduksi Walt Disney Pictures pada 1991 ini digarap sutradara Joe Johnston dengan para pemain Billy Campbell, Jennifer Connelly, Alan Arkin, Timothy Dalton, Paul Sorvino dan Tiny Ron Taylor.

Sedangkan film Arachnophobia akan menemani pemirsa RCTI pada Jumat (6/3) pukul 00.30 WIB. Film produksi 1990 ini digarap sutradara Frank Marshall serta dibintangi Jeff Daniels dan John Goodman.

Tayang perdana
Selain film Hollywood, pemirsa juga dapat menikmati film box office Indonesia. Salah satunya, film berjudul Liar yang merupakan penayangan perdana di televisi. Film ini tayang di RCTI pada Selasa (3/3) pukul 22.30 WIB. Film produksi Astral Pictures 2008 ini disutradarai Rudy Soedjarwo dan skenarionya ditulis Cassandra Massardi.

Liar menampilkan bintang-bintang muda seperti Raffi Ahmad, Irgi Ahmad Fahrezi, Asmirandah dan Intan Nuraini. Ini adalah film drama-action yang bercerita tentang dunia pembalap jalanan dengan bumbu kisah percintaan. Dikisahkan, dua anak muda yakni Indra (Irgi Ahmad Fahrezi) dan Bayu (Raffi Ahmad) berjuang mewujudkan cita-citanya menjadi pembalap motor. Ketertarikan mereka pada balap motor mendorong mereka mengikuti ajang balapan liar hingga menyeret mereka pada sebuah konflik pertarungan dengan geng motor yang nyaris merenggut nyawa mereka.

Berbagai rintangan dan upaya ditempuh demi meraih impian mereka menjadi pembalap motor sesungguhnya. Namun, ketika impian itu hampir terwujud, Indra dan Bayu dihadapkan pada dua pilihan sulit. Apakah pilihan sulit itu? Film Liar akan memberi jawabannya untuk Anda.

RCTI, kata Yulia, juga akan menayangkan siaran langsung perebutan gelar juara dunia tinju kelas bulu versi WBA yang mempertemukan juara bertahan kebanggaan Indonesia, Chris John, dan petinju Amerika Serikat (AS), Rocky Juarez. Pertarungan ini akan digelar di Toyota Center, Houston, Texas, AS, pada Sabtu (28/2) malam waktu setempat, atau Ahad (1/3) pukul 09.00 WIB.

Pastikan Anda menyaksikan siaran langsungnya. Tak sempat menonton karena ada acara lain? ''Bagi pemirsa yang tidak sempat menyaksikan siaran langsungnya, RCTI akan menayangkan siaran ulangnya pada Ahad (1/3) pukul 22.30 WIB,'' ungkap Yulia. rusdy nurdiansyah

http://www.republika.co.id/koran/43/34270/Sajian_Film_Box_Office_di_Akhir_Pekan

Program Berita Berebut Panasonic Award 2009

Kabar Petang TV One bersaing ketat dengan tujuh program berita di stasiun televisi lain.

Panasonic Award yang merupakan ajang penghargaan kepada insan pertelevisian di Indonesia akan kembali digelar. Ajang yang digelar sejak 1997 ini merupakan ajang tahunan  dan kini memasuki penghelatan yang ke 12 kalinya.

Dalam ajang tahunan yang bergensi bagi insan pertelevisian ini,  akan diperebutkan sebanyak 23 penghargaan dari sembilan penghargaan Kategori Individu dan 14 penghargaan Kategori Program Acara Terfavorit. Pada ajang kali ini, program berita di setiap stasiun televisi saling bersaing untuk merebut penghargaan itu.

Stasiun TV One yang merupakan 'pendatang baru' tampaknya mulai menggebrak program pemberitaan yang jauh lebih dulu hadir di stasiun televisi lain. Pada kategori Program Berita Terfavorit, Kabar Petang (TV One) bersaing ketat dengan tujuh program berita lainnya. Sebut saja Topik Petang (ANTV), Seputar Indonesia (RCTI), Berita Global (Global TV), Headline News (Metro TV), Sidik Kasus (TPI), Liputan Petang (SCTV), Cerita Anak (Trans TV), dan Redaksi Kontroversi (Trans 7).

Untuk Kategori Program/Acara, Panasonic Award juga akan menilai program seperti Drama Seri Terfavorit, Kuis/Game Show Terfavorit, Infotainment Terfavorit, Music/Variety Show Terfavorit, Reality Show Terfavorit, News Magazine Terfavorit, Komedi/Lawak Terfavorit, Talkshow Terfavorit, Entertainment Talkshow Terfavorit, Olahraga Terfavorit, Hiburan Anak-Anak Terfavorit, Edutainment Anak-Anak Terfavorit, News Terfavorit, dan Documentary Terfavorit.

Selain program berita dan acara, 23 kategori lain yang akan diperebutkan adalah Aktor Terfavorit, Aktris Terfavorit, Kuis Game Show Presenter Terfavorit, Infotainment Presenter Terfavorit, Music Variety Show Presenter Terfavorit, Presenter Berita Current Affairs Terfavorit, Pelawak Terfavorit, Presenter Olahraga Terfavorit, dan Reality Show Presenter Terfavorit.

TV One memperoleh delapan nominasi untuk kategori program acara yakni Kabar Petang, Apa Kabar Indonesia Malam, Cover Story, Debat, Telusur, Negeri Impian, Liga Djarum dan Copa Indonesia. Delapan program tersebut siap bersaing ketat dengan program acara televisi lain.

Untuk kategori Documentary, Telusur (TV One) akan bersaing dengan Urban (RCTI), Metro Files (Metro TV), Jendela (TPI),Potret (SCTV), Mata Rantai (ANTV), Reportase Investigasi (Trans TV) dan Kisah Anak Nusantara (Trans 7).

Kategori Entertainment Talkshow Terfavorit, Negeri Impian (TV One) mendapat saingan cukup berat dari empat program acara Trans TV yakni Bukan Empat Mata, Empat Mata, Dorce Show, dan Ceriwis.

Namun pada kategori Program Talkshow Terfavorit, tiga program acara TV One masuk nominasi yakni Apa Kabar Indonesia Malam, Cover Story dan Debat yang akan bersaing dengan Topik Minggu Ini (ANTV), dan Kick Andy (Metro TV).

Sedangkan untuk program acara Olahraga Terfavorit, TV One diwakili Liga Jarum dan Copa Indonesia yang akan bersaing ketat dengan Liga Jarum (ANTV), AFC Asian (RCTI), dan AFC Asian (Global TV).

Adapun untuk nominasi Aktor Terfavorit yakni Teuku Wisnu, Rezky Aditya, Dude Herlino, Christian Sugiono dan Adly Fairuz. Untuk nominasi Aktris Terfavorit adalah Shireen Sungkar, Chelsea Olivia Wijaya, Alyssa Soebandono, Naysila Mirdad dan Luna Maya.

Pemilihan kategori penghargaan dilakukan berdasarkan riset yang dilakukan AGB Nielsen Media Research. Tiap-tiap nominasi diverifikasi oleh tim verifikasi yang terdiri dari para praktisi dan orang-orang yang ahli di bidang pertelevisian dan hiburan.

Tim verifikasi tersebut beranggotakan Wisnutama (Trans TV), Yeni P Anshar dan Rosiana Silalahi (SCTV), Nana Putra (TPI), Manoj Punjabi (MD Entertainment), Irfan Ramli (Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia), Idi Subandi (Mahasiswa Pasca Sarjana Fakultas Ilmu Komunikasi UI dan pemerhati budaya), dan aktor Anjasmara.

Penyaringan awal program nominasi Panasonic Awards ke 12 dilakukan AGB Nielsen Media Research. Metode jajak pendapat yang dilakukan melalui telepon terhadap 1.300 responden yang tersebar di sepuluh kota di Indonesia.

Puncak acara Panasonic Award ke-12 dengan tema Mahakarya Anak Bangsa ini bakal digelar pada 27 Maret 2009 mendatang. Sejumlah artis muda berbakat seperti Shireen Sungkar, Teuku Wisnu, Alyssa Soebandono, Luna Maya dan Naysila Mirdad dijadwalkan akan  membacakan peraih nominasi. ''Panasonic Award 2009 tidak lagi terpaku pada kualitas program dan rating saja, tetapi juga mengambil penilaian dari popularitas program televisi tersebut,'' kata Tantowi Yahya, publication Panasonic Award 2009.

Menurut Tantowi, penyelenggaraan Panasonic Award 2009 diselenggarakan lebih awal, yakni pada kwartal pertama. Ini bertujuan untuk menyamakannya dengan event-event penghargaan bertaraf internasional lainnya, dan memperpanjang masa periode penilaian. Ajang ini nantinya akan disiarkan langsung oleh tiga stasiun televisi, yakni  RCTI, Global dan TPI.  rusdy nurdiansyah

http://www.republika.co.id/koran/43/34029/Program_Berita_Berebut_Panasonic_Award_2009

KRONIK TELEVISI Minggu, 1 Maret 2009

RCTI, Kontes Magic

Nama acara: The Master
Produksi: RCTI
Tayang: Setiap Jumat malam

RCTI mencoba memopulerkan kembali atraksi magic di layar kaca lewat acara The Master setiap Jumat malam mulai 6 Februari lalu. Namun, berbeda dengan acara magic sebelumnya yang menayangkan pertunjukan tunggal magician, kali ini RCTI mengemasnya dalam bentuk kontes magic.

The Master hadir dalam dua sesi. Masing-masing sesi menampilkan lima finalis yang memiliki kemampuan magic dan lolos audisi tertutup. Setiap pekan ada satu peserta yang tersisih dan satu pemenang di setiap sesi. Pemenang masing-masing sesi diadu di grand final.

Sebagaimana kontes-kontesan khas RCTI, ada tim juri yang terdiri dari mentalist Deddy Corbuzier, presenter Mellisa Karim, serta juri tamu yang bertugas menilai penampilan peserta. Pemenang ditentukan melalui voting lewat telepon. Dia akan mendapat gelar The New Master of Magic.

Deddy Corbuzier selaku juri dan master di dunia magic juga tidak luput dari ujian. Setidaknya, dia diharuskan duel melawan master hipnotis Romy Rafael dan pecatur Grand Master Utut Adianto.

Acara ini diracik dengan pendekatan puspa ragam (variety show). Selain magic, ada juga musik. Beberapa bintang tamu yang diundang dalam acara The Master adalah grup band Ungu, The Rock, Project Pop, dan Melly Goeslaw. (BSW)

 

TPI, Tawaran Menjadi Artis

Program pencarian bakat untuk menjadi seorang artis rupanya masih sangat digemari di negeri ini. Buktinya, ketika TPI menggelar audisi untuk program televisi "Mendadak Artis" di Margonda City, Depok, Jawa Barat, awal Januari lalu, peserta yang ikut audisi mencapai 1.500 orang. Di Medan, audisi acara ini diikuti 950 peserta dan di Surabaya diikuti 800 peserta.

"Mendadak Artis" yang ditayangkan setiap Kamis pukul 19.00 adalah satu dari sekian banyak program pencarian bakat yang diluncurkan TPI. Dengan proses audisi, karantina dan kemudian kontes di depan kamera, TPI memberi kesempatan bagi peserta untuk mengembangkan diri sesuai bakat yang dimiliki peserta.

Makanya jangan heran bila TPI membuka luas kriteria kemampuan peserta yang ingin ikut "Mendadak Artis". Agar bisa ikut acara ini, peserta minimal harus memiliki kemampuan dasar menyanyi, menari, dan akting. Namun, bagi peserta yang memiliki kemampuan di luar tiga kriteria itu mendapat nilai tambahan.

Peserta yang bisa ikut acara "Mendadak Artis" adalah mereka yang berusia 16-25 tahun. Sebagai juri adalah Benny Simanjuntak, Priyo Oktaviano (desainer), dan musisi Oddie Agam. Acara yang berlangsung selama tiga jam ini dipandu Eko Patrio. (IND)

 

GlobalTV, Menjual Impian yang Kandas

Ajang pencarian bakat seolah tak pernah usai untuk digarap. Setelah muncul beragam acara pencarian bakat yang mengarah segmen anak muda dan anak-anak, kini para ibu muda menjadi sasaran industri televisi.

Global TV melalui acara "Dream Girls" mengajak para ibu berusia 19-45 tahun untuk menjadi seorang penyanyi tenar. Melalui proses audisi di enam kota, antara lain di Bandung, Yogyakarta, dan Surabaya, "Dream Girls" menawarkan kesuksesan kepada ibu-ibu muda untuk bisa menjadi trio diva, seperti AB Three, RSD (Rida, Sita, Dewi), dan DI3VA yang diawaki Kris Dayanti, Ruth Sahanaya, dan Titi DJ.

Proses penyaringan dilakukan oleh tiga juri, yaitu Maia Estianty, Dewiq, dan Agus Wisman. Juri ini akan memilih penyanyi terbaik dan membentuk kelompok trio. Di setiap kota akan dipilih dua kelompok trio yang akan mengikuti kontes "Dream Girls" di Jakarta.

Latar belakang pembuatan acara ini, menurut Daniel Hartono, Direktur Utama Global TV, karena banyak ibu muda yang punya mimpi untuk menjadi seorang penyanyi. Namun, impian itu kandas ketika mereka telah menikah. "Dengan 'Dream Girls' kami memberi kesempatan kepada ibu muda untuk menyalurkan bakat menyanyinya," kata Daniel. (IND)

 

Trans7, "Reality Show" Politik

Menjelang pemilu legislatif, stasiun televisi berlomba-lomba menayangkan program acara "debat" antarcalon legislatif berikut partai yang mengusungnya. Program "Kontrak Politik" yang ditayangkan Trans 7 menayangkan program serupa dengan kemasan berbeda.

"Kontrak Politik" adalah program reality show yang menguji kemampuan caleg untuk mencarikan solusi nyata terhadap permasalahan yang dihadapi masyarakat. Dalam program ini ditampilkan dua caleg dan seorang warga yang menjadi korban kebijakan strukturil pemerintah.

Kedua caleg diharuskan membuat program untuk menyelesaikan masalah dalam waktu terbatas, yakni 2-3 hari. Program itu harus berkelanjutan untuk masa depan.

Pada tayangan perdana, Rabu (25/2) pukul 22.30, tampil seorang klien bernama Pak Sidup, warga bantaran Sungai Ciliwung yang ingin pindah dari rumahnya yang tidak layak huni, tetapi tidak punya uang dan pekerjaan. Tim Kontrak lalu mendatangi Raya Pertiwi (PDI-P) dan Nova Riyanti Yusuf (Partai Demokrat).

Awalnya, program kedua caleg itu sempat gagal karena tidak realistis. Pada babak berikutnya, salah satu program milik Nova berupa pinjaman modal dagang dipilih keluarga Sidup karena dianggap bisa menyambung hidup dan berkelanjutan. (IND)

http://cetak.kompas.com/read/xml/2009/03/01/0132329/kronik.televisi

Kanal Siaran Televisi Terbatas

REDAKSI YTH::Minggu, 1 Maret 2009 | Tinggal di wilayah Kota Malang, Jawa Timur, sejak akhir tahun 2008 sudah tidak nyaman lagi. Hal ini karena beberapa channel televisi telah diblokir/ditutup oleh pemerintah, padahal sebelumnya belasan kanal TV dapat dinikmati warga Malang. Namun sekarang hanya tinggal empat kanal yang boleh melakukan siaran di Malang.

Saya berharap pemerintah segera membuat regulasi yang menguntungkan rakyat, yaitu memudahkan masyarakat mendapatkan berita yang cepat dan hiburan yang mudah dengan jalan memberikan izin kepada semua stasiun TV untuk dapat melakukan siaran di wilayah Malang dan sekitarnya seperti sebelumnya. Dengan demikian, masyarakat akan menjadi mudah dan murah dalam mendapat hiburan dan berita, tanpa harus membayar biaya berlangganan TV kabel.

Kepada para wakil rakyat yang duduk di DPRD Kota Malang, DPRD Kabupaten Malang, DPRD Kota Batu, DPRD Jatim, dan DPR Pusat, apakah peduli dengan keadaan ini? Warga Malang hanya menunggu. Pudjoyoko Pondok Blimbing Indah G 3, Pandan Wangi, Malang, Jatim

http://cetak.kompas.com/read/xml/2009/03/01/01184424/redaksi.yth

"Reality Show" Rajai Layar Kaca

Ruben Onsu saat memandu acara "Happy Family Me vs Mom".Dok.Happyfamily Transtv

[JAKARTA] Program reality show menjadi tontonan yang paling digemari dan merajai layar kaca Indonesia. Beberapa judul unggulan, seperti Termehek-Mehek dan acara yang dipandu oleh Ruben Onsu, Happy Family Me vs Mom, menempati tangga perolehan penonton (rating) tertinggi dalam beberapa bulan terakhir. Program ini mengalahkan program sinetron yang biasanya mendominasi dan meninggalkan jauh penonton program film, informasi, religi, dan anak-anak.

Menurut hasil survei lembaga riset internasional untuk pengukuran kepemirsaan televisi, AGB Nielsen, di 10 kota besar (Jakarta, Surabaya, Medan, Semarang, Bandung, Makassar, Yogyakarta, Palembang, Denpasar, dan Banjarmasin), jumlah rata-rata penonton reality show terus meningkat dari mulai kuartal 3 (bulan Ramadhan 2008) sampai Februari 2009. Pemirsa program tersebut naik dua kali lipat.

"Saat ini, total jam tayang program yang ditonton oleh kebanyakan remaja usia 10-19 tahun kelas atas (dengan pengeluaran rutin rumah tangga mencapai Rp 1.250.000), di 10 televisi swasta nasional, mencapai 7 jam per hari. Perolehan rating pada pemirsa remaja kelas atas ini, lebih tinggi daripada rata-rata pemirsa dari segmen lainnya," ungkap Public Relation AGB Nielsen Andini Wijendaru di Jakarta, Rabu (25/2).

Andini menambahkan, dengan kesuksesan ini, reality show bahkan berani tayang pada jam prime time. Biasanya stasiun televisi hanya berani memasang reality show pada sore hari. Pamor sinetron sudah mulai turun, tayangan lebih banyak pada variety dan reality show. Ia melihat ini sebagai keberanian stasiun televisi memberikan tayangan yang berbeda, agar ada alternatif tontonan.

Pada periode 1 Januari-21 Februari 2009, Trans TV mendominasi jenis tayangan tersebut dengan rata-rata siar 1,5 jam per hari, padahal pada kuartal empat 2008. Posisi kedua ditempati oleh RCTI dan ketiga ditempati ANTV, yang menayangkan rata-rata 1 jam siar per hari. Sejauh ini, Trans TV tidak hanya mendominasi durasi tayang reality show, tetapi juga perolehan penontonnya dengan 4,5 juta pemirsa dan loyalitas terhadap acara tersebut sampai 82,5 persen, pada program acara Termehek-Mehek.

Sementara itu, Kepala Departemen Marketing Public Relation Trans TV, Hadiansyah Lubis, menyatakan bahwa masyarakat Indonesia membutuhkan hiburan yang beraneka ragam bentuk dan jenisnya. Dengan demikian, sebagai produsen hiburan (media penyedia) melakukan improvisasi terhadap acara-acara unggulannya, terutama reality show.

"Kami menciptakan suatu program yang menjadi tren di kalangan masyarakat dan di sanalah kekuatannya, yang berhasil sebagai daya tarik pemirsa. Memang kesuksesan reality show itu, karena adanya globalisasi budaya yang terjadi berkat kemajuan teknologi komunikasi dan industri hiburan. Untuk itu, kami menawarkan hiburan yang digemari masyarakat luas dengan memperbanyak jam tayang dan menambahkan unsur komedi dalam acara tersebut, demi memperluas segmen pemirsa di Indonesia di tengah persaingan dengan stasiun televisi lain," tutup Hadiansyah. [HDS/F-4]

http://202.169.46.231/spnews/News/2009/02/26/index.html


27 Februari 2009

Zuckerberg, Si Pembuat Facebook

Joice Tauris Santi dan Simon Saragih

Lebih dari seratus juta warga dunia kini keranjingan dengan jaringan sosial di dunia maya, Facebook.com. Lewat situs ini pengguna dapat memperluas pertemanan lintas benua, bahkan kembali "bertemu" dengan kawan-kawan atau pacar lama yang tidak terlihat lagi seusai perpisahan sekolah.

Presiden AS Barack Hussein Obama bahkan memanfaatkan situs ini sebagai salah satu cara untuk meraih dukungan dalam Pemilihan Presiden AS, tahun lalu. Inilah buah karya Mark Elliot Zuckerberg, seorang keturunan Yahudi AS, salah satu dari tiga pendiri Facebook.

Mengapa Facebook melejit? Pakar teknologi informasi, Dr Linda M Gallant, Asisten Profesor dari Emerson College, Boston, memberi penjelasan, "Situs internet umumnya menyajikan informasi dan para penjelajahnya hanya menerima apa adanya. Sekarang ini para penjelajah ingin berpartisipasi sebagai pengisi situs. Facebook memenuhi hasrat itu."

Mengapa Facebook mengejar My Space, situs jaringan sosial terbesar pertama di dunia sebelum April 2008? Keadaan bahkan sudah berubah, Facebook tidak lagi nomor dua sebagaimana ditulis di situs Techcrunch.

Situs Mashable (The Social Media Guide) menyatakan, desain Facebook lebih enak dilihat dan dijelajahi serta menawarkan hal-hal yang lebih riil. Sebagai contoh, Facebook menawarkan orang lain yang kira-kira Anda kenal untuk di-add (ditambahkan) jadi teman. My Space juga menyodori Anda beberapa teman, tetapi termasuk menyodori orang-orang dari negeri antah berantah menjadi teman.

Apa pun latar belakang kemajuan Facebook, nama Zuckerberg sudah melejit ke seluruh dunia seperti meteor. Banyak pengguna Facebook yang merupakan orang-orang elite dunia. Facebook juga menjadi sarana komunikasi para karyawan Toyota, Ernst & Young, dan perusahaan kaliber dunia lainnya.

Siapa Zuckerberg? Dia adalah pemuda berusia 25 tahun dan masih singel, perancang teknologi informasi sekaligus pemuda berjiwa wiraswasta. Saat belajar di Harvard University pada tahun 2004, dia menciptakan Facebook bersama kawannya, Dustin Moskovitz dan Chris Hughes.

Hughes kemudian direkrut Obama saat masih menjadi calon presiden untuk membuat situs barackobama.com.

Di Facebook, Zuckerberg bertanggung jawab untuk urusan garis kebijakan umum dan penyusunan strategi perusahaan yang kini menjadi rebutan para pemasang iklan dan para investor.

Zuckerberg telah mendapat julukan sebagai "salah satu orang yang paling berpengaruh pada tahun 2008" versi majalah Time. Pada Forum Ekonomi Davos 2009, Zuckerberg termasuk dalam daftar pemimpin muda karena prestasi dan komitmen terhadap masyarakat serta berpotensi menyumbangkan ide untuk membentuk tatanan dunia baru.

Pemuda itu tampil dalam sesi "Pengalaman Digital Mendatang" pada Forum Ekonomi Dunia di Davos, Swiss. Peserta lain yang hadir antara lain Chad Hurley (YouTube), Craig Mundie (Microsoft), Shananu Narayen (Adobe), Hamid Akhvan (T-Mobile), dan Eric Clemmons (Wharton).

Salah satu poin menarik yang diberikan Zuckerberg adalah bahwa lebih dari 100 juta orang secara aktif menggunakan aplikasi bergerak pada Facebook. iPhone Facebook saja telah memiliki 5 juta pengguna aktif bulanan dan Blackberry untuk Facebook memiliki 3,25 juta pengguna aktif bulanan.

Kiprah Zuckerberg lewat Facebook melesat seperti roket. Pada Februari 2004 ketika Zuckerberg meluncurkan program itu, para siswa di AS langsung membuka akun di Facebook dan dari mulut ke mulut menyebar hingga merambah ke sekolah dan universitas lain.

Zuckerberg dan timnya pun kemudian pindah ke Palo Alto, California, dan mulai merangkul investor, seperti pendiri PayPal, Peter Thiel, dan pendiri Napster, Sean Parker.

Pada Agustus 2005 Zuckerberg secara resmi menamakan perusahaannya Facebook. Setelah berhasil mengumpulkan modal 12,7 juta dollar AS, dia mengembangkan perusahaan ke level berikutnya. Situs itu secara bertahap dan konsisten terus memperluas jaringan.

Saat ini ada lebih dari 175 juta pengguna aktif dengan berbagai fasilitas yang ada di situs itu. Facebook kini menjadi situs keempat yang paling sering dikunjungi di dunia.

"Pencuri"

Tentu saja sukses Zuckerberg dibarengi dengan kontroversi. Beberapa teman sekolahnya menuduh dia mencuri ide ConnectU untuk Facebook. Namun, gugatan soal itu ditepis pengadilan. Dia menyebabkan kehebohan karena dianggap "menjual" data-data pribadi pemilik akun, tanpa menghargai privasi.

Pada tahun 2006 Zuckerberg mencengangkan dunia karena menampik tawaran Yahoo untuk membeli Facebook seharga 1 miliar dollar AS (atau sekitar Rp 12 triliun). Setahun kemudian, Microsoft membeli 1,6 persen saham Facebook seharga 240 juta dollar AS. Kini nilai ekonomi Facebook ditaksir sebesar 15 miliar dollar AS.

Zuckerberg yang lahir dari keluarga dokter yang kaya memiliki 20 persen saham di Facebook senilai 3 miliar dollar AS. Majalah Forbes mendeklarasikan Zuckerberg sebagai miliuner "self made" termuda di planet ini.

Namun, jangan tanyakan perihal kehidupan pribadinya, tidak banyak yang diketahui. Maklum, ketika di SMA pun dia sudah berkutat dengan urusan komputer. Ketika itu dia ingin membantu jaringan yang dimiliki ayahnya untuk dipertemukan lewat dunia maya.

Kebiasaan ini terus melekat dan dia lupa belajar. Karena urusan komputer dan teknologi informasi inilah dia drop-out dari Harvard.

Entah iseng atau tidak, Facebook kini kebanjiran uang. "Mengherankan juga, begitu banyak tawaran datang," kata Zuckerberg kepada Techcrunch pada 7 Desember 2008.

Tidak banyak kalimat lain dari Zuckerberg selain ambisinya terus membuat Facebook senyaman mungkin untuk jadi alat penyatu warga dunia. "Bukankah kami memiliki situs, yang membuat Anda merasa lebih enak menggunakannya?" ujar Zuckerber.

Hmmm.... Zuckerberg, iya deh!

http://cetak.kompas.com/sosok Sabtu, 28 Februari 2009 | 00:09 WIB

Anak Haram Sejarah Penyiaran (Opini R Kristiawan)

Radio komunitas telah lama menjadi bagian penting dalam sejarah penyiaran di Indonesia. Bahkan, semangat radio komunitas menjadi cikal bakal berdirinya radio pertama di Indonesia lewat pembentukan Bataviasche Radio Vereniging tahun 1925.

Meski demikian, sepanjang sejarah, radio komunitas tidak pernah mendapat posisi yang semestinya. Kasus aktualnya adalah pemakaian frekuensi radio komunitas oleh radio nonkomunitas yang jelas-jelas melanggar hukum. Ironisnya, justru penegak hukum yang melakukannya. Radio Suara Metro FM, radio komersial yang didukung Polda Metro Jaya, memakai frekuensi 107,7 MHz yang, menurut Surat Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 15/2003, menjadi jatah radio komunitas. Radio yang didukung TNI Angkatan Laut pernah melakukan hal yang sama, tetapi sudah menghentikan siarannya.

Jika dirunut dalam sejarah penyiaran, "pencurian" frekuensi radio komunitas itu hanyalah salah satu dari rentetan kisah terpinggirkannya radio komunitas dibandingkan dengan radio publik dan radio komersial. Hal ini terjadi sejak zaman Belanda sampai penerapan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran. Polanya berupa penelikungan oleh kekuatan ekonomi dan kekuatan politik.

Sejarah regulasi

Sesudah Bataviasche Radio Vereniging mengudara, aktivitas radio muncul di Solo, Bandung, Garut, Cirebon, dan Yogyakarta, dengan melibatkan kelompok elite pribumi, Belanda, dan Tionghoa. Menghadapi gelombang itu, pemerintah segera membentuk radio resmi pemerintah kolonial bernama Nederlandsch-Indische Radio Omroep Maatschappij (NIROM). Konsekuensi dari pendirian radio resmi adalah radio di luar NIROM menjadi tidak resmi. Pemerintah kolonial menaruh posisi curiga pada radio di luar NIROM. NIROM juga menjadi cikal bakal melekatnya praktik radio pada penguasa (Ashadi Siregar, 2001). Meski demikian, persoalan alokasi frekuensi belum menjadi masalah.

Pada zaman Jepang, pemerintah pendudukan Jepang sepenuhnya mengambil alih sejumlah radio yang ada dalam radio resmi bernama Hosokyoku. Jepang menyegel pesawat radio supaya hanya bisa menerima siaran Hosokyoku. Kebijakan yang diambil Jepang adalah menghapuskan materi siaran berbau Belanda dan mengakomodasi muatan lokal. Meski demikian, semangat komunitas dalam praktik radio menjadi hancur di tangan pemerintah pendudukan Jepang.

Seperti halnya karakter pemerintahan Presiden Soekarno yang monolitik, RRI yang lahir pada 11 September 1945 juga hadir sebagai kekuatan monolitik sepanjang Orde Lama. Tidak ada ekspresi penyiaran radio lain selain RRI. Baru pada 1966 kelompok pemuda dan mahasiswa mendirikan radio sebagai reaksi atas isu keterlibatan radio dalam G30S.

Pada awal Orde Baru, kebebasan berekspresi sempat hidup lewat radio berbasis hobi sampai diterbitkannya Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 1970 yang mewajibkan semua radio di luar radio pemerintah memiliki badan hukum berbentuk PT. Sekali lagi semangat komunitas dipenggal. Pemenggalan semangat komunitas itu bermotif mencegah tumbuhnya kembali organisasi akar rumput yang dikhawatirkan berafiliasi pada komunisme. Lewat bentuk badan hukum PT, praktik radio digiring pada aspek ekonomi. Radio-radio yang tumbuh di kampus-kampus sepanjang Orde Baru dikategorikan sebagai radio gelap.

Pascareformasi

Pergolakan penting terjadi tahun 1997-2002. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 1997 tentang Penyiaran yang dibuat Orde Baru tidak mengakomodasi bentuk penyiaran komunitas meskipun secara faktual banyak radio komunitas mulai bermunculan, terutama di kampus (A Darmanto, 2008). UU itu hanya mengakui lembaga penyiaran pemerintah, lembaga penyiaran swasta, dan lembaga penyiaran khusus.

Pascakejatuhan Soeharto merupakan musim tumbuhnya radio komunitas di sejumlah daerah. Pertumbuhan itu sangat signifikan dan merata di sejumlah daerah. Penggunaan istilah radio komunitas menjadi jamak dan menjadi bagian penting dalam wacana para aktivis proreformasi. Secara resmi, baru pada 2001 keberadaan lembaga penyiaran komunitas dimuat dalam draf RUU Penyiaran usulan inisiatif DPR. Namun, pengaturan lembaga penyiaran komunitas dalam RUU itu ditolak Menteri Perhubungan Agum Gumelar dengan alasan pemborosan spektrum frekuensi. Pada 2002 terbentuk Jaringan Radio Komunitas Indonesia sebagai upaya politik untuk mengegolkan diakuinya lembaga penyiaran komunitas dalam UU Penyiaran.

Upaya politik itu berhasil. UU No 32/2002 secara resmi mengakui keberadaan lembaga penyiaran komunitas selain penyiaran publik, swasta, dan berlangganan. Meski demikian, masalah belum berhenti. Semangat untuk menegasikan keberadaan lembaga penyiaran komunitas tetap muncul dalam berbagai aturan turunan UU. SK Menhub No 15/2003 hanya mengalokasikan tiga kanal (202, 203, 204) pada frekuensi 107,7; 107,8; 107,9 MHz untuk radio komunitas. Jika dibandingkan, alokasi itu hanyalah 1,5 persen dari semua spektrum frekuensi. Radio swasta memperoleh 78,5 persen, sedangkan radio publik memperoleh 20 persen.

Dari proporsi itu saja sudah tampak jelas ke mana keberpihakan pemerintah dalam penyiaran radio. Di negara mana pun, regulasi alokasi frekuensi penyiaran selalu menyeimbangkan alokasi frekuensi untuk penyiaran publik, komersial, dan komunitas karena akan sangat berpengaruh pada karakter dan kualitas ruang publik. Kalau informasi adalah oksigen demokrasi, oksigen di ruang publik Indonesia sangat berpihak pada kuasa ekonomi.

Strategi yang diambil pemerintah adalah membatasi gerak radio komunitas tanpa melanggar UU Penyiaran. Pengakuan radio komunitas dalam UU No 32/2002 disiasati oleh aturan turunan yang justru menekan radio komunitas. Posisi yang diambil pemerintah jauh dari mendukung keberadaan radio komunitas.

Pembatasan kanal tampaknya belum cukup bagi pemerintah untuk menekan radio komunitas. Tahun 2005 terbit PP nomor 51 yang membatasi jangkauan siaran sejauh 2,5 kilometer dengan kekuatan maksimal 50 watt. Di wilayah luas seperti Kalimantan dan Papua, apa gunanya membangun radio komunitas dengan jangkauan siar 2,5 km? Aturan lain dalam PP itu juga bersemangat menekan aspek kelembagaan radio komunitas.

Sekarang lengkap sudah penderitaan radio komunitas. Aspek kelembagaan ditekan, alokasi frekuensi dibatasi hanya sebesar 1,5 persen. Sudah begitu, frekuensi yang sempit itu pun masih dicuri. Pelakunya pun lembaga negara!


R Kristiawan Manajer Program Media dan Informasi, Yayasan Tifa, Jakarta; Mengajar di Unika Atma Jaya, Jakarta

http://cetak.kompas.com/read/xml/2009/02/28/00291197/anak.haram.sejarah.penyiaran

"5K", Generasi Berbasis TIK Masa Depan

Bandung, Kompas - Kemajuan informasi teknologi telah mengubah sendi-sendi kehidupan masyarakat. Dari sini muncul C-Generation, yaitu generasi baru melek teknologi yang sangat peka akan konektivitas, konvergensi, konten kreatif, kolaborasi, dan kontekstual. Nasib bangsa ini ke depan bergantung kepada mereka ini.

Untuk itu, selain upaya struktural melalui berbagai peraturan, diperlukan langkah strategis melalui berbagai pendekatan kultural untuk mengantarkan potensi generasi masa depan ke kelompok masyarakat yang bernilai dan kompetitif.

"Kalau generasi ini justru banyak mengambil sisi negatif (dari teknologi informasi komunikasi/TIK), yang terjadi justru kebangkrutan, inefisiensi, dan lost generation," tutur Suhono Harso Supangkat, Staf Khusus Menteri Komunikasi dan Informatika di sela-sela pengukuhan jabatannya sebagai guru besar bidang teknologi infokom dari ITB.

Ia mengatakan, di masa depan, dengan makin maraknya pemanfaatan broadband (internet berpita lebar), internet dan teknologi semakin berpengaruh terhadap perilaku sosial dan ekonomi masyarakat mulai dari anak-anak, pelajar, ibu-ibu rumah tangga, hingga birokrat pemerintahan.

Dalam orasinya, ia memperlihatkan dahsyatnya pengaruh internet dan produk turunannya, seperti situs jejaring sosial Facebook dan Friendster atau Youtube, yang memengaruhi hidup manusia—C Generation itu.

"Generasi ini menjadi bekal kemajuan bangsa di masa depan yang perlu dikelola, difasilitasi, dan diarahkan sehingga mampu bertransformasi menjadi masyarakat yang bernilai," tutur Kepala Inkubator Industri dan Bisnis ITB ini.

Ia memandang pendekatan kultural melalui sarana pendidikan atau kompetisi pembuatan konten pendidikan ataupun kreasi seni perlu lebih digalakkan untuk bisa mengimbangi dampak negatif TIK. Ia pun mengusulkan dibentuknya suatu forum C-Generation yang terdiri atas berbagai unsur masyarakat untuk memformulasikan nilai-nilai itu.

Tulang punggung ekonomi

Jika berhasil dilakukan, ia melihat perkembangan TIK, khususnya broadband, bisa jadi tulang punggung ekonomi bahkan pengantar kemajuan bangsa ini.

"Dalam 10 tahun ke depan, kebutuhan akan akses broadband mencapai 120 juta pelanggan. Nilai ekonomi dari ekosistem ini Rp 300 triliun," ujar Suhono.

Era broadband yang saat ini tengah dirintis melalui teknologi Wimax lalu menyusul LTE dan Serat Optik, menurut dia, adalah gelombang industri TIK generasi ketiga.

Berbeda dengan dua generasi sebelumnya, yaitu era satelit dan telepon seluler, ia optimistis Indonesia mampu berperan lebih banyak sebagai pemain ataupun tuan rumah di negeri sendiri. Apalagi, aturan yang tengah dirumuskan mendorong penggunaan konten dan kandungan lokal. "Jika 30-40 persen industri dalam negeri bisa bermain, ini bisa menjadi hal yang menggembirakan," tuturnya. (jon)

http://cetak.kompas.com/read/xml/2009/02/28/00490685/5k.generasi.berbasis.tik.masa.depan

Masa Depan Beralih ke Media Pribadi

Dunia baru era komunikasi sudah kita masuki. Media massa besar sudah mulai berguguran. Di Amerika, dari 528 media cetak yang beroplah di atas 400.000 eksemplar, sekitar 40 media di antaranya sudah tutup.

Bahkan, media yang selama ini menjadi bahan bacaan remaja juga banyak yang berguguran. Sebanyak 13 majalah pindah ke media online. Di Indonesia, oplah majalah Gadis turun. Media massa di masa depan akan beralih ke media pribadi (blog).

Kenyataan itu diungkapkan pakar komunikasi Alwi Dahlan dalam orasi ilmiahnya pada pengukuhan pengurus Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia (IKSI) periode 2008-2012, Jumat (27/2) malam di Jakarta. "Kekuatan dan kekuasaan informasi tak lagi dikuasai redaksi, tetapi pada pribadi-pribadi," katanya.

Menurut Alwi, konten yang selama ini menjadi kekuatan media massa akan hilang. Di masa depan tidak ada lagi beda antarmedia. Yang menjadi soal, bagaimana media itu ditampilkan.

Hal ini tentu mengharuskan teori dasar komunikasi yang diajarkan di kampus-kampus sudah harus berubah. Jika masih teori lama, itu berarti mengajarkan suatu yang sesat. Dosen-dosen komunikasi juga harus terus belajar dan mencermati perkembangan komunikasi terkini.

"Bidang komunikasi harus peduli pada konten dan proses supaya kelihatan ISKI betul-betul berperan," ujar Alwi menambahkan.

Mantan Ketua Umum ISKI Pusat Sasa Djuarsa Sendjaja berharap agar keberadaan ISKI tidak kalah dengan ikatan sarjana lain, seperti IDI dan ISEI.

"ISKI sekarang dan ke depan harus lebih baik dan memberikan kontribusi bagi kemajuan bidang komunikasi di Indonesia," katanya.

Senada dengan itu, Ketua Umum ISKI Pusat periode 2008-2012, Suprawiro, mengatakan, pihaknya selalu berupaya memajukan ISKI. (NAL)

http://cetak.kompas.com/read/xml/2009/02/28/00492397/masa.depan.beralih.ke.media.pribadi

Generasi Televisi Kita

HANDRAWAN NADESUL

Dominasi penyakit orang sekarang lebih lantaran tak tepat memilih gaya hidup. Salah satunya adalah soal pilihan menu. Penyakit degeneratif dan kanker terbukti berkorelasi dengan apa yang kita makan sedari kecil. Itulah sebabnya jantung koroner dan stroke kini menimpa usia lebih muda.

Boleh jadi sebab lidah orang sekarang sudah terbentuk salah selagi masih kecil. Cita rasa dirusak oleh menu restoran dan jajanan (snackaholic) sejak kanak-kanak. Anak sekarang tak menyukai sayur lodeh, tempe, dan pepes jamur di meja makan rumah.

Sungguh celaka kini kita melihat jajanan pabrik sudah merambah kampung dan desa. Di mana-mana anak memilih keripik ketimbang kacang rebus. Ketika kini di Jepang dan orang Barat menjauhi menu olahan serta mencari ubi, labu, bulgur, dan padi-padian alami, masyarakat kita masih gandrung pada ayam goreng dan kerupuk.

Gorengan kita kebanyakan buruk jenis minyaknya dan kerupuk memakai penyedap serta zat warna yang belum tentu layak dikonsumsi.

Gizi "generasi televisi"

Tepat bila menyebut generasi anak sekarang sebagai "generasi televisi". Gizi anak dibangun oleh asupan penganan yang ditawarkan iklan televisi. Belum tentu semua menyehatkan alih- alih bergizi. Yang aman dikonsumsi pun masih perlu dikaji kandungan penyedap dan pemanis buatannya (sweetener).

Tentu tidak semua pemanis buatan aman dikonsumsi. Yang tergolong aman buat orang dewasa belum tentu aman untuk anak. Tabiat serba manis, asin, dan berlemak dari menu jajanan adalah sumber penyakit di hari depan. Namun, sihir iklan makanan televisi mengecoh cita rasa sehat anak kita.

Zat kimia bertambah

Di Amerika Serikat, zat kimia dalam industri makanan terus bertambah. Namun, Food and Drugs Agency (FDA), semacam Badan Pengawas Obat dan Makanan (POM), di sana ketat melarang dan mengawasi produk yang membahayakan kesehatan.

Sementara itu, industri makanan rumahan begitu menjamur di sini sehingga tidak terjangkau oleh rentang kendali Badan POM sendiri.

Belum terhitung industri makanan yang nakal. Ada yang nekat memakai bahan berbahaya plastik untuk bikin garing gorengan, mencampurkan kimiawi berbahaya untuk minuman cincau, odol palsu, bahan perenyah keripik, zat antilengket mi, selain pengawet yang belum tentu aman dikonsumsi.

Beberapa negara sudah melarang untuk mengonsumsi minyak trans. Hampir semua jajanan, biskuit, penganan yang dijual di pasar memakai minyak yang tak menyehatkan.

Sama tak menyehatkannya dengan minyak goreng bekas restoran yang ditadah oleh penjaja gorengan pinggir jalan.

Orang kaya dan rakyat papa kini sama-sama memikul risiko kanker sebab tak menginsafi bertahun-tahun menelan karsinogen pencetus kanker dalam makanan sehari-hari.

Saus tomat dan sambal murah industri rumahan di ibu kota negara pun masih banyak beredar, apalagi di kampung dan desa. Tiap hari kita menelan zat warna tekstil rhodamine B dalam saus tomat dan sambal murah, atau warna kuning sirop dan limun methylene yellow, berarti bibit kanker tengah ditanamkan.

Belum nitrosamine dalam ikan asin, obat nyamuk antibelatung yang disemprot ke ikan asin, luasnya pemakaian pestisida, kimiawi pengawet kulit apel impor, dan banyak lagi yang tertelan dari air minum, serta jajanan, tak semua terbebas dari zat karsinogen (bersifat menyebabkan kanker).

Ada yang meramalkan, generasi anak sepuluh tahun lalu dan sepuluh tahun di depan bakal berbondong-bondong masuk rumah sakit kanker jika konsumsi menu tercemar karsinogen tidak dihentikan. Termasuk generasi orang tua yang tergoda menukar menu ikan pindang ke bistik. Kelebihan konsumsi daging juga berkorelasi dengan kejadian kanker.

Daripada makanan industri rumah, makanan dan penganan pabrik betul lebih aman, tetapi kelebihan kalori dari minyak, gula, susu, dan mentega (junk food). Adapun makanan buatan rumahan selain belum tentu cukup bergizi dan tak higienis, mungkin tak aman dikonsumsi jika kita melihat zat aditif yang dipilih.

Adalah kewajiban pemerintah menyediakan makanan yang aman bagi masyarakat. Masyarakat berhak dilindungi dari ancaman makanan yang merusak kesehatan.

Ke "meja makan nenek"

Sudah saatnya memberi tahu anak dan masyarakat untuk kembali memilih menu "meja makan nenek". Selain lebih murah, menu makanan itu juga menyehatkan.

Menu tradisional bersifat menu seimbang (slow food). Bahwa yang menyehatkan itu bukanlah bistik, melainkan pepes ikan. Bukan donat atau ayam goreng, melainkan pisang rebus atau tahu dan tempe bacem. Bukan roti putih, melainkan bekatul dan bulgur. Bukan biskuit, melainkan talas rebus. Terigu dan gula pasir tak lebih menyehatkan daripada gandum dan air tebu.

Menu restoran selain bahannya belum tentu segar, umumnya kelebihan kalori dan diimbuhi kimiawi yang belum tentu aman dan menyehatkan.

Sepiring nasi, sepotong ikan, tahu, tempe, dan semangkuk sayur lodeh itu kiprah menu orang yang sadar hidup sehat sekarang ini. Ketika ubi, ketela, sayur dan buah organik, biji-bijian, kacang-kacangan, serta umbi-umbian tersedia di supermarket, berarti komoditas itu yang sedang digandrungi dan dicari orang sekarang.

Ketika aneka lalapan hadir makin beraneka di pasar modern, bukti orang gedongan mulai sadar bahwa pilihan sehat bukanlah menu olahan.

Ketika semakin banyak penyakit sebab tubuh orang sekarang kekurangan enzim, maka orang mengejar sayuran dan buah-buahan segar saja.

Orang meninggalkan menu yang bahan bakunya disimpan lama, atau yang diolah secara berlebihan, atau dengan cara serta alat masak yang berbahaya kandungan bahan logamnya, dan tingkat pengapiannya.

Belum terlambat kampanye menu sehat dan makanan aman di sekolah, selain mendorong peran media massa dan televisi khususnya.

Bahwa kesehatan itu ada di dapur, bukan di restoran. Bahwa meja makan ibu yang menentukan hari depan kesehatan keluarga. Jajanan sehat itu makanan alami yang serba direbus, dikukus, atau disangrai.

Demi tujuan menginvestasi generasi yang sehat, lidah anak perlu disetel ulang. Jangan sampai lagi kita membangun "generasi kerupuk" dan kelompok usia produktif yang pada akhirnya nanti sampai (harus) mati prematur oleh stroke, jantung koroner, dan kanker hanya karena sejak kecil membiarkan mereka salah memilih menu dan jajanan.

HANDRAWAN NADESUL Dokter, Pengasuh Rubrik Kesehatan, Penulis Buku

http://cetak.kompas.com/read/xml/2009/02/27/00501129/generasi.televisi.kita

25 Februari 2009

Nuansa Bollywood di TPI

Sejak awal 2009, sudah enam film laris Bollywood yang  menghiasi layar TPI.

Bagi Anda penggemar film Bollywood, TPI menjadi dewa penolong kerinduan ketika film-film India makin jarang diputar di bioskop-bioskop Indonesia. ''TPI akan memanjakan penggemar film India dengan cara menayangkan beragam film India lewat program Sinema Asyik Bollywood,'' ujar Theresia Ellasari, media relations secretary head TPI, beberapa hari berselang.

TPI, menurut Ellasari, tak pernah melupakan penggemar film-film India. Buktinya, sejak awal tahun ini TPI sudah menayangkan enam judul film laris Bollywood. Enam film Bollywood itu adalah Chori Chori Chupke Chupke, Kuch Kuch Hota Hai, Fanaa, Koi Mil Gaya, Krrish dan Kaho Naa Pyar Hai. Film Bollywood pilihan tersebut dibintangi aktor-aktris kondang India seperti Shah Ruh Khan, Kajol, Salman Khan, Rekha dan Hrithik Roshaan.

Menurut Nana Putra, direktur operasi TPI, keenam film Bollywood tersebut dibeli dengan harga mahal dari sejumlah pemasok film Bollywood di Indonesia. ''Meski mahal, namun TPI dengan senang hati membelinya karena ingin menyuguhkan tayangan yang benar-benar spesial bagi penggemar film India,'' ucap Nana tanpa bersedia menyebut nilai nominal dana yang dikucurkan untuk membeli film-film tersebut.

Dari enam judul film itu, dua di antaranya belum pernah diputar di  televisi mana pun di dunia, apalagi televisi Indonesia. Dua film yang dimaksud adalah Krrish dan Kaho Naa Pyar Hai. ''TPI mendapat kesempatan pertama menyajikannya untuk para penggemar setia Sinema Asyik Bollywood,'' ujar Nana.

Sepanjang Februari ini, lanjut Ellasari, TPI telah dan akan menyajikan film-film Bollywood, seperti Dilwale Dulhania Le Jayenge, Rishtey, Khabi Khushi Khabie Gham, Chal Mere Bhai, Trimurti, Karan Arjun, Zamana Deewana, Main Hoon Na dan Yaadein. ''TPI berharap, kehadiran film-film India ini dapat menjawab kerinduan masyarakat Indonesia,'' harapnya.

Program baru
Selain menikmati nuansa Bollywood, para pemirsa TPI juga bisa menyaksikan program baru bertajuk Di Antara Kita. Ini adalah program feature yang dibingkai dalam tema human interest. Program ini sudah mulai tayang pada 10 Januari 2009 dan akan hadir setiap Sabtu pukul 08.00 WIB. ''Di program ini, ditampilkan sosok-sosok yang menginsiprasi kita untuk bertahan hidup dan meraih sukses. Kendati miskin atau memiliki keterbatasan fisik, mereka masih memiliki tekad hidup mandiri,'' papar Ellasari mengenai program berdurasi 30 menit ini.

Di Antara Kita dipandu oleh dua pembawa acara yakni Dien Trisnayadi (finalis KDI 5) dan Tommy Aditya (profesional muda). Di setiap episode, dua presenter yang memiliki latar belakang berbeda ini akan terjun langsung ke lokasi dan berinteraksi dengan narasumber yang di angkat ke dalam cerita. Setiap episode menayangkan tiga cerita yang dirangkai dalam satu benang merah. ''Program ini diharapkan bisa menginspirasi penonton bahwa di tengah kesulitan pasti ada jalan.''

Audisi KDI 6
Bandung mendapat kehormatan menjadi kota pertama diselenggarakannya audisi KDI 6. Berlangsung pada 7-9 Februari 2009, audisi di kota yang telah sukses memunculkan para bintang KDI tersohor seperti Siti, Nassar, Gita, Genta dan Dewi ini, berhasil menjaring 1.043 peserta.

Setelah melewati sistem berlapis penjurian yang dimulai dari tahap pra-audisi, audisi, uji manggung hingga audisi final, muncul lima peserta yang selanjutnya akan berangkat ke Jakarta untuk mengikuti tahap Gerbang KDI. Mereka adalah Rischa Antika Aliane, Sartika Novitasari, Dewi Tika Sari, Iva Maura Monarky Yunanto dan Hera Hasni.

Pada 14-16 Februari 2009, giliran Makassar menggelar audisi yang diikuti 752 peserta. Dari kota ini, terpilih lima peserta terbaik yakni Adnan Jaya Saputra, Hendrawan Bin Bahar, Sri Wahyuni Muchtar, Fika Yuliana dan Samira Bahmid. Di babak Gerbang KDI 6, para wakil dari Bandung dan Makassar itu akan bersaing dengan para wakil dari enam kota lainnya  yaitu Medan, Banjarmasin, Palembang, Surabaya, Yogyakarta dan Jakarta. - rusdy nurdiansyah

http://www.republika.co.id/koran/43/33745/Nuansa_Bollywood_di_I_TPI_I

TV One Luncurkan Bang One Show

Hadir pula Bang One versi komik. Bahkan, Bang One pun akan diangkat ke layar lebar.

Anda tentu sudah akrab dengan tokoh animasi Bang One yang kerap tampil di layar TV One. Ya, Bang One selalu menyapa pemirsa lewat program Apa Kabar Indonesia, Kabar Pagi, Kabar Siang, Kabar Petang dan Kabar Malam. Pada perayaan ulang tahun TV One, Sabtu (21/2), Bang One yang menjadi ciri khas stasiun televisi ini menjadi bintangnya.

TV One yang berdiri pada 14 Februari 2008 telah berusia setahun.  Kado manis diberikan kepada Bang One yang sudah menemani pemirsa TV One sejak Maret 2008 dengan diluncurkannya program khusus bertajuk Bang One Show. Program ini akan hadir setiap Ahad, mulai pukul 19.00 WIB.

Peluncuran Bang One Show ditandai dengan wawancara khusus Bang One dan Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU), Hafiz Anshary. Selanjutnya, Bang One mewawancarai Ketua Bawaslu, Nurhidayat Sardini. Disajikan pula liputan jurnalistik Bang One mengenai masalah Golput dan BBM.

Program ini, menurut Pemimpin Redaksi TV One, Karni Ilyas, merupakan salah satu gebrakan TV One dalam industri media televisi. Bang One Show akan tampil dengan durasi sekitar 30 menit.
''Menyajikan wawancara Bang One dengan tokoh politik, pemerintahan, tokoh masyarakat dan selebriti. Bang One juga bertindak sebagai jurnalis yang akan meliput langsung dan mewawancarai masyarakat mengenai masalah hangat yang sedang terjadi,'' sambung Wakil Pemimpin Redaksi TV One, Nurjaman. Menurut dia, format tayangan kartun Bang One yang di media cetak dikenal sebagai karikatur, merupakan yang pertama di Indonesia.  

Tayangan Bang One mengedepankan pandangan-pandangan yang bersifat kritik maupun masukan terhadap berbagai masalah dan peristiwa yang terjadi dalam masyarakat. ''Sosok Bang One ini paling objektif. Kritik sosial yang tajam, cerdas, lucu dan menggelitik dari Bang One tidak membuat orang marah,'' terang Nurjaman.

Komik dan layar lebar
Selain meluncurkan Bang One Show, hadir pula Bang One versi komik. ''Kehadiran Bang One dalam bentuk komik bertujuan untuk lebih mendekatkan diri dengan penggemarnya,'' kata Raldy Doy, corporate communication manager TV One. ''Tentu sajian ktitik sosial dan informasi dalam versi komiknya tidak jauh berbeda dengan di TV One yakni bersifat edukatif dan menghibur,'' jelas Raldy.

Tak hanya itu. Bang One pun tengah dirancang untuk diangkat ke layar lebar. Diharapkan akhir tahun ini sudah bisa terealisasi. ''Miniaturnya memang dari program acara Bang One Show,'' kata Sulaeman Sakib, general manager current affairs TV One.

''Kami sudah mulai melakukan penjajakan dengan komedian kondang, Komeng, yang tampaknya cocok sebagai sosok Bang One,'' ungkap Sulaeman yang belum bersedia mengungkapkan sutradara yang bakal mengarap Bang One versi filmnya.

Tampil beda
Mengibarkan slogan, banyak kabar yang beredar tapi hanya satu yang benar, TV One sejak berdirinya langsung fokus dengan program-program berita dan olahraga. Berbagai pencapaian pun diraih, baik dari segi rating maupun finansial.

Sesuai dengan positioning dan formatnya, acara news dan sport di TV One dikemas berbeda dibanding stasiun televisi lainnya. Untuk program news dikemas lebih dinamis dan populer. Dan TV One menjadi televisi pertama di Indonesia yang menyajikan laporan langsung dari tiga biro yaitu Surabaya, Medan dan Makassar.

Program sport pun dikemas lebih hidup. Misalnya, acara play off Liga Bola Basket Indonesia menampilkan empat sampai lima orang komentator, yang ditempatkan di studio dan lapangan. Begitu pula untuk program talk show dan konser musik, dikemas secara berbeda.

''Kami ingin menyajikan news, sport, talkshow serta acara musik yang berbobot dan berbeda dengan yang lain,'' ujar Direktur Utama TV One, Erick Thohir. Diungkapkan Erick, saat ini tujuh program TV One masuk nominasi Panasonic Awards ke-12 yang akan digelar pada 27 Maret mendatang. Ketujuh program itu adalah Kabar Petang, Apa Kabar Indonesia Malam, Copa Indonesia, Telusur, Debat, Cover Story dan Negeri Impian.

TV One, lanjut Erick, akan terus mengudara menemani pemirsa dengan program-program news dan sport yang aktual, menarik dan berkualitas. ''TV One, televisi yang berbeda dan memang beda dari televisi-televisi lain,'' tegasnya.

Perayaan ulang tahun bertema TV One, Setahun Nomor Satu berlangsung meriah selama tiga jam dengan menampilkan pembawa acara tamu Farhan dan Cathy Sharon serta para anchor TV One. Acara dimeriahkan penampilan grup musik Gigi, Duo Maia dan Bonus Band. ''TV One berita-beritanya eksklusif dan menarik disaksikan. Saya berharap TV One menjadi televisi pencerdasan masyarakat,'' komentar Ketua KPU, Hafiz Anshary.- rusdy nurdiansyah

http://www.republika.co.id/koran/43/33476/I_TV_One_I_Luncurkan_I_Bang_One_Show_I

Putusan MK Perkuat UU Pers

Jakarta, Kompas  - Mahkamah Konstitusi membatalkan ketentuan Undang-Undang Pemilu yang mengatur sanksi terhadap lembaga pers dan penyiaran yang melanggar pembatasan iklan kampanye. MK menyatakan pasal tersebut bertentangan langsung dengan UUD 1945.

Putusan itu dibacakan pada sidang terbuka di Gedung MK, Selasa (24/2). MK mengabulkan permohonan yang diajukan delapan pemimpin redaksi dari Harian Terbit, Sinar Harapan, Suara Merdeka, Rakyat Merdeka, Media Bangsa, Koran Jakarta, Warta Kota, serta tabloid Cek dan Ricek.

Menurut MK, penjatuhan sanksi yang diatur dalam Pasal 98 Ayat 2, 3, 4 dan Pasal 99 Ayat 1 dan 2 bertentangan langsung dengan Pasal 28 E Ayat 3 dan Pasal 28 F UUD 1945. Konstitusi telah memberikan jaminan yang sangat tegas terhadap kebebasan berekspresi. Jaminan itu diwujudkan, antara lain, dengan mencabut keharusan adanya surat izin usaha penerbitan pers (SIUPP) dan segala bentuknya.

Meskipun ketentuan sanksi tersebut dibatalkan, MK menyatakan tidak terjadi kekosongan hukum bagi perlindungan publik apabila lembaga penyiaran dan media cetak melakukan pelanggaran iklan kampanye.

Dalam pertimbangannya, MK menyatakan UU Pemilu cenderung menggeneralisasi institusi pers, yaitu media cetak dan lembaga penyiaran. Padahal, terdapat perbedaan mendasar antara lembaga penyiaran yang diatur dalam UU No 32/2002 dan media cetak yang diatur dalam UU No 40/1999. Lembaga penyiaran yang menggunakan spektrum udara yang terbatas memerlukan perizinan dari Menteri Komunikasi dan Informatika serta Komisi Penyiaran Indonesia. Media massa cetak tidak memerlukan perizinan dari instansi mana pun.

Menanggapi putusan tersebut, Pemimpin Redaksi Harian Terbit Tarman Azzam menyatakan putusan tersebut sangat maju dan memahami soal kebebasan pers. Pada dasarnya, segala ketentuan mengenai pembredelan harus dilawan.

Ketua Dewan Pers Leo Batubara dan Ketua Komisi Penyiaran Indonesia Sasa Djuarsa Sendjaja, secara terpisah di Jakarta, menilai, keputusan itu menghargai keberadaan UU Pers dan UU Penyiaran.

Menurut Leo, aturan dalam UU No 10/2008 memberikan kewenangan kepada Dewan Pers untuk mencabut izin media cetak yang dianggap melanggar prinsip keadilan dalam berita maupun iklan politik. Padahal, UU Pers telah menegaskan bahwa untuk penerbitan media cetak, tidak diperlukan izin sehingga tidak dapat dicabut izinnya.

"Peserta pemilu yang tidak puas dengan pemberitaan di media cetak tertentu bebas membuat koran sendiri," katanya.

Ketua Umum Partai Amanat Nasional Soetrisno Bachir menyambut baik putusan MK itu. Menurut dia, iklan menggerakkan ekonomi yang tidak hanya menguntungkan pemilik media, tetapi juga industri pendukung lain. Apalagi jika penggunaan spanduk dan baliho juga dibebaskan.

"Bayangkan, ada ribuan orang yang memesan spanduk, poster, dan sebagainya, maka ekonomi akan berputar," ujarnya.

Senada dengan Soetrisno, Ketua Umum Partai Bintang Reformasi Bursah Zarnubi juga menyambut baik liberalisasi kampanye semacam ini. Namun, kebebasan jangan hanya ditujukan pada iklan yang ada di media massa, tetapi juga di luar ruang.

Sekretaris Jenderal Partai Persatuan Pembangunan Irgan Chairul Mahfiz mengatakan, keputusan itu bisa berdampak positif dan negatif. Positif karena partai akan semakin berlomba membuat iklan. "Namun, saya khawatir akan makin banyak iklan yang negatif, saling serang, black campaign," ujarnya.(ANA/MZW/INA/MAM)

http://cetak.kompas.com/read/xml/2009/02/25/00150584/putusan.mk.perkuat.uu.pers

22 Februari 2009

Farah Quinn: Masak Itu Seksi


Kompas/Yuniadhi Agung
Farah Quinn
Budi Suwarna & Susi Ivvaty

Adakah hubungan antara keseksian dan masakan? Di tangan Farah Quinn (29) keduanya tidak hanya berhubungan, tetapi menyatu. Setidaknya, hal itu dia demonstrasikan dalam acara kuliner Trans TV, "Ala Chef".

Bersama Farah Quinn dengan yummy sexy food," begitu kata Farah dengan lembut di pengujung acara Ala Chef.

Kalimat penutup ini sekadar menggarisbawahi bahwa Ala Chef bukan acara kuliner biasa, tetapi acara kuliner yang diasuh perempuan cantik, tinggi, seksi bak model dengan rambut dicat dan gaya bicara gado-gado Indonesia-Inggris.

Sejak awal acara, penonton tampaknya memang dikontruksikan menerima acara kuliner dengan juru masak yang seksi. Tengok saja Ala Chef yang ditayangkan Jumat (20/2) pagi dari kawasan Cipayung, Jawa Barat.

Sebelum memasak menu kedua, Farah sempat-sempatnya menikmati perawatan spa dan berendam di bak air dalam balutan kemben sambil meniup-niup busa sabun. "I love getting spa," kata Farah.

Usai mandi, Farah yang tampak segar dalam balutan celana jins dan kaus ketat mengajak penonton jalan-jalan ke kebun brokoli organik. Setelah itu, dia memasak kentang isi keju brokoli. Semua dia bawakan dengan santai dan menyenangkan mirip anak kecil yang sedang main masak-masakan.

"Hmmm... yummy," ucapnya usai mencicipi secuil makanan yang baru dia masak. Itu adalah ungkapan khas Farah setiap usai mencicipi satu menu.

Tidak lupa, dia juga membekali pemirsa dengan sejumlah saran. "Daripada direbus, lebih baik brokolinya dikukus supaya vitamin and mineralnya masih stay in the broccoli," tutur Farah yang sejak tahun 1996 tinggal di AS dan baru pulang ke Indonesia enam bulan lalu.

Itu sebabnya bahasa Indonesia Farah agak belepotan. Ketika pengambilan gambar untuk episode-episode awal, kata Farah, dia sering salah ucap sehingga gambar harus diambil berkali- kali.

"Kalau sudah di depan kamera, saya lebih mudah berbicara dalam bahasa Inggris," ujar Farah yang mengaku kemampuan berbahasa Indonesia-nya kian membaik setelah tinggal di Indonesia enam bulan terakhir.

Makanan seksi

Farah memang membawa sesuatu yang berbeda pada acara kuliner di televisi Tanah Air. Tidak tanggung-tanggung, dia melakukan itu dengan menggabungkan antara keseksian tubuhnya dan keahlian memasak.

Karena itu, dengan entengnya dia bisa mengatakan, "Cooking is a sexy thing," meski argumentasi di balik pernyataan itu tidak dia deskripsikan dengan jelas.

"Ketika kamu bisa mengerjakan (memasak) sendiri, it's sexy," katanya ketika ditemui usai pengambilan gambar Ala Chef di Cipanas, Jawa Barat, Kamis.

Farah mengatakan, dia ingin mengubah pandangan umum yang mengidentikkan kegiatan memasak dengan si mbok atau ibu-ibu berdaster di rumah. "Memasak bisa dikerjakan siapa saja, termasuk orang seksi," ujarnya.

Dia mengingatkan agar para perempuan tidak perlu khawatir kecantikannya memudar atau telapak tangan menjadi kasar akibat memasak. "Itu kan mudah dicegah. Gunakan saja lotion dan glove ketika memasak," kata Farah yang telapak tangannya halus.

Kami kemudian bertanya, apakah orang seksi selalu mampu menghasilkan yummy sexy food? Farah tertawa mendengar pertanyaan itu. "Buat saya, all food can be sexy bergantung cara membuatnya."

Meski begitu, ada beberapa makanan yang menurut Farah, dari sono-nya sudah seksi, seperti cokelat, salad, dan stroberi.

Adakah masakan Indonesia yang seksi?

"Ada. Gado-gado," jawab Farah cepat.

Disepelekan

Dengan menggabungkan keseksian dan keahlian memasak, Farah menjadi tampak sangat berbeda dengan pengasuh acara kuliner lain di televisi yang kebanyakan laki-laki. Itu sebabnya, sosok Farah sebagai presenter acara kuliner segera jadi bahan pembicaraan orang, terutama di blog dan milis.

Selain itu, dia juga memiliki modal yang lebih dari cukup untuk diterima pasar industri budaya massa Indonesia. Dia menarik, memiliki keahlian, prestasi, pengalaman, dan penampilannya amat modis. Satu lagi, gaya bicaranya yang campur aduk menjadi keunikan tersendiri.

"Saya sudah siap dengan segala risikonya. Pasti ada yang suka dan tidak suka dengan penampilan saya," kata Farah yang mengaku sempat diajak main sinetron dan diminta menjadi presenter acara gosip hingga sepak bola sejak muncul di Ala Chef.

"Tetapi, aku fokus dulu pada acara kuliner," tukas Farah.

Satu hal yang sempat mengganggu Farah adalah sebagian orang menganggap dia hanya mengandalkan tampang. "Saya sering disepelekan dan dianggap tidak benar-benar bisa masak."

"I have to prove that I have a culinary background," tegas Farah yang menuntut ilmu memasak di Pittsburgh Culinary Institute, Amerika Serikat.

Lulus dari sana, dia meniti karier dari bawah hingga akhirnya menjadi chef dalam waktu lima tahun. Sebagai juru masak yang cantik, dia juga sempat dilirik media massa di AS. Dia ditulis di 944 Magazine dan harian The Arizona Republic.

"Mereka menyebut saya a beatiful and sexy chef from Indonesia," kata dia.

Ah, senangnya.

http://cetak.kompas.com/read/xml/2009/02/22/01422173/masak.itu.seksi


Seperti Punya "Baby"

Gara-gara terkesima menonton film seri televisi Beverly Hills 90210, Farah jadi ingin tinggal di Amerika Serikat.

"Kayaknya seru sekolah di sana," kata dia mengenang peristiwa tahun 1996. Farah yang waktu itu kelas I SMA di Bandung lantas mengikuti program pertukaran pelajar. "Ini pertukaran pelajar yang bayar sendiri. Aku dapat jatah di Pennsylvania," kata Farah.

Hijrahnya Farah ke AS seperti mengarahkan hidupnya pada bidang yang ia cintai sewaktu kecil, memasak. Lulus sebagai sarjana keuangan, ia sempat bimbang ketika hendak melanjutkan S-2.

"Dalam hati, aku selalu suka baking. Passion-ku ternyata di masak. Daripada S-2, mending memasak, jelas ada gunanya. Kalau enggak masuk industri, minimal bisa memasak di rumah," kata dia.

Sejak kecil Farah memang gemar masak, khususnya kue. Sewaktu kelas I SD ia kerap ikut ibunya kursus memasak. Ia mempraktikkan sendiri di dapur.

"Usia tujuh tahun aku sudah biasa main dengan terigu, bikin bolu, puding, es krim. Aku sudah bisa bikin agar-agar berbentuk semangka," kata dia.

Jadi, ketika belajar di Pittsburgh Culinary Institute, bulat keputusannya untuk profesional di bidang memasak. Ia mengikuti semua tahap untuk menjadi juru masak kepala (chef). Dari situ dia dan suaminya, Carson Quinn, mendirikan restoran bintang empat, Camus. Jumlah karyawan mereka 35 orang, antara lain dari Meksiko dan Asia. "Aku juga melalui pekerjaan berat di kitchen. Aku juga angkat karung terigu," ujar Farah.

Ia menyambung, "Bikin restoran itu seperti punya baby. Chef harus involved, harus train pegawai, sampai baby-nya besar. Jadi aku enggak bisa liburan. Kalau pelayan enggak masuk, aku yang turun tangan. Suamiku juga ikut bantu. Ia bisa masak di rumah, tetapi kalau udah serve di restoran harus di-train juga".

Dua tahun berdiri, Camus dijual. "Harganya tinggi sehingga tidak bisa kami elak, ha-ha-ha.... Pas kebetulan aku melahirkan Armand, sekalian beristirahat," terang Farah. Sebelum pulang berlibur ke Indonesia enam bulan lalu, Farah sebetulnya sudah mendapat pekerjaan baru di Hotel Four Season, Phoenix, Amerika. Namun, ia telanjur kecantol program televisi Ala Chef.

Di Ala Chef, Farah tidak hanya memamerkan kepiawaiannya membikin kue. "Aku mencampur apa yang aku pelajari, pastry, dan apa yang aku cintai, salah satunya masakan Indonesia," papar Farah. (IVV/BSW)

http://cetak.kompas.com/read/xml/2009/02/22/01414811/seperti.punya.baby

Acara Kuliner Enggak Ada Matinya

metro tv
William Wongso di Pasar Samarinda

Budi Suwarna

Tahun terus berganti. Acara kuliner tetap bertahan di layar kaca. Rupanya, penggemar acara yang berkaitan langsung dengan urusan perut ini tergolong loyal.

Di Trans TV, acara Gula-gula asuhan Bara Pattirajawane dan Wisata Kuliner asuhan Bondan Winarno masih tetap berkibar. Kedua acara ini masing-masing ditayangkan sejak tahun 2005 dan pertengahan 2006. Belakangan, stasiun ini juga meluncurkan acara kuliner baru Ala Chef yang diasuh Farah Quinn.

Indosiar masih mempertahankan acara Bango Cita Nusantara yang tayang sejak tahun 2007. Sebelumnya, acara tersebut diputar di Trans TV sejak awal tahun 2005.

Di Metro TV, acara masak asuhan William Wongso juga masih ada. Awalnya, acara itu bernama Cooking Adventure With William Wongso, kemudian berganti nama menjadi Cita Rasa William Wongso. Acara itu, hingga pekan lalu, telah memasuki episode ke-96.

Di TPI, Santapan Nusantara telah bertahan 13 tahun. Stasiun yang identik dengan dangdut ini, mengeluarkan lagi tiga acara kuliner lainnya, yakni Koki Kikuk, Sooo Puas, dan Emak Mencari Anu.

Sementara itu, di Trans7, ada Koki Cilik. Selain itu, Trans7 menyisipkan segmen kuliner asuhan Chef Rustandy di program berita Selamat Pagi.

Di RCTI, acara kuliner justru menghilang. Padahal, stasiun televisi swasta pertama ini pernah memiliki ikon acara kuliner Selera Nusantara asuhan Rudy Choirudin yang bertahan lebih dari satu dekade.

Mengapa acara kuliner bertahan dan tidak timbul tenggelam mengikuti tren seperti acara-acara lainnya? Kepala Departemen PR Marketing Trans TV Hadiansyah, Kamis (18/2), mengatakan, acara kuliner memiliki segmen pasar yang cukup luas dan mampu menarik iklan.

"Dari sisi rating, acara kuliner saat ini tidak besar, paling mentok 2. Tapi, acara ini punya penonton loyal, terutama ibu-ibu," katanya.

Humas Indosiar Gufroni mengatakan hal senada. "Acara kuliner itu bisa menjadi salah satu ikon, jadi kami tidak akan menghilangkannya."

Konteks sosial

Meski bertahan cukup lama, pendekatan acara-acara kuliner di televisi nasional sejatinya tidak banyak berubah. Kebanyakan masih sebatas bagi-bagi resep atau mengajak pemirsa mencicipi makanan di tempat tertentu.

Sebagian juga masih mengandalkan selebriti untuk menarik perhatian penonton meski pengetahuan mereka tentang kuliner kadangkala pas-pasan. Akibatnya, sebagian dari mereka hanya mampu mengapresiasi makanan dengan kalimat, "Masakannya enak banget. Rasanya manis, gurih, sedikit asin."

Namun, ada beberapa acara kuliner yang memberikan informasi dan edukasi cukup baik mengenai dunia kuliner. Salah satunya adalah acara Cita Rasa William Wongso.

William tidak hanya mempraktikkan kepiawaiannya memasak, tetapi, lebih jauh, dia berusaha memberikan konteks sosial-budaya atas kegiatan kuliner. "Buat saya, kalau acaranya hanya masak, tidak banyak gunanya karena memasak itu hanya salah satu dari sebuah proses panjang," kata William, Kamis, di sela-sela shooting.

Karena itu, William mengawali acaranya dengan "bertamasya" ke pasar tradisional. Sambil menjelaskan bagaimana memilih bahan-bahan masakan yang baik, dia juga akan bercerita keunikan masing-masing pasar yang dia kunjungi.

Kelihatannya, ini seperti jalan-jalan biasa. Namun, sebenarnya kita sedang diajak menyelami akar tradisi kuliner di daerah tertentu.

Dari sudut pasar tradisional yang semrawut, dia berusaha menemukan makanan khas di sana. Lalu, berbincang-bincang seputar makanan itu dengan pedagangnya. William juga mampu menjelaskan pengaruh budaya tertentu yang terkandung dalam sejumlah masakan yang dia cicipi.

Di segmen terakhir, William mencoba memasak makanan lokal yang dia temui di pasar tertentu dengan interpretasinya sendiri.

Segmen kuliner di Selamat Pagi Trans7 juga memberikan edukasi cukup baik. Di segmen itu, Chef Rustandy tidak hanya menunjukkan bagaimana cara memasak sebuah menu dengan baik. Namun, dia juga menghitung nilai gizi dan kalorinya.

Acara kuliner memang sebaiknya terus mencari pendekatan-pendekatan baru yang sesuai dengan kebutuhan pemirsa. Membagi resep atau mengajak berwisata makanan tidak lagi cukup.

http://cetak.kompas.com/read/xml/2009/02/22/01232424/acara.kuliner.enggak.ada.matinya